Integrasi perkebunan kelapa sawit dan peternakan sapi dikembangkan di Kalimantan Selatan. Program berbasis kemitraan dengan perusahaan perkebunan sawit tersebut diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
KOMPAS/RIZA FATHONI
Peternakan sapi potong yang menempati areal perkebunan PT Sawit Sumbermas Saran Tbk (SSMS) di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Kamis (29/4/2021).
BANJARBARU, KOMPAS — Program integrasi perkebunan kelapa sawit dan peternakan sapi dikembangkan di Kalimantan Selatan. Program berbasis kemitraan dengan perusahaan perkebunan sawit tersebut diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.
Sebagai bentuk komitmen pelaksanaan program berbasis kemitraan tersebut, Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalsel dan delapan perusahaan perkebunan kelapa sawit menandatangani nota kesepahaman perjanjian kerja sama pelaksanaan Program Integrasi Sawit Berbasis Kemitraan Usaha Ternak Inti Plasma di Banjarbaru, Jumat (2/7/2021).
Perusahaan yang berkomitmen mendukung program integrasi itu di antaranya PT Saka Kencana Sejahtera, PT Citra Putra Kebun Asri, PT Hasnur Cipta Terpadu, PT Smart Tbk, PT Gawi Makmur Kalimantan, PT Candi Artha, dan PT Buana Karya Bakti.
Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalsel Suparmi mengatakan, program integrasi kelapa sawit dan sapi adalah program yang sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Nasional Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan (RAN-KSB) Tahun 2019-2024.
Kepala daerah selanjutnya diinstruksikan untuk membentuk dan melaksanakan Rencana Aksi Daerah Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan (RAD-KSB). ”Di Kalsel, program integrasi tersebut akan dimulai pada tahun ini sesuai RAD-KSB Provinsi Kalsel 2021-2024,” ujarnya.
KOMPAS/JUMARTO YULIANUS
Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalsel Suparmi di Desa Kiram, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, Kalsel, Selasa (11/2/2020).
Menurut Suparmi, program integrasi tersebut adalah salah satu cara untuk mendorong aspek multimanfaat dari perkebunan sawit dan peternakan sapi. ”Perkebunan kelapa sawit diminta ikut berkomitmen mendukung percepatan swasembada sapi potong di Kalsel,” katanya.
Selama ini baru empat perusahaan besar swasta perkebunan kelapa sawit yang melakukan integrasi sawit dan sapi. Empat perusahaan itu tersebar di Kabupaten Tanah Bumbu (2 perusahaan), Tanah Laut (1), dan Barito Kuala (1). Keempat perusahaan itu sudah bisa memproduksi 1.145 anak sapi.
Namun, ujar Suparmi, program integrasi sawit dan sapi di empat perusahaan tersebut baru berjalan pada tingkat inti atau areal konsesi perkebunan inti perusahaan dan belum menyentuh tingkat plasma atau areal kebun kemitraan dengan masyarakat.
”Untuk ke depan, program integrasi sawit dan sapi harus dilaksanakan pada tingkat plasma atau perkebunan milik rakyat. Kami akan mengintervensinya dengan dukungan perusahaan besar swasta perkebunan kelapa sawit,” ujarnya.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Areal perkebunan kelapa sawit PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) di Pangkalan Bun, Kalteng, Kamis (29/4/2021). PT SSMS memproduksi minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) dengan kapasitas produksi total 2.500 ton per hari.
Sekretaris Daerah Kalsel Roy Rizali Anwar mengatakan, perkebunan kelapa sawit selama ini menjadi salah satu penyumbang terbesar pendapatan daerah. Untuk itu, percepatan swasembada sapi potong melalui program integrasi sawit sapi berbasis kemitraan usaha ternak inti plasma akan menjadi prioritas daerah ke depan.
”Program ini harus bisa kami maksimalkan sehingga harga sapi di Kalsel bisa lebih murah dibandingkan harga sapi yang didatangkan dari luar. Dengan begitu, perputaran ekonomi di wilayah Kalsel juga bisa lebih cepat,” katanya.
Program ini harus bisa kami maksimalkan sehingga harga sapi di Kalsel bisa lebih murah dibandingkan harga sapi yang didatangkan dari luar.
Strategi
Menurut Roy, strategi yang disiapkan untuk mendukung program integrasi tersebut antara lain optimalisasi pemanfaatan lahan sawit serta pemanfaatan limbah industri sawit dan kelapa sawit untuk pakan ternak. Selain itu, penguatan infrastruktur peternakan, penguatan rantai pasok ternak dan hasil ternak, serta regulasi dan deregulasi.
”Keuntungan yang kami harapkan adalah terciptanya korporasi antara pekebun dan peternak sehingga menghasilkan produksi sapi berbiaya rendah, meningkatnya produksi sawit, dan meningkatnya pendapatan pekebun,” katanya.
Penjabat Gubernur Kalsel Safrizal ZA memberikan atensi terhadap upaya peningkatan produksi perkebunan dan peternakan di Kalsel lewat program integrasi sawit dan sapi. Program tersebut diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Kalsel melalui peningkatan produksi sapi dengan memanfaatkan lahan perkebunan sawit.
”Kalau peternakan sapi sudah berkembang, tentu saja harus diikuti dengan pengembangan bisnis produk turunannya, misalnya bisnis pengolahan daging sapi. Dengan begitu, akan banyak tenaga kerja terserap sehingga dapat menurunkan angka penggangguran,” kata Safrizal.