Penyebaran PMK Semakin Masif, Jatim Usulkan 1,5 Juta Dosis Vaksin
Penyebaran penyakit mulut dan kuku di Jatim semakin cepat dan luas. Terjadi penambahan 14.320 ekor ternak terpapar dalam sehari. Sementara vaksin baru tersedia seribu dosis. Pendistribusian vaksin perlu dipercepat.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Penyebaran penyakit mulut dan kuku atau PMK di Provinsi Jawa Timur semakin cepat dengan cakupan wilayah terpapar semakin luas. Untuk menghentikan laju sebarannya, diperlukan percepatan pendistribusian vaksin terutama pada daerah wabah.
”Vaksin yang dikirim ke Jatim masih sangat minim. Hingga saat ini, vaksin yang datang baru 1.000 dosis dan sudah terpakai 300 dosis. Oleh karena itulah, kebutuhan yang sangat mendesak saat ini adalah vaksin karena transmisi PMK yang cepat sekali,” ujar Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Jumat (17/6/2022), di Sidoarjo.
Khofifah berharap ada program percepatan distribusi vaksin dari Kementerian Pertanian ke Provinsi Jatim. Alasannya, Jatim merupakan daerah wabah PMK sehingga perlu mendapat prioritas penanganan. Disisi lain, produksi vaksin dalam negeri terus ditunggu untuk mengatasi wabah.
Berdasarkan data Dinas Peternakan Provinsi Jatim sampai dengan 14 Juni 2022, jumlah sapi yang terpapar PMK sebanyak 67.445 ekor. Dari jumlah tersebut, ternak yang dinyatakan sembuh 9.771 ekor, mati 238 ekor, dan dipotong secara paksa 274 ekor.
Jumlah ternak terpapar PMK itu meningkat dibandingkan sehari sebelumnya, 13 Juni 2022, yang mencapai 53.125 ekor. Dari jumlah tersebut, ternak yang sembuh 8.551 ekor, mati 231 ekor, dan dipotong secara paksa sebanyak 188 ekor. Penambahan 14.320 ekor ternak terpapar dalam sehari menandakan masifnya penularan penyakit mulut dan kuku di Jatim.
Adapun populasi ternak sapi di Jatim saat ini mencapai 5,2 juta ekor. Dengan demikian jumlah ternak yang berpotensi menerima vaksin PMK sebanyak 5 juta ekor lebih. Ternak yang terpapar PMK tidak divaksin karena sudah memiliki kekebalan alami.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Provinsi Jatim Iswahyudi mengatakan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim telah mengusulkan 1,5 juta dosis vaksin kepada Kementerian Pertanian. Vaksin tersebut diharapkan bisa segera datang dan disuntikkan ke hewan ternak untuk mencegah paparan virus penyebab PMK. Tenaga vaksinator sudah disiapkan dan dilatih. Mereka siap diterjunkan saat vaksin tiba di Jatim.
”Vaksinasi untuk penyakit mulut dan kuku ini diprioritaskan pada sapi perah dan sapi untuk keperluan pembibitan. Hal itu karena terbatasnya jumlah vaksin,” ucap Iswahyudi. Untuk satu botol vaksin, bisa digunakan pada 100 ekor sapi, dan harus dihabiskan.
Dalam kesempatan itu, Khofifah menyaksikan langsung kegiatan vaksinasi sapi perah yang berlangsung di kandang peternak di Dusun Tanjunganom, Desa Tanjungsari, Kecamatan Taman, Sidoarjo. Vaksinator dari Pusat Veteriner Farma (Pusvetma) Surabaya menyuntikkan vaksin pada puluhan ekor sapi perah betina.
Penambahan 14.320 ekor ternak terpapar dalam sehari menandakan masifnya penularan penyakit mulut dan kuku di Jatim.
Mantan Menteri Sosial itu menambahkan, selain vaksinasi, upaya penanganan wabah PMK di Jatim dilakukan dengan memperketat pengawasan lalu lintas hewan ternak dari wilayah wabah ke wilayah yang masih bebas. Untuk mengawasi lalu lintas ternak ini, diperlukan sinergi dari sejumlah instansi, seperti Pemprov Jatim, pemda kabupaten dan kota, kepolisian, dan TNI.
”Saya sudah bertemu, sudah rakor dengan sejumlah pihak, termasuk bupati dan wali kota. Kita harus membangun sinergitas seperti saat penanganan Covid-19. Perlakuannya mirip karena proses penyebaran virus PMK melalui udara sehingga mudah terbawa angin dengan jangkauan bisa mencapai beberapa kilometer,” kata Khofifah.
Bupati Sidoarjo Muhdlor Ali mengatakan, pihaknya mendukung penuh program vaksinasi PMK pada ternak. Alasannya, wabah PMK berdampak signifikan terhadap peternak dan produktivitas mereka. Ternak sapi yang terpapar mengalami penurunan berat badan. Pada sapi perah, produksi susunya merosot tajam.
”Dampak ekonomi yang dirasakan oleh peternak inilah yang mendapat perhatian serius dari pemerintah. Percepatan penanganan wabah PMK sangat diperlukan,” kata Mudlor.
Peternak sapi perah di Desa Tanjunganom Afif (40) mengaku senang ternaknya telah divaksin. Dia berharap bisa terhindar dari serangan PMK yang mewabah. Adapun total populasi ternaknya mencapai 30 ekor sapi perah dan yang sudah divaksin sebanyak 23 ekor sapi. Semuanya betina. Tujuh ekor sapi jantan tidak divaksin.
”Semua hewan ternak saat ini dalam kondisi sehat dan tidak ada satu pun yang sakit. Kesehatan sapi perah ini sangat diperhatikan supaya tidak mudah terserang penyakit,” kata Afif.
Dia mengaku mengawasi secara ketat kebersihan kandang dan memperhatikan secara serius lalu lintas orang. Ternaknya juga rutin diberi makanan bernutrisi, vitamin, dan disemprot disinfektan. Untuk kebutuhan pakan ternak, dicukupi dari ampas tahu yang lokasi pabriknya bersebelahan dengan kandang sapi.
Sidoarjo ditetapkan sebagai daerah wabah PMK oleh Kementerian Pertanian. Hingga saat ini, jumlah ternak yang terpapar mencapai 1.622 ekor. Dari jumlah tersebut, ternak yang masih sakit 899 ekor, sembuh 591 ekor, dipotong secara paksa 92 ekor, dan mati 37 ekor.