Harga Telur Melonjak, Pemkab Magelang Tak Lakukan Operasi Pasar
Harga telur ayam mengalami kenaikan di sejumlah daerah, termasuk di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Meskipun begitu, Pemkab Magelang tidak akan menggelar operasi pasar untuk menstabilkan harga telur.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Selama beberapa waktu terakhir, harga telur ayam mengalami kenaikan di sejumlah daerah, termasuk di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Meskipun demikian, Pemerintah Kabupaten Magelang tidak akan menggelar operasi pasar untuk menstabilkan harga telur karena ketiadaan anggaran.
”Operasi pasar tidak mungkin dilaksanakan karena tahun ini kami tidak memiliki anggaran untuk komoditas apa pun, termasuk untuk telur,” ujar Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Magelang Pantjaraningtyas Putranto, Selasa (30/8/2022).
Beberapa waktu lalu, saat harga minyak goreng mengalami lonjakan, Pemkab Magelang menggelar operasi pasar. Namun, operasi pasar tersebut menggunakan alokasi minyak goreng subsidi dari pemerintah pusat.
Menurut Pantjaraningtyas, harga normal telur di pasaran adalah Rp 20.000-Rp 21.000 per kilogram (kg). Namun, selama hampir dua minggu terakhir, harga telur terus naik hingga mencapai Rp 30.000 per kg.
Pantjaraningtyas menyatakan, kenaikan harga telur saat ini terjadi karena adanya penyerapan telur secara besar-besaran untuk disalurkan sebagai bantuan pangan nontunai (BPNT) kepada masyarakat kurang mampu. Oleh karena itu, dia menilai kenaikan harga telur saat ini merupakan sesuatu yang wajar terjadi.
”Sesuai hukum ekonomi, tingginya permintaan biasanya akan memicu terjadinya kenaikan harga secara signifikan,” kata Pantjaraningtyas.
Salah seorang pedagang di Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang, Abu Yahya, mengatakan, hingga Senin (29/8/2022) kemarin, harga telur tetap bertahan tinggi, yakni sekitar Rp 30.000 per kg. Sementara itu, harga daging ayam berangsur turun dari Rp 35.000 per kg menjadi Rp 30.000 per kg.
”Jadi, sekarang harga telur sama saja mahalnya dengan harga daging ayam,” kata Abu.
Kenaikan harga telur hingga mencapai Rp 30.000 per kg juga terjadi di Kota Magelang dan Kabupaten Temanggung. Muryati, salah seorang pedagang di Pasar Rejowinangun, Kota Magelang, mengatakan, kenaikan harga telur sudah terjadi sejak 10 hari lalu.
Menurut Muryati, kenaikan harga terjadi karena adanya penyerapan telur dalam skala besar di tingkat peternak untuk kebutuhan penyaluran bantuan sosial ke masyarakat. Meski demikian, dia tidak terlalu resah karena pasokan telur tetap aman.
”Tidak ada masalah pada produksi dan ketersediaan telur. Saya masih bisa mendapatkan dua kuintal telur per hari,” kata Muryati.
Operasi pasar tidak mungkin dilaksanakan karena tahun ini kami tidak memiliki anggaran untuk komoditas apa pun, termasuk untuk telur
Sementara itu, para pelaku usaha kuliner di Kabupaten Temanggung sangat terbebani dengan kenaikan harga telur. Apalagi, sebelumnya juga terjadi kenaikan beragam bahan pangan lain, seperti cabai, bawang merah, bawang putih, dan daging ayam.
Meski begitu, kenaikan harga itu tidak lantas disikapi dengan mengurangi belanja telur sehari-hari. Kondisi semacam itu antara lain dialami Rifa, pemilik warung makan di kompleks Polres Temanggung.
”Saya tetap harus belanja telur setidaknya 5 kilogram telur per hari karena saya harus memenuhi kebutuhan pelanggan, termasuk untuk kebutuhan suplai makanan bagi tahanan di Polres Temanggung,” ujar Rifa.
Menurut Rifa, kenaikan harga telur relatif sulit disiasati karena ukuran telur yang disajikan kepada pelanggan tidak mungkin diperkecil. Oleh karena itu, keuntungan yang diperoleh Rifa akhirnya terpaksa berkurang.