Kalsel Kejar Swasembada Daging lewat Integrasi Sawit-Sapi
Pemerintah daerah mendorong perusahaan perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Selatan melakukan integrasi sawit-sapi demi mencapai swasembada daging sapi.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·4 menit baca
KOMPAS/RIZA FATHONI
Peternakan sapi potong yang menempati areal perkebunan PT Sawit Sumbermas Saran Tbk (SSMS) di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Kamis (29/4/2021).
BANJARMASIN, KOMPAS — Kebutuhan daging sapi di Kalimantan Selatan masih disokong dari luar daerah. Peternak Kalsel baru bisa memenuhi 52 persen kebutuhan atau menyediakan sekitar 27.000 sapi potong per tahun. Pemerintah daerah mendorong perusahaan perkebunan kelapa sawit melakukan integrasi sawit-sapi demi mencapai swasembada daging sapi.
Saat ini, dari 89 perusahaan perkebunan kelapa sawit di Kalsel, baru sembilan perusahaan yang melakukan integrasi sawit-sapi. Mereka mengikuti program sistem integrasi kelapa sawit-sapi potong (Siska) di tingkat perusahaan/inti dan sistem integrasi kelapa sawit-sapi potong berbasis kemitraan usaha ternak inti-plasma (Siska Kuintip). Program itu digagas Pemerintah Provinsi Kalsel.
Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Cabang Kalsel Eddy S Binti menyampaikan, integrasi sawit-sapi sudah diimplementasikan di lahan plasma PT Buana Karya Bakti, PT Citra Putra Kebun Asri, PT Candi Arta, PT Hasnur Grup, PT Astra Agro Lestari, PT Putra Bangun Bersama, PT Gawi Makmur Kalimantan, PT SSK, dan PT Sinar Mas Group.
”Program integrasi sawit-sapi di perusahaan-perusahaan tersebut sudah berjalan sejak enam bulan lalu,” kata Eddy dalam acara sarasehan Pemerintah Provinsi Kalsel dengan perusahaan perkebunan besar swasta (PBS) dan perkebunan besar negara (PBN) kelapa sawit se-Kalsel di Banjarmasin, Senin (22/8/2022).
KOMPAS/JUMARTO YULIANUS
Acara sarasehan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dengan perusahaan perkebunan besar swasta (PBS) dan perkebunan besar negara (PBN) kelapa sawit se-Kalsel di Banjarmasin, Senin (22/8/2022).
Menurut Eddy, industri perkebunan kelapa sawit menyediakan sumber daya yang potensial, terutama lahan dan pakan, untuk mendukung industri peternakan sapi potong. Integrasi sawit-sapi adalah diversifikasi usaha berkelanjutan untuk menjaga sinergi antara kelestarian lingkungan, tanggung jawab sosial, dan kelayakan ekonomi, serta mendorong kesejahteraan pekebun melalui kemitraan usaha.
”Untuk mendukung program Siska Kuintip, kami minta setiap perusahaan setidaknya bisa menyediakan 2 persen dari luas lahannya untuk peternakan sapi. Lahan yang digunakan untuk itu adalah lahan plasma, yang memang dikelola oleh masyarakat,” ujarnya.
Eddy mengemukakan, luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini lebih kurang 16,3 juta hektar. Di Pulau Kalimantan, luasnya 5,6 juta hektar (34,54 persen), sedangkan di Kalsel luasnya 549.953 hektar (3,36 persen).
Program Siska Kuintip yang sudah berjalan di sejumlah perusahaan juga didukung dan didampingi oleh Siska Supporting Program (SSP) dari PT Simbiosis Karya Agroindustri (Siska). ”Gapki Kalsel sangat mendukung dan siap berkolaborasi untuk menyukseskan program integrasi sawit-sapi di Kalsel,” kata Eddy.
KOMPAS/JUMARTO YULIANUS
Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan Suparmi (tengah) di Banjarmasin, Senin (22/8/2022).
Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalsel Suparmi mengatakan, program Siska Kuintip merupakan program superprioritas Provinsi Kalsel dalam rangka mendukung ketahanan pangan dan mempercepat swasembada sapi di Kalsel. Di setiap lokasi program integrasi sawit-sapi yang sudah berjalan, rata-rata sudah terpelihara lebih dari 100 sapi.
”Semua perusahaan kelapa sawit di Kalsel harus mengimplementasikan program Siska Kuintip. Melalui program tersebut, diharapkan akan tercipta kluster-kluster sapi potong. Di setiap kluster ditargetkan minimal terpelihara 1.000 sapi,” katanya.
Suparmi menyebutkan, kebutuhan sapi potong di Kalsel setiap tahun rata-rata di atas 50.000 ekor. Pada 2022, kebutuhan daging sapi di Kalsel sebesar 6,9 juta kilogram atau setara 52.000 sapi. Sementara ketersediaan sapi lokal siap potong baru 27.000 ekor sehingga masih ada kekurangan sekitar 25.000 sapi atau 48 persen, yang harus dipenuhi dari luar daerah.
Kendali inflasi
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalsel Imam Subarkah mengatakan, daging sapi masih menjadi salah satu komoditas pendorong inflasi di Kalsel. Dengan peningkatan jumlah produksi sapi di Kalsel, diharapkan ketersediaan pasokan daging sapi bisa lebih memadai sehingga inflasi terkait dengan daging sapi bisa lebih terkendali.
”Kami turut mendukung program Siska Kuintip dengan melakukan beberapa kerja sama secara teknis untuk pengembangan kluster sapi di Kalsel,” katanya.
Gubernur Kalsel Sahbirin Noor menyampaikan, pemerintah daerah telah menyusun Rencana Aksi Daerah Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan (RAD-KSB) 2022-2024. Melalui kebijakan RAD-KSB tersebut, pemda berkomitmen mengupayakan perbaikan tata kelola perkebunan kelapa sawit berkelanjutan, lebih terarah, dan terintegrasi.
KOMPAS/NIKSON SINAGA
Wagiran (49) menggembalakan sapi di perkebunan kelapa sawit milik PT Perkebunan Nusantara III di Desa Sei Simujur, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara, Rabu (11/11/2015). Integrasi peternakan dengan perkebunan merupakan salah satu program pemerintah untuk mewujudkan swasembada daging.
”Ke depan, saya minta semua perusahaan besar perkebunan kelapa sawit untuk melaksanakan program Siska Kuintip. Kita buktikan Kalsel benar-benar sebagai provinsi yang maju di subsektor perkebunan dan peternakan,” katanya.
Program Siska Kuintip diharapkan dapat meningkatkan populasi ternak sapi potong, meningkatkan pendapatan pekebun dan peternak, meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pekebun dan peternak serta pelaku usaha, meningkatkan pertumbuhan ekonomi perdesaan, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan ketahanan ekonomi nasional, serta melestarikan lingkungan.
”Dengan kolaborasi pemerintah pusat dan daerah, pengusaha kelapa sawit dan masyarakat pekebun dan peternak, kita akan sukses dalam mewujudkan perkebunan yang berkelanjutan, sekaligus siap sedia dalam menjadikan Kalsel sebagai penyangga pangan ibu kota negara,” kata Sahbirin.