Kriminal Bersenjata Kembali Terjadi di Aceh, Satu Kritis Ditembak OTK
Saat berhadapan, salah satu dari mereka melepaskan tembakan ke paha kanan Jamaluddin. Melihat korban jatuh tersungkur, dengan menggunakan sepeda motor mereka langsung melarikan diri.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
LHOKSUKON, KOMPAS — Kriminal dengan menggunakan senjata api kembali terjadi di Provinsi Aceh. Jamaluddin, warga Gampong Cot Manyang, Kecamatan Baktiya, Kabupaten Aceh Utara, kritis ditembak dari jarak dekat oleh orang tidak dikenal aau OTK. Polisi sedang mendalami kasus tersebut.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Aceh Komisaris Besar Winardy, Kamis (1/9/2022), menuturkan, penembakan terjadi pada Kamis sekitar pukul 03.00 dini hari. Saat itu, Jamaluddin sedang pulang menuju ke rumah dengan mendorong sepeda motornya yang rusak.
Di perjalanan, dia berpapasan dengan dua orang dan menanyakan mengapa dia mendorong sepeda motor. Setelah berlalu sejauh 100 meter, Jamaluddin merasa curiga dengan gelagat orang tersebut. Dia balik arah untuk menanyakan ada kepentingan apa mereka berada di tepi jalan.
Saat berhadapan, salah satu dari mereka melepaskan tembakan ke paha kanan Jamaluddin. Melihat korban jatuh tersungkur, dengan menggunakan sepeda motor, pelaku langsung melarikan diri.
Suara tembakan membuat warga sekitar mencari tahu apa yang terjadi. Warga menemukan Jamaluddin dalam keadaan kritis.
Korban selanjutnya dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia Aceh Utara, lalu dirujuk ke RSUD Zainoel Abidin, Banda Aceh. Kini, korban dirawat intensif di rumah sakit tersebut.
Sementara itu, polisi mendalami kasus penembakan itu, tetapi belum diketahui siapa pelaku penembakan tersebut.
”Peluru yang digunakan diduga kaliber 9 milimeter,” kata Winardy.
Berulang
Kasus kriminal menggunakan senjata api terus berulang, bahkan hingga memakan korban jiwa.
Berdasarkan catatan Kompas, sejak tahun 2011 hingga 2022 terjadi delapan kasus penembakan oleh sipil. Kejadian itu tersebar di Aceh Besar, Banda Aceh, Bireuen, Pidie, Aceh Utara, dan Aceh Barat. Sebanyak 13 orang tewas. Dari kasus-kasus tersebut, sebagian pelaku adalah eks kombatan. Korban bukan hanya warga sipil, melainkan juga dari kalangan militer.
Penyelidikan kasus tidak semua mengungkap dari mana asal senjata yang dipakai oleh pelaku. Padahal, asal-usul senjata perlu dibuka agar kasus kriminal terungkap secara tuntas.
Maraknya kasus kriminal bersenjata menandakan senjata api ilegal masih beredar di Aceh. Sebagian senjata yang digunakan merupakan senjata bekas konflik yang tidak terdata untuk dimusnahkan.
Direktur Koalisi Organisasi Masyarakat Sipil Hak Asasi Manusia Aceh Khairil Arista menuturkan, senjata ilegal yang beredar di Aceh dapat menjadi ancaman bagi proses pembangunan perdamaian. ”Perdamaian sedang kita rajut. Kriminal bersenjata dapat menghadirkan trauma bagi warga Aceh. Jangan sampai ulah oknum menodai lembaran perdamaian,” ujarnya.
Khairil mendorong kepolisian untuk menyisir keberadaan senjata ilegal yang dikuasai sipil agar tidak digunakan untuk kriminal.
Sebelumnya, Penjabat Gubernur Aceh Achmad Marzuki mengatakan, perdamaian Aceh harus dirawat agar roda pembangunan melaju dengan mulus. Persoalan keamanan juga menjadi pertimbangan bagi calon investor. ”Kita harus membangun kekompakan menjaga perdamaian. Kondisi yang damai mudah untuk mengundang investor,” kata Marzuki.