Pencarian 4 Korban Hilang akibat Banjir di Parigi Moutong Belum Membuahkan Hasil
Pencarian terhadap empat korban hilang karena banjir di Parigi Moutong, Sulteng, belum membuahkan hasil. Sementara itu, banyak kebutuhan pengungsi belum bisa dipenuhi, seperti selimut dan perlengkapan bayi.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·4 menit baca
PALU, KOMPAS — Pencarian terhadap empat korban hilang akibat banjir di Desa Torue, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, belum membuahkan hasil. Pencarian tetap difokuskan pada muara dan perairan, termasuk menyisir material banjir yang diduga menjadi tempat tertimbunnya para korban.
Kepala Seksi Operasi Basarnas Kantor Pencarian dan Pertolongan Palu Andi Sultan mengatakan, pencarian pada Sabtu atau hari ketiga operasi tak menemukan tanda-tanda keberadaan para korban. ”Sempat ada petunjuk dengan muncul bau di timbunan potongan kayu, tetapi ternyata itu bangkai binatang,” ujarnya saat dihubungi dari Palu, Sulteng, Sabtu (30/7/2022).
Tim pencarian telah membongkar dua dari tiga tumpukan potongan kayu yang terbawa banjir di muara Sungai Torue. Satu tumpukan potongan kayu menurut rencanana dibongkar pada Minggu (31/7/2022). Pembongkaran tumpukan kayu dilakukan secara manual (tangan) dan gergaji mesin (chain shaw).
Pencarian pada hari ketiga operasi difokuskan di sekitar muara. Ada tim yang mencari korban dengan menyisir kiri dan kanan pantai dari muara Sungai Torue dengan berjalan kaki. Tim lainnya berfokus membongkar potongan kayu dan lumpur yang terbawa banjir di muara. Ada juga tim yang menggunakan perahu karet dan perahu warga mencari para korban di perairan atau laut.
Andi menyebutkan, pencarian di muara dilakukan karena kemungkinan korban terseret banjir ke muara. Luapan air setinggi 90 sentimeter potensial menghanyutkan orang.
Meski fokus di muara, sejumlah anggota regu tetap mencari korban di tumpukan material dan air tergenang di sekitar permukiman.
Empat korban hilang yang masih dicari tersebut ialah Lian (33), Nuke (75), Sukasi (38), dan Afifah (5). Semuanya perempuan.
Anggota tim pencarian pada Sabtu bertambah banyak. Berdasarkan catatan Basarnas Kantor Pencarian dan Pertolongan Palu, sekitar 150 orang terlibat pencarian. Selain dari Basarnas Kantor Pencarian dan Pertolongan Palu, bergabung juga anggota Polri dan TNI setempat, personel Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Parigi Moutong, BPBD Kota Palu, BPBD Sulteng, masyarakat setempat, serta dari berbagai lembaga sosial dan komunitas. Jumlah tersebut meningkat signifikan dari sekitar 70 personel pencarian pada Jumat (30/7/2022).
Sesuai regulasi, pencarian korban bencana atau musibah berlangsung selama tujuh harinya. Artinya, pencarian empat korban hilang tersebut dilakukan sampai Rabu (3/8/2022). Operasi pencarian dimulai pada Kamis malam sesaat setelah banjir terjadi.
Butuh selimut
Banjir melanda Desa Torue, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong, Kamis (28/7/2022) malam. Selain empat korban hilang, banjir tersebut menewaskan tiga orang yang telah dievakuasi dan diidentifikasi pada Kamis malam.
Banjir menerjang permukiman warga Dusun II, Dusun III, dan Dusun IV, Desa Torue, pukul 21.00 Wita menyusul hujan lebat di wilayah tersebut dari pukul 19.00 Wita. Banjir disertai lumpur dan potongan kayu. Air mengalir deras ke permukiman warga karena tak bisa ditampung Sungai Torue yang mengalir di sekitar permukiman.
Torue terletak di Jalan Trans-Sulawesi Poros Parigi Moutong-Kabapten Poso, berjarak sekitar 45 kilometer dari Parigi, ibu kota Kabupaten Parigi Moutong. Dari Palu, ibu kota Sulteng, Torue berjarak 110 kilometer.
Berdasarkan data BPBD Sulteng, banjir tersebut menghanyutkan tujuh rumah. Rumah rusak lainnya masih didata. Selain itu, banjir juga merendam kantor camat dan kantor desa setempat, 1 sekolah dasar, 2 unit bangunan pendidikan anak usia dini (PAUD), 1 sekolah menengah pertama, dan merusak tempat pelelangan ikan (TPI).
Saat ini, 336 warga masih mengungsi. Mereka pada umumnya mengungsi di tiga titik, yakni sekitar tempat ibadah (masjid), halaman kantor desa, dan rumah kepala Desa Torue.
Asriah (45), warga Dusun III yang bersama keluarganya memilih mengungsi di halaman rumahnya, mengatakan, dirinya membutuhkan selimut dan tikar. ”Malam cukup dingin, apalagi di sini masih turun hujan meskipun tidak terlalu deras,” ujarnya.
Seluruh barang di dalam rumah Asriah basah dan terkena lumpur sehingga untuk sementara tak bisa digunakan.
Untuk kebutuhan makanan dan minuman, Asriah mengatakan telah terpenuhi dengan baik dari posko yang didirikan pemerintah.
Sekretaris BPBD Parigi Moutong Rivai mengatakan para pengungsi membutuhkan tambahan selimut serta kebutuhan bayi, seperti popok dan susu. Pihaknya tengah berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk pemenuhan kebutuhan tersebut.
Untuk menangani bencana tersebut, Bupati Parigi Moutong Samsurizal Tombolotutu menetapkan status darurat untuk 14 hari, mulai 28 Juli hingga 11 Agustus 2022. Status tersebut ditetapkan agar semua pihak di bawah koordinasi BPBD Parigi Moutong fokus menangani dampak banjir, seperti menangani kebutuhan pengungsi, perbaikan infrastruktur serta sarana dan prasarana vital, kebun atau sawah, serta tambak warga. Percepatan diperlukan agar warga kembali beraktivitas normal.