Sidoarjo Membutuhkan Vaksin PMK untuk 2.000 Ternak
Vaksinasi untuk mengatasi penyakit mulut dan kuku di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, terus berlanjut. Salah satu daerah wabah ini memerlukan vaksin setidaknya untuk 2.000 ternak. Sasarannya sapi perah dan sapi bibit.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI, AGNES BENEDIKTA SWETTA BR PANDIA
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, membutuhkan vaksin penyakit kuku dan mulut untuk 2.000 ternak. Sasaran utama vaksinasi adalah sapi perah dan sapi potong untuk keperluan pembibitan.
Kepala Bidang Produksi Peternakan Dinas Pangan dan Pertanian Sidoarjo Tony Hartono mengatakan, dari 1.000 dosis vaksin penyakit kuku dan mulut (PMK) yang diterima Pemerintah Provinsi Jatim, 800 dosis disalurkan ke Kabupaten Pasuruan dan 200 dosis lainnya untuk Sidoarjo.
”Satu botol vaksin bisa digunakan untuk 100 dosis penyuntikan. Namun, sisa vaksin ini tidak ditinggal di kabupaten, tetapi dibawa lagi oleh Dinas Peternakan Provinsi Jatim. Hal itu terkait pendataan vaksin yang memerlukan petugas terlatih,” tutur Tony, Rabu (22/6/2022).
Setiap ternak yang divaksin akan ditandai atau dipasang tanda di bagian telinga (ear tag). Tanda tersebut terhubung dengan aplikasi khusus yang bakal merekam data vaksin pertama, kedua, dan vaksin ketiga. Selain itu, bakal didapat informasi mengenai nama pemilik dan lokasi kandang.
Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Airlangga, Rossanto Dwi Handoyo, mengatakan, mewabahnya PMK pada hewan ternak di 178 kabupaten dan kota di Indonesia berdampak terhadap harga sapi menjelang Idul Adha 1443 H. Tidak semua sapi harganya turun, ada juga yang justru naik. Saat ini, harga sapi di beberapa daerah di Jatim berkisar Rp 20 juta per ekor.
Menurut Rossanto, di daerah yang terindikasi terkena wabah PMK, harga sapi akan menurun. Sementara itu, di daerah yang tidak terindikasi terkena wabah PMK, harga sapinya akan meningkat. Alasannya, masyarakat cenderung tidak percaya membeli sapi di daerah-daerah yang terindikasi terkena wabah PMK. Hal ini berpengaruh pada pasokan dan permintaan sapi di suatu daerah serta berdampak pada harga pasarannya.
Dia memprediksi harga sapi menjelang Idul Adha 1443 H, terutama dua minggu sebelumnya, akan meningkat. Selain karena permintaan naik, peternak juga akan tetap berusaha menjual sapi-sapinya yang terdampak wabah PMK. Sampai saat ini, belum ada kasus penularan penyakit dari hewan ke manusia selama daging dimasak dengan benar.
”Mereka (peternak) akan tetap menjual itu (sapi terdampak wabah PMK ) tanpa melalui lembaga formal, misalnya RPH (rumah potong hewan). Hal itu karena sapi-sapi yang masuk ke RPH ini sudah harus terstandardisasi, harus mendapat stempel kesehatan dari balai karantina hewan dan dari dinas setempat,” tutur Rossanto.
Dia menambahkan, harga sapi di pasaran akan kembali normal jika pemerintah memitigasi penyebaran PMK ini secara optimal sehingga wabah teratasi dengan cepat. Mitigasi menjadi kian penting seiring dicabutnya predikat Indonesia sebagai negara bebas PMK.
”Pemerintah harus bisa menyediakan vaksinasi sebagai upaya mitigasi secara masif untuk mengatasi itu (wabah PMK). Karena kalau tidak, penyebaran akan semakin meningkat dan tentunya akan merugikan produsen dan masyarakat itu sendiri sebagai pembeli,” ucap Rossanto.
Hewan kurban
Sementara itu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa memastikan, masih banyak sentra peternakan di wilayahnya yang memiliki hewan ternak sehat. Hewan ternak ini aman untuk dijadikan hewan kurban dalam perayaan Idul Adha.
Kepastian itu disampaikan setelah Khofifah meninjau sejumlah sentra peternakan, terutama sapi, di Sidoarjo dan Nganjuk, Senin (20/6). Sentra hewan kurban milik PT Tunas Jaya Raya yang berlokasi di Jalan Raya Nganjuk-Kediri Desa Babatan, Kecamatan Pace, Kabupaten Nganjuk, misalnya, menyediakan 400 sapi potong dan 500 kambing.
Kondisi ternak di peternakan tersebut sehat dan layak sebagai hewan kurban. Kondisi kandangnya layak dan terjaga kebersihannya sehingga tidak mudah terpapar penyakit. Dari populasi 400 sapi, sebanyak 390 di antaranya merupakan sapi jenis simental dan 10 lainnya jenis limousin. Rata-rata sapi tersebut memiliki berat di atas 600 kilogram.
”Dari jumlah tersebut, sebanyak 80 persen sudah dipesan untuk kebutuhan hewan kurban di sejumlah tempat. Tidak hanya sapi, di tempat ini juga menyediakan sekitar 500 kambing untuk kurban,” ucap Khofifah.
Mantan Menteri Sosial RI itu menambahkan telah meminta bupati dan wali kota menyiapkan titik-titik sentra penjualan hewan kurban. Ternak yang masuk ke sentra penjualan ini harus memiliki surat keterangan kesehatan hewan (SKKH) atau sertifikat veteriner (SV) yang menjamin kondisi kesehatannya.
Selain itu, setiap sentra penjualan hewan kurban juga harus dilengkapi petugas kesehatan hewan yang melakukan pemeriksaan rutin terhadap semua ternak yang masuk atau akan dijual. Petugas juga harus memeriksa kembali ternak yang keluar atau hendak dikirim kepada pembeli.
”Mohon para bupati dan wali kota segera memastikan di setiap sentra penjualan hewan kurban tersebut ada tenaga kesehatan hewan yang rutin memeriksa kondisi hewan. Sekali lagi ini untuk memastikan kesehatan dan keamanan hewan ternak,” katanya.