Pencarian Empat Korban akibat Banjir di Parigi Moutong Dilanjutkan di Muara Sungai Torue
Tim pencarian gabungan masih mencari empat korban hilang akibat banjir di Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Pencarian dilanjutkan di muara Sungai Torue. Pemerintah setempat menetapkan status darurat.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·4 menit baca
PALU, KOMPAS —Tim pertolongan gabungan melanjutkan pencarian empat korban hilang yang terbawa banjir di Desa Torue, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Sabtu (30/7/2022). Ada kemungkinan para korban tertimbun material banjir, seperti kayu dan lumpur, di sekitar muara Sungai Torue.
Kepala Seksi Operasi Basarnas Kantor Pencarian dan Pertolongan Palu Andi Sultan mengatakan, pencarian pada Sabtu berfokus di sekitar muara. Ada tim yang menyisir kiri dan kanan muara dengan berjalan kaki untuk membongkar tumpukan material yang berupa potongan kayu dan lumpur yang berserakan. Tim lainnya berfokus membongkar potongan kayu dan lumpur yang terbawa banjir di muara Sungai Torue.
”Ada juga tim dengan perahu karet dan perahu masyarakat mencari para korban di perairan atau laut,” katanya saat dihubungi dari Palu, Sulteng, Sabtu (30/7/2022).
Ia menyebutkan, kemungkinan para korban terseret banjir ke muara. Luapan air setinggi 90 sentimeter berpotensi menghanyutkan orang.
Banjir melanda Desa Torue, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong, Kamis (28/7/2022) sekitar pukul 21.00 Wita, menyusul hujan lebat di wilayah tersebut dari pukul 19.00 Wita. Banjir menerjang permukiman warga Dusun II, Dusun III, dan Dusun IV, Desa Torue, disertai lumpur dan potongan kayu. Air mengalir deras ke permukiman warga karena tak bisa ditampung di Sungai Torue yang mengalir di sekitar permukiman.
Selain empat korban hilang, banjir telah menewaskan tiga orang yang telah dievakuasi dan diidentifikasi pada Kamis malam. Korban tewas adalah Kasmin (50), Mato (50), dan Aneke Solang (44). Kasmin merupakan warga Desa Torue, sementara Mato dan Aneke adalah warga yang melintas di Jalan Trans-Sulawesi Poros Parigi Moutong-Poso saat banjir terjadi.
Adapun empat korban hilang yang masih dicari adalah Lian, Nuke, Sukasi, dan Afifah. Semuanya berjenis kelamin perempuan.
Adapun Torue terletak di Jalan Trans-Sulawesi Poros Parigi Moutong-Kabupaten Poso, berjarak sekitar 45 kilometer dari Parigi, ibu kota Kabupaten Parigi Moutong. Dari Palu, ibu kota Sulteng, Torue berjarak 110 kilometer.
Meski fokus di muara, sejumlah anggota regu tetap mencari para korban di tumpukan material dan air yang tergenang di sekitar permukiman. Pada Sabtu ini, yang merupakan operasi pencarian hari ketiga, petugas yang terlibat bertambah banyak. Berdasarkan catatan Basarnas Kantor Pencarian dan Pertolongan Palu, ada sekitar 150 orang terlibat melakukan pencarian korban.
Selain dari Basarnas Kantor Pencarian dan Pertolongan Palu, bergabung juga anggota Polri dan TNI setempat, personel Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Parigi Moutong, BPBD Kota Palu, BPBD Provinsi Sulteng, masyarakat setempat, serta dari berbagai lembaga sosial dan komunitas. Jumlah tersebut meningkat signifikan. Sebelumnya, Sabtu (30/7), jumlah personel pencarian yang terlibat sekitar 70 orang.
Andi menyatakan, dengan kekuatan tersebut diharapkan pencarian bisa mendapatkan hasil. ”Insya Allah, kami berusaha maksimal untuk menemukan para korban,” ujarnya.
Sebanyak 336 warga masih mengungsi.
Berdasarkan data BPBD Provinsi Sulteng, banjir tersebut menghanyutkan tujuh rumah. Rumah rusak lainnya masih didata. Selain itu, banjir merendam kantor camat dan kantor desa setempat, satu sekolah dasar serta sekolah menengah pertama, dan merusak tempat pelelangan ikan (TPI).
Saat ini, sebanyak 336 warga masih mengungsi. Mereka mengungsi di tiga titik, yakni sekitar tempat ibadah (masjid), halaman kantor desa, dan rumah Kepala Desa Torue.
Selain di Torue, banjir juga melanda Desa Tolai, Kecamatan Torue, Kamis lalu. Namun, tak ada korban jiwa akibat banjir tersebut. Tercatat 11 rumah di bantaran sungai hanyut dilanda banjir. Sekitar 200 orang mengungsi di rumah keluarga dan fasilitas umum.
Tanggap darurat
Untuk menangani bencana tersebut, Bupati Parigi Moutong Samsurizal Tombolotutu menetapkan status darurat untuk 14 hari, mulai 28 Juli 2022 hingga 11 Agustus 2022.
Status tersebut ditetapkan agar semua pihak di bawah koordinasi BPBD Parigi Moutong fokus menangani dampak banjir, seperti menangani kebutuhan pengungsi, perbaikan infrastruktur dan sarana serta prasarana vital, kebun atau sawah, serta tambak warga. Percepatan penanganan diperlukan agar warga kembali bisa beraktivitas normal.
Sekretaris BPBD Parigi Moutong Rivai membenarkan adanya penetapan status darurat penanganan banjir tersebut. Diharapkan semua pemangku kepentingan mengambil peran agar penanganan bencana berjalan baik.