Pelbagai terobosan dan bantuan diupayakan untuk menopang Orang Rimba di Jambi. Di luar itu, komunitas pedalaman tersebut membutuhkan lahan kelola dan pendampingan.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·4 menit baca
IRMA TAMBUNAN
Seorang ibu membawa beras bantuan bagi komunitas Orang Rimba di Sarolangun, Jambi, Minggu (3/7/2022). Bantuan itu disalurkan oleh Kepolisian Daerah Jambi.
Informasi adanya bantuan beras disampaikan dari mulut ke mulut. Masat (50) dan para induk atau ibu berjalan keluar rimba sejak Minggu (3/7/2022) pagi. Turut bersama mereka, anak-anak di dalam gendongan.
Pukul 11.00, sekitar 60 keluarga telah berkumpul. Tiga polisi rimba, yakni Perbal, Jeni, dan Seri, membagi-bagikan beras kepada para induk. Tiap keluarga memperoleh bantuan beras satu karung berisi 10 kilogram.
”Sampaikan terima kasih untuk Bepak (Bapak) Kapolda,” pesan Masat kepada salah satu polisi rimba.
Satu ton beras yang dikirim dari Polda Jambi itu untuk membantu 100 keluarga. ”Masih banyak yang belum dapat. Kalau nanti ada bantuan lagi, akan kami arahkan ke tempat lain,” ujar Tumenggung Nggrip, pimpinan Orang Rimba di wilayah Kedundung Muda, Kabupaten Sarolangun.
KOMPAS
Suku Anak Dalam atau Orang Rimba di Taman Nasional Bukit Duabelas, sangat bergantung pada hutan. Hutan tidak hanya sebagai tempat tinggal dan mencari makan, namun menyediakan pula berbagai obat-obatan tradisional. Semua adat istiadat Orang Rimba pun selalu berkaitan dengan hutan, salah satunya upacara adat jemban budak mandi atau memandikan bayi di sungai.
Bantuan berupa bahan pangan selalu disambut antusias oleh komunitas Orang Rimba di ekosistem Bukit Duabelas, Jambi. Meski komunitas itu sebenarnya menanam padi, hasilnya tak cukup. Bahan pangan yang tumbuh alami dalam hutan pun kian menipis. Ubi gadung yang menjadi sumber karbohidrat komunitas itu tak banyak tumbuh lagi karena lahannya mulai tergantikan kebun sawit.
Beras yang melimpah di pasar menarik perhatian Orang Rimba. Masat pun terbiasa berbelanja. Ia kumpulkan terlebih dahulu getah-getahan dalam hutan untuk dijual di pasar. Hasilnya untuk dibelikan beras.
Begitu pula sumber protein ikan didapatnya dengan cara membeli. Perubahan lingkungan menyebabkan ikan makin sedikit di sungai. Ketimbang repot mencari, ia pun terbiasa membeli ikan di pasar.
Budaya konsumtif tumbuh seiring beragam bantuan yang masuk, mulai dari beras, minyak goreng, hingga gula.
IRMA TAMBUNAN
Warga menikmati makan seusai ritual memandikan anak di komunitas Orang Rimba di Taman Nasional Bukit Duabelas, Sarolangun, Jambi, Sabtu (2/7/2022).
Untuk membantu kemandirian pangan bagi komunitas itu, pemerintah menggulirkan program tapak keluarga dan tapak komunal berkonsep agroforestri. ”Mereka boleh mengelola lahan dalam taman nasional dengan menanami tanaman buah, tanaman obat, dan tanaman pangan. Hasilnya untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan kelompok,” kata Kepala Seksi Wilayah II Balai Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) Saefullah.
Sejak dimulai setahun terakhir, sejumlah jenis bibit dipasok. ”Ado avokad. Adodurion (durian). Ado juga pinang. Semuanya ditanam di sini,” ujar Besemen, penasihat adat Orang Rimba wilayah Punti Kayu, sambil menunjukkan hamparan di salah satu bukit. Ia berharap empat atau lima tahun lagi hasilnya dapat dinikmati.
