Dampak Meluasnya PMK, Harga Daging Sapi Mulai Naik di Sumut
Harga daging sapi di Sumut mencapai Rp 140.000 per kg, naik dari sebelumnya Rp 130.000. Harga naik antara lain karena pasokan menurun akibat penyakit mulut dan kuku yang semakin meluas.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Harga daging sapi di Kota Medan, Sumatera Utara, mencapai Rp 140.000 per kilogram, naik dari sebelumnya Rp 130.000 per kilogram. Kenaikan harga antara lain karena pasokan menurun akibat penyakit mulut dan kuku yang semakin meluas di sentra-sentra ternak. Kenaikan harga pun membuat konsumsi masyarakat menurun.
Pantauan Kompas, Kamis (23/6/2022), kenaikan harga daging sapi terjadi di sejumlah pasar di Medan. Di Pasar Petisah, harga daging sapi mulai naik dua pekan terakhir. ”Pasokan daging sapi di rumah potong menurun sehingga harganya pun naik tipis,” kata Abdul Jalil (50), pedagang daging sapi di Pasar Petisah.
Abdul mengatakan, penyakit mulut dan kuku (PMK) menjadi pembicaraan di kalangan pedagang, rumah potong hewan, dan peternak. Penyakit yang disebabkan virus itu membuat banyak sapi siap potong ditunda pemotongannya menunggu sembuh dan gemuk kembali. Peternak dan pedagang juga tidak bisa mendatangkan sapi dari provinsi lain karena pembatasan lalu lintas ternak.
Kenaikan harga daging sapi dalam beberapa pekan ini juga membuat volume penjualan menurun. Abdul yang biasanya bisa menjual sampai 80 kilogram per hari kini hanya bisa menjual 50 kilogram. Penjualan pedagang lain pun menurun.
”Pelanggan saya dari rumah makan dan restoran mengeluh karena penjualan makanan berbahan daging sapi menurun. Karena isu PMK, banyak masyarakat mengurangi konsumsi daging sapi,” kata Sofyan (55), pedagang daging sapi lainnya.
Kekurangan pasokan sapi untuk Idul Adha mulai terasa di sejumlah daerah di Sumut. Di sentra peternakan sapi Pondok Rowo di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, hampir semua ternak sapi sudah terjangkit PMK. Meskipun bisa disembuhkan, bobot badan ternak turun 20-40 persen sehingga harus digemukkan lagi agar bisa dipotong.
”Untuk Idul Adha tahun ini, kami perkirakan hanya bisa memasok sekitar 600 ekor ternak sapi. Padahal, biasanya bisa sampai 1.600 ekor,” kata Ketua Kelompok Tani Enggal Mukti Pondok Rowo, M Sugito.
Sugito mengatakan, mereka juga biasanya membeli ternak sapi dari Aceh untuk menambah pasokan beberapa bulan sebelum Idul Adha. Setelah digemukkan, sapi lalu dijual untuk hewan kurban. Namun, tahun ini mereka tidak bisa melakukannya karena penutupan lalu lintas ternak antarprovinsi untuk memutus rantai penularan PMK.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut Azhar Harahap mengatakan, menurut perhitungan mereka, pasokan sapi siap potong seharusnya cukup meskipun ada penutupan lalu lintas ternak. ”Sumut punya lebih dari 17.000 ekor sapi siap potong,” kata Azhar.
Menurut Azhar, PMK di Sumut masih terkendali karena 60 persen kasus infeksi sudah bisa disembuhkan. Sejauh ini, 10 ternak mati karena PMK. Sebagian besar ternak yang mati adalah pedet atau anakan sapi yang tidak mendapat air susu karena induknya juga terserang PMK. Dalam waktu dekat, Sumut pun akan segera mendapat pasokan vaksin PMK.
Azhar mengatakan, sudah 7.987 ternak di 14 kabupaten/kota di Sumut terinfeksi PMK. Penularan paling tinggi di Kabupaten Batubara dengan 4.081 ekor yang terpapar. Daerah lainnya dengan kasus cukup tinggi adalah Deli Serdang 1.396 ekor, Langkat 1.205 ekor, Serdang Bedagai 498 ekor, Asahan 437 ekor, dan Medan 137 ekor. Infeksi di daerah lainnya kurang dari 100 ekor.