Misi Menggenapi Teka-teki Penembakan Istri Tentara di Semarang
Teka-teki penembakan istri anggota TNI di Semarang perlahan mulai terungkap, setelah polisi menangkap satu demi satu pelaku yang terlibat. Suami korban yang menghilang diharapkan segera ditemukan untuk mengungkap kasus.
Awal pekan lalu, masyarakat Kota Semarang, Jawa Tengah, dibuat geger oleh penembakan terhadap Rina Wulandari (34), oleh sekelompok orang tak dikenal. Saat luka bekas bedil di perut kiri Rina belum kering, suaminya yang seorang tentara, menghilang ditelan bumi. Potongan teka-teki dari kasus misterius itu masih terus dikumpulkan dan dirangkai.
Kemalangan menimpa Rina, Senin (18/7/2022) sekitar pukul 11.55. Siang itu, ibu dari tiga anak tersebut baru saja menggenapi tugas hariannya, menjemput anak sulungnya dari sebuah sekolah dasar di kawasan Banyumanik, Kota Semarang.
Rina keluar dari rumahnya di Kelurahan Padangsari, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, sekitar pukul 11.46. Dia lalu menuju sekolah anaknya dengan menaiki sepeda motor otomatis.
Sekitar 9 menit kemudian, Rina kembali tiba di rumah dengan memboncengkan bocah perempuan berusia 7 tahun, yang tak lain anak sulungnya. Anak itu duduk di bagian depan jok sepeda motor.
Saat Rina dan sang anak tiba di depan gerbang rumahnya, dua pria yang menunggang sepeda motor hijau melintas di samping mereka. Tanpa tedeng aling-aling, pria yang duduk di jok belakang melepaskan tembakan ke arah perut Rina dari jarak kurang dari 50 sentimeter.
Menyadari dirinya terluka, Rina menghentikan kendaraannya lalu turun dan berjalan menuju ke dalam rumah sambil menggandeng anaknya. Namun, sekira 22 detik setelah peluru pertama dilepaskan, dua orang pelaku kembali ke tempat Rina dan anaknya berdiri.
Sekali lagi, peluru dilepaskan ke arah Rina dan anaknya. Beruntung, tembakan meleset usai Rina menghindar sambil memeluk anaknya. Bahkan, Rina masih sempat melawan dengan cara menyabetkan tas sekolah anaknya yang ia pegang ke arah pelaku.
Baca juga : Polda Jateng Periksa Polisi yang Tembak Warga di Semarang
Pelaku kemudian melarikan diri. Sementara itu, Rina dan anaknya berhasil masuk ke dalam rumah. Tak berselang lama, Rina dibawa menuju Rumah Sakit Hermina Banyumanik oleh suaminya, Kopral Dua Muslimin, bersama seorang tetangga mereka.
Pada saat kejadian, kondisi jalanan di sekitar tempat terjadinya perkara sepi. Tidak ada orang lain yang menyaksikan langsung peristiwa itu selain Rina, anaknya, dan para pelaku. Berdasarkan penuturan warga, lingkungan itu sehari-hari memang sepi, terutama pada siang hari. Sebab, mayoritas warga di wilayah itu pergi bekerja pada siang hari.
”Saat kejadian, saya berada di dalam ruang jaga sehingga tidak melihat langsung, tetapi memang sempat mendengar suara ledakan sebanyak satu kali. Awalnya, saya kira suara petasan. Hingga kemudian ada salah satu orang yang berteriak, katanya ada yang tertembak. Setelah itu saya keluar (dari ruang jaga) untuk melihat apa yang terjadi,” ujar Trianto, petugas keamanan klinik di samping rumah korban, Sabtu (23/7).
Tanpa tedeng aling-aling, pria yang duduk di jok belakang melepaskan tembakan ke arah perut Rina dari jarak kurang dari 50 sentimeter.
Seusai memastikan situasi kondusif, Trianto kembali ke ruangannya. Trianto lalu berinisiatif melihat kejadian itu melalui rekaman kamera pemantau.
Trianto menuturkan, dalam rekaman terlihat pelaku penembakan beraksi dengan mengendarai sepeda motor. Trianto mengaku tak mengenali para pelaku karena mereka menggunakan masker dan helm hingga menutupi wajah mereka. Sepeda motor yang mereka gunakan juga dilepas pelat nomor polisinya.
Tak berselang lama setelah kejadian, polisi langsung mendatangi lokasi dan melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Dalam olah TKP, polisi menemukan satu proyektil dan dua selongsong. Adapun satu proyektil lain yang bersarang di perut Rina, termasuk pakaian yang dipakai Rina saat kejadian, disita sebagai barang bukti.
Selain itu, polisi juga mengumpulkan rekaman kamera pemantau di sekitar lokasi, kemudian membedah rekaman itu untuk mendapatkan gambaran peristiwa tersebut.
Melalui proses tersebut diketahui, pelaku yang terlibat dalam kejahatan tersebut tidak hanya dua orang, tetapi empat orang. Dua orang berperan sebagai eksekutor dan dua lainnya bertugas memantau rumah korban sekaligus mengawasi lingkungan.
Hingga Sabtu, polisi telah memeriksa setidaknya lima orang sebagai saksi terkait kejadian tersebut. Mereka terdiri dari tetangga dan orang-orang terdekat korban.
Tertangkap
Potongan demi potongan teka-teki kasus itu pun mulai terkumpul. Mulanya, polisi berhasil menemukan dua sepeda motor yang digunakan para pelaku.
Dua kendaraan itu ditemukan di rumah salah satu rekan pelaku di Kecamatan Mijen, Kota Semarang, dan di sebuah rumah di Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jateng. Menurut polisi, sepeda motor yang ditemukan di Mijen sempat dicat ulang untuk menghilangkan jejak kejahatan.