Komunitas Orang Rimba yang berpenduduk sekitar 6.000 jiwa itu semula menyebar pada ekosistem Bukit Duabelas seluas 130.000 hektar. Namun, selama 30 tahun terjadi alih fungsi hutan yang menekan kehidupan komunitas itu. Tersisa Taman Nasional Bukit Duabelas yang luasnya 58.000 hektar. TNBD disahkan sebagai ruang hidup Orang Rimba yang mencakup Kabupaten Sarolangun, Batanghari, Tebo, dan Merangin. Meski begitu, TNBD hanya dihuni sekitar 30 persen warga.
Selebihnya menumpang hidup secara darurat di kebun-kebun sawit dan tanaman akasia. Seiring itu pula penyakit dan kekurangan pangan kerap mewarnai kehidupan Orang Rimba.
IRMA TAMBUNAN
Induk Nidar menjelang ritual memandikan anak di komunitas Orang Rimba di Taman Nasional Bukit Duabelas, Sarolangun, Jambi, Sabtu (2/7/2022).
Pelbagai terobosan
Dalam upaya mengatasi persoalan Orang Rimba, pelbagai terobosan terus diupayakan. Tujuannya memberi kehidupan yang lebih baik.
Di sektor kependudukan, misalnya, telah ada pengakuan terhadap mereka sebagai warga negara. Dari 6.000 warga, 70 persen telah direkam data kependudukannya. Mereka dapat mengakses layanan negara, termasuk menerima bantuan sosial dan pelayanan medis.
Bagi warga yang belum tercatat namanya, pelayanan kesehatan tetap diberikan. ”Warga suku anak yang datang ke fasilitas kesehatan wajib dilayani secara gratis oleh petugas meskipun belum masuk daftar kependudukan,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batanghari Elfie Yenni. Selain layanan di faskes, pihaknya menyelenggarakan pula program pengobatan dan imunisasi ke pedalaman.
Kepala Balai TNBD Haidir memastikan adanya pendidikan bagi Orang Rimba di pedalaman lewat program mobile school dan jungle school. Mobile school artinya guru menjangkau siswanya dari satu tempat ke tempat lain. Sementara jungle school merupakan sekolah yang diselenggarakan secara rutin di dalam hutan.
IRMA TAMBUNAN
Demam sawit telah memicu alih fungsi lahan di Taman Nasional Bukit Duabelas, Sarolangun, Jambi, (Sabtu (2/7/2022). Sebagian Orang RImba bertahan menanami hutan dengan konsep agroforestri demi menjaga kelestariannya.
Polisi Rimba
Untuk pertama kali pula, Orang Rimba mendapatkan peluang masuk kesatuan Polri. Jeni, Perbal, dan Seri lolos dalam seleksi penerimaan Bintara Polri Tahun 2021 mewakili komunitas Orang Rimba di pedalaman Bukit Duabelas. Ketiganya kini mengabdi di komunitasnya.
Kepala Kepolisian Daerah Jambi Inspektur Jenderal Albertus Rachmad Wibowo menyebut polisi rimba diharapkan turut memberdayakan komunitasnya untuk semakin maju. Berdaya secara ekonomi, literasi, dan melek hukum.
Melalui polisi rimba pula, sejumlah bantuan diberikan. Selain beras, ada pula bantuan budidaya ternak ikan. ”Ini akan jadi modal bagi mereka untuk semakin berdaya secara ekonomi dengan tetap menjaga hutannya lestari,” katanya.
Sebelumnya, pemuda dari komunitas Orang Rimba, Budi, juga lolos masuk sebagai anggota TNI. Hingga kini, Budi mengabdi di sekitar Bukit Duabelas.
Besemen menyebut semakin banyak anak rimba yang telah melek huruf. Bahkan sudah ada yang melanjutkan pendidikan hingga bangku kuliah. Artinya, Orang Rimba bisa maju jika mendapatkan kesempatan yang sama.
Ia pun mengapresiasi upaya pemerintah untuk mengangkat komunitas adat tersebut. Harapannya akan semakin memupus stigma terbelakang yang selama ini melekat pada Orang Rimba.