Jatim Bekali Juru Sembelih Pengetahuan tentang PMK
Pemprov Jatim menyiapkan sedikitnya 1.276 juru sembelih halal untuk pemotongan hewan kurban pada Idul Adha nanti. Mereka dibekali pengetahuan tambahan tentang kondisi hewan ternak yang terpapar penyakit mulut dan kuku.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·5 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Menjelang perayaan Idul Adha 1443 H pada Juli mendatang, Pemerintah Provinsi Jawa Timur menyiapkan sedikitnya 1.276 juru sembelih halal atau juleha. Mereka dibekali pengetahuan tambahan tentang kondisi hewan ternak yang terpapar penyakit mulut dan kuku atau PMK serta penanganannya agar cepat tanggap saat di lapangan.
Perayaan ibadah kurban tahun ini mendapat perhatian serius dari Pemerintah Provinsi Jatim karena berlangsung di tengah wabah PMK yang sebarannya terus meluas di Tanah Air. Oleh karena itu, selain fokus pada penanggulangan penyakit, kesiapan rumah potong hewan (RPH) dan juleha harus diperhatikan dengan saksama.
Berdasarkan data Pemprov Jatim, saat ini setidaknya terdapat 1.276 juleha yang siap terjun ke masyarakat untuk membantu penyembelihan hewan kurban. Mereka tersebar di sejumlah pondok pesantren, masjid, mushala, dan lembaga sosial keagamaan di semua daerah di Jatim. Contohnya, di Pesantren Al Amanah, Sidoarjo, terdapat 50 santri tersertifikasi; di Pesantren Nurul Huda Sencaki, Surabaya, 50 santri; dan di Pesantren El Kadi, Mojokerto, 50 santri.
Selain itu, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Gresik memiliki 160 juleha serta vokasi juleha tahun 2018-2022 sebanyak 100 orang. Selain itu, juga terdapat 66 juleha bersertifikat Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) pada tahun 2022 serta 800 juleha lain yang merupakan hasil Pelatihan Juru Sembelih Halal Management Qurban di masjid dan mushala se-Jatim sepanjang 2018–2022.
”Hingga hari ini, yang tercatat dalam Management Qurban, total di Jatim yang sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan juru sembelih halal adalah 1.276 orang. Jumlah tersebut akan terus ditambah,” ujar Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Minggu (5/6/2022).
Menurut Khofifah, para juleha telah mendapatkan pelatihan, pengarahan, dan sertifikasi sesuai keahliannya. Jumlah juleha akan terus ditambah melalui berbagai pelatihan yang tengah disiapkan lembaga Juleha Indonesia Jatim. Khusus untuk tahun ini, para juleha mendapatkan materi tambahan berupa pengetahuan umum tentang zoonosis, yakni penyakit pada hewan yang berpotensi menular kepada manusia. Selain itu, ada materi tentang kewaspadaan terhadap PMK.
Untuk itu, pada 18 Juni dijadwalkan pelatihan untuk semua masjid di Surabaya. Selanjutnya, pada 19 Juni akan digelar pelatihan di Masjid Al Akbar untuk 150 masjid di seluruh Jatim. Intinya, Pemprov Jatim terus berikhtiar, baik secara medis maupun dari sisi operasional atau pelaksanaan di lapangan.
Menurut Khofifah, penyiapan juleha penting untuk memberikan kepastian halal atas hewan kurban pada masyarakat. Daging kurban yang dibagikan dan akan dikonsumsi para penerima harus telah memenuhi syariat halal dalam penyembelihannya. Oleh karena itulah, kesiapan sarana dan prasarana, seperti RPH dan para juleha, tidak kalah penting dibandingkan kesiapan hewan ternaknya.
”Masyarakat jangan sampai resah dengan adanya penyakit mulut dan kuku. Oleh sebab itu, higienitas dan kehalalan daging kurban menjadi keharusan sebagai bentuk langkah perlindungan kepada masyarakat. Bukan hanya hewan ternaknya yang harus disiapkan, tapi RPH dan julehanya juga harus disiapkan dengan baik,” kata Khofifah.
Berdasarkan data Dinas Peternakan Jatim, ketersediaan ternak siap potong tahun ini mencapai 1,2 juta ekor. Untuk sapi, dari populasi 5,2 juta ekor (sapi potong dan sapi perah), terdapat ketersediaan 441.371 ekor yang siap potong dan potensi hewan ternak kurban sebanyak 108.136 ekor.
Selain fokus menangani wabahnya, satgas juga akan menyiapkan hewan ternak untuk perayaan Idul Adha.
Untuk kambing, dari populasi 4,3 juta ekor, tersedia 659.270 ekor siap potong dan potensi menjadi ternak kurban sebanyak 161.521 ekor. Sementara untuk domba, dari populasi 1,4 juta ekor, tersedia 490.878 ekor siap potong dan potensi menjadi ternak kurban sebanyak 120.265 ekor.
Berdasarkan data tahun 2021, total pemotongan ternak kurban di Jatim sebanyak 396.491 ekor. Dari jumlah tersebut, sapi sebanyak 70.961 ekor, kambing sebanyak 276.987 ekor, dan domba sebanyak 48.531 ekor. Jumlah pemotongan hewan kurban di Jatim tahun 2022 diprediksi naik menjadi 432.845 ekor. Dari jumlah tersebut, sapi sebanyak 87.965 ekor, kambing sebanyak 296.349 ekor, dan domba sebanyak 48.531 ekor.
Sementara itu, Dinas Pangan dan Pertanian Sidoarjo mengalokasikan Rp 150 juta untuk pengadaan obat-obatan dan vitamin sapi. Dana berasal dari APBD tahun berjalan pada pos belanja tidak terduga. Bantuan itu diberikan kepada