Baca Juga: Senjata dan Motif Penembakan Brimob Purwokerto Belum Jelas
Berbekal identitas para pelaku yang telah dikantongi, polisi menangkap satu per satu pelaku. Polisi mengumumkan penangkapan pelaku pertama pada Jumat (22/7) petang. Pelaku yang disebut berperan sebagai eksekutor itu diringkus di wilayah perbatasan Kota Semarang dan Demak.
”Secara teknis dan taktis, kami sudah memastikan kesiapan anggota karena pelaku yang akan ditangkap ini bersenjata. (Dalam penangkapan itu) tidak ada perlawanan dari pelaku,” ucap Kepala Kepolisian Resor Kota Besar Semarang Komisaris Besar Irwan Anwar.
Pada Sabtu siang, Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Jateng Komisaris Besar M Iqbal Alqudusy kembali mengumumkan adanya penangkapan terhadap empat pelaku lain. Menurut Iqbal, keempat pelaku lain ditangkap sepanjang Jumat pagi hingga malam.
”Sejauh ini, tim gabungan dari Polrestabes Semarang bersama Polda Jateng telah menangkap lima orang yang berkaitan dengan kasus penembakan itu. Empat orang merupakan eksekutor dan satu orang merupakan pemasok senjata api,” kata Iqbal.
Iqbal menuturkan, lima orang itu masih disidik secara intensif oleh polisi. Polisi belum menjelaskan identitas pelaku ataupun detail penangkapan. Hal itu akan disampaikan setelah semua berkas perkara penyidikan lengkap.
Menurut Iqbal, saat ini polisi masih terus mengembangkan kasus tersebut. Iqbal juga menyebut adanya kemungkinan penambahan jumlah orang yang menjadi tersangka dalam kasus tersebut.
Potongan demi potongan teka-teki kasus itu pun mulai terkumpul. Mulanya, polisi berhasil menemukan dua sepeda motor yang digunakan para pelaku.
Menghilang
Selain disibukkan dengan penangkapan para pelaku dan pengungkapan perkara, petugas mendapatkan pekerjaan tambahan. Sebab, suami korban yakni Kopda Muslimin, tiba-tiba menghilang. Padahal, polisi memerlukan keterangan tambahan dari pria yang sehari-hari bertugas di Batalyon Artileri Pertahanan Udara 15/Dahana Bhaladika Yudha, Semarang, itu.
Kabar hilangnya Kopda Muslimin dibenarkan oleh Kepala Penerangan Komando Daerah Militer IV/Diponegoro Letnan Kolonel Infanteri Bambang Hermanto. Setelah kejadian itu, Muslimin tidak hadir tanpa izin (THTI). Menurut Bambang, Kodam tengah berfokus mencari anggotanya tersebut karena keterangan dari yang bersangkutan dibutuhkan dalam proses hukum kasus itu.
”Kepada seluruh masyarakat yang mengetahui ataupun yang mempunyai informasi terkait keberadaan Kopda M agar segera melaporkannya ke instansi TNI Angkatan Darat terdekat atau langsung ke Kodam IV/Diponegoro,” tutur Bambang.
Di sisi lain, seperti diberitakan Kompas.com, Jumat, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa menungkapkan adanya dugaan keterlibatan Muslimin dalam peristiwa tersebut. Hal itu didasari oleh bukti-bukti investigasi dan pemeriksaan jejak elektronik. ”Kita sudah memiliki saksi-saksi, termasuk yang memang memiliki hubungan khusus asmara dengan suami korban ini,” katanya.
Andika menyebut penembakan itu sangat tidak manusiawi. Ia berkomitmen akan menuntaskan kasus penembakan tersebut dan mengenakan hukuman maksimal kepada para pelaku.
Sementara itu, pakar hukum pidana Universitas Diponegoro, Semarang, Nur Rochaeti, juga mencurigai adanya keterlibatan suami korban dalam kasus penembakan tersebut. Hal itu karena suami korban yang seharusnya mendampingi korban malah menghilang setelah kejadian. Menurut dia, Muslimin harus segera ditemukan untuk mengungkap kasus.
Rochaeti menyebut, para pelaku dalam kasus tersebut bisa dijerat dengan Pasal 340 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tentang pembunuhan berencana. Ancaman hukuman maksimalnya penjara seumur hidup atau hukuman mati.
”Kalau suami korban yang merupakan anggota TNI terbukti terlibat, hukumannya bisa lebih berat karena tugas dia sebagai aparat harusnya mengayomi masyarakat, bukan malah mencelakai orang lain, apalagi istrinya,” tuturnya menambahkan.
Panglima TNI Jendral Andika Perkasa menungkapkan adanya dugaan keterlibatan Muslimin dalam peristiwa tersebut.
Berdasarkan keterangan keluarga, Rina masih terbaring lemah di rumah sakit. Kendati demikian, sudah ada tanda-tanda perbaikan kondisi. Rina disebut sudah mulai bisa diajak berkomunkasi.
”Kondisinya sudah lebih stabil. Sudah bisa bertanya mengenai kondisi anaknya. Ia juga bilang supaya saya menjaga anak-anaknya selama ia dirawat,” ujar Widarti, ibu Rina.
Sementara itu, anak sulung Rina yang turut melihat kejadian itu disebut Widarti dalam kondisi sehat. Saat ini, anak-anak Rina tinggal dan dirawat oleh Widarti.
Potongan teka-teki kasus penembakan itu diharapkan bisa segera digenapi sehingga ceritanya menjadi utuh. Korban yang saat ini masih terbaring sakit akibat luka tembakan yang dideritanya perlu mendapatkan keadilan. Sementara para pelaku yang bertindak keji harus mendapatkan hukuman yang setimpal.