Warga Terdampak Bencana Kekeringan di Lanny Jaya Bertambah Jadi 2.740 Orang
Ribuan warga di Distrik Kuyawage, Kabupaten Lanny Jaya, Papua, terdampak bencana kekeringan akibat embun beku. Mereka membutuhkan bantuan makanan dan pelayanan kesehatan.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·4 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Warga di Distrik Kuyawage, Kabupaten Lanny Jaya, Papua, yang terdampak musibah kekeringan bertambah menjadi 2.740 orang. Masyarakat yang terdampak kekeringan itu membutuhkan bantuan makanan dan pelayanan kesehatan karena mereka rentan terserang diare.
Manajer Pusat Pengendalian Operasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Papua Jonathan Koirewoa, Sabtu (6/8/2022), mengatakan, 2.740 warga terdampak itu berasal dari empat kampung yang dilanda kekeringan akibat fenomena embun beku. Empat kampung ini adalah Uwone, Luarem, Yugunomba, dan Tumbubur.
Jumlah warga yang terdampak kekeringan itu bertambah dari sebelumnya. Berdasarkan data BPBD Kabupaten Lanny Jaya pada Selasa (2/8/2022), jumlah warga yang terdampak kekeringan sebanyak 548 orang.
Sementara itu, berdasarkan data terbaru, total luas lahan pertanian yang terdampak bencana kekeringan itu mencapai 36 hektar, terdiri dari 12 hektar di Kampung Luarem, 10 hektar di Yugunomba, 10 hektar di Tumbubur, dan 4 hektar di Uwome. Tanaman pangan yang mengalami kerusakan akibat kekeringan adalah ubi dan keladi.
Adapun jumlah korban meninggal di Kuyawage mencapai empat orang, terdiri dari dua orang dewasa dan dua anak balita. Selain itu, terdapat 61 warga dalam kondisi sakit diare. Tim Pemerintah Provinsi Papua dan Pemerintah Kabupaten Lanny Jaya masih menyelidiki apakah kematian empat orang itu disebabkan kelaparan atau sakit.
Pemkab Lanny Jaya juga telah menetapkan status tanggap darurat selama 90 hari karena fenomena embun beku diperkirakan hingga Oktober mendatang. Tanggap darurat itu diterapkan dari 25 Juli hingga 25 Oktober 2022.
”Pemkab Lanny Jaya telah mengirimkan laporan jumlah warga Kuyawage yang terdampak kekeringan akibat embun beku ke Kementerian Dalam Negeri. Pemkab Lanny Jaya juga akan mendistribusikan bantuan 10 ton beras ke Kuyawage pada Senin, 8 Agustus besok,” kata Jonathan yang sedang berada di Distrik Tiom, ibu kota Lanny Jaya.
Sebanyak 2.740 warga terdampak itu berasal dari empat kampung yang dilanda kekeringan akibat fenomena embun beku.
Jonathan juga menyebut, Pemkab Lanny Jaya membantah adanya unsur pembiaran atas masalah kelaparan yang dialami warga Kuyawage. Sebab, Pemkab Lanny Jaya telah mengirimkan 9,8 ton beras dan bahan makanan lainnya sejak 21 Juli 2022.
”Selain bantuan beras dan sembako, Pemkab Lanny Jaya juga telah menerjunkan 11 tenaga kesehatan ke Kuyawage sejak dua hari lalu. Sebelas orang itu terdiri dari satu dokter dan sepuluh tenaga paramedis,” papar Jonathan.
Sementara itu, Koordinator Tim Peduli Bencana Alam Kuyawage, Jimi Yeremi Kogoya, mengatakan, berdasarkan data warga setempat, bencana kekeringan di Kuyawage terjadi sejak 1 Juli 2022. Sejak saat itu, banyak tanaman pangan milik warga, seperti ubi dan keladi, mengalami kerusakan dan busuk sehingga tidak dapat dikonsumsi.
”Dari laporan warga Kuyawage, jumlah korban yang meninggal lima orang. Diduga, mereka meninggal karena kondisi tubuh yang melemah akibat sakit disertai kelaparan,” ungkap Jimi yang juga sedang berada di Tiom.
Jimi pun mengatakan, Tim Peduli Bencana Alam Kuyawage akan melihat langsung kondisi warga yang terdampak di empat kampung pada Rabu (10/8/2022). Tim akan membawa bantuan bahan makanan pokok dan melakukan verifikasi jumlah warga yang menjadi korban bencana kekeringan di Kuyawage.
”Warga yang terdampak berharap adanya bantuan makanan siap saji. Sebab, banyak warga dalam kondisi tubuh yang lemah sehingga tidak mampu untuk memasak nasi dan makanan lainnya,” katanya.
Sekretaris Daerah Papua Muhammad Ridwan Rumasukun mengatakan, pihaknya telah menyalurkan bantuan 1,2 ton bahan makanan berupa beras, mi instan, minyak goreng, garam, dan gula ke Pemkab Lanny Jaya pada Sabtu ini. Bantuan tersebut merupakan wujud dukungan Pemprov Papua untuk membantu masyarakat Kuyawage yang terdampak bencana kekeringan.
”Pemprov Papua juga memberikan uang senilai Rp 200 juta untuk penanganan dampak kekeringan di Kuyawage. Kami akan terus berkoordinasi dengan Pemkab Lanny Jaya untuk mendukung segala kebutuhan warga Kuyawage,” kata Ridwan.
Sosiolog dari Universitas Cenderawasih, Jayapura, Avelinus Lefaan, berpendapat, masyarakat di daerah pegunungan sebenarnya sudah memiliki kearifan lokal untuk menyiapkan cadangan makanan. Namun, jumlah cadangan makanan itu tidak memadai untuk mengantisipasi dampak cuaca ekstrem.
Oleh karena itu, diperlukan pendampingan dari tenaga penyuluh dan pemerintah daerah untuk menyiapkan fasilitas cadangan makanan yang memadai.
Avelinus juga menilai, pola tanam masyarakat pegunungan di dataran tinggi tidak lagi bisa diterapkan di tengah ancaman bencana alam akibat perubahan iklim yang sering terjadi, misalnya banjir bandang dan longsor hingga embun beku.
”Pemerintah daerah melalui instansi terkait dan tenaga penyuluh harus menyosialisasikan kepada masyarakat untuk mengubah budaya pertaniannya. Pola tanam umbi-umbian dan sayur harus beradaptasi dengan kondisi perubahan iklim yang kini melanda dunia,” papar Avelinus.