Empat Warga Hilang karena Banjir di Parigi Moutong Belum Ditemukan
Empat korban hilang karena banjir di Kabupaten Parigi Moutong, Sulteng, masih dicari. Penyebab banjir perlu dikaji agar bisa ditangani dengan baik untuk mencegah bencana serupa di masa mendatang.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·3 menit baca
PALU, KOMPAS — Empat warga terdampak banjir bandang di Desa Torue, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, belum ditemukan hingga Jumat (29/7/2022) malam. Pencarian dilakukan dari muara hingga ke laut. Pencarian akan dilanjutkan pada Sabtu (30/7/2022).
Kepala Badan SAR Nasional Kantor Pencarian dan Pertolongan Palu Andrias Hendrik Johanes, di Palu, Sulteng, Jumat, mengatakan, pencarian melibatkan 70 orang. Selain Basarnas, ada juga personel Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Parigi Moutong, TNI dan Polri setempat, sukarelawan dari berbagai lembaga, serta masyarakat setempat.
Keempat korban hilang adalah warga Torue, yaitu Lian, Nuke, Sukasi, dan Afifah. Sejauh ini, pencarian dilakukan di sekitar muara dan perairan di Torue serta sepanjang pantai di sisi kiri dan kanan muara. Tim gabungan juga menyisir permukiman terdampak banjir. Tim akan bekerja selama tujuh hari atau hingga Rabu pekan depan.
Sebelumnya, banjir bandang melanda Desa Torue, Kamis (28/7/2022) malam. Banjir bandang tersebut menerjang permukiman warga Dusun II, Dusun III, dan Dusun IV, Desa Torue, pukul 21.00 Wita, menyusul hujan lebat di wilayah itu satu jam sebelumnya. Banjir disertai lumpur dan tanah serta potongan kayu. Air mengalir deras ke permukiman warga karena tak bisa ditampung Sungai Torue yang mengalir di sekitar permukiman.
Torue terletak di Jalan Trans-Sulawesi Poros Parigi Moutong-Kabupaten Poso, berjarak sekitar 45 kilometer dari Parigi, ibu kota Kabupaten Parigi Moutong. Dari Palu, ibu kota Sulteng, Torue berjarak 110 km. Mayoritas warga Desa Torue bekerja sebagai petani kakao di hulu sungai.
Kejadian ini menewaskan tiga orang, yaitu Kasmin (50), Mato (50), dan Aneke Solang (44). Kasmin merupakan warga Desa Torue. Sedangkan Mato dan Aneke adalah warga yang melintas di Jalan Trans-Sulawesi Poros Parigi Moutong-Poso saat banjir terjadi.
Sekretaris BPBD Parigi Moutong Rivai menyatakan juga fokus menangani pengungsi. Dapur umum untuk pemenuhan kebutuhan para pengungsi telah diaktifkan sejak Kamis malam. Jumlah pengungsi dari tiga dusun yang terdampak banjir 450 jiwa. Selain orang dewasa, pengungsi juga terdiri dari warga lanjut usia dan anak balita. Mereka mengungsi di sekitar Kantor Desa Torue.
Gubernur Sulteng Rusdy Mastura telah memerintahkan Kepala BPBD Sulteng dan Kepala Dinas Sosial Sulteng untuk turun ke lokasi kejadian. Semua pihak diminta memberikan dukungan kepada keluarga yang berduka dan memenuhi kebutuhan para pengungsi. ”Semua OPD (organisasi perangkat daerah) agar dapat memberikan dukungan supaya ada percepatan pemulihan warga terdampak banjir,” ujarnya.
Semua pihak, lanjut Rusdy, perlu berkoordinasi untuk melihat dan mengkaji penyebab banjir bandang tersebut. Dinas Kehutanan Sulteng perlu turun tangan untuk melihat penyebab banjir.
Hujan melanda hampir semua daerah di Sulteng dalam tiga hari terakhir. Di Parigi Moutong, banjir juga melanda Kecamatan Balinggi. Rumah dan sawah warga terendam banjir. Luas sawah terendam masih didata BPBD Parigi Moutong.
Selain di Parigi Moutong, banjir juga dilaporkan terjadi di sejumlah desa di Kecamatan Moilong, Kabupaten Banggai. Namun, banjir tak menelan korban jiwa, hanya merendam permukiman.
Banjir diperkirakan masih bisa terjadi di sejumlah wilayah Sulteng hingga Sabtu (30/7/2022). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Mutiara Palu menyebutkan, potensi hujan intensitas sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang terjadi di Parigi Moutong, Kota Palu, Tolitoli, Sigi, Donggala, Poso, Morowali, dan Morowali Utara. Daerah-daerah tersebut juga rawan banjir dan longsor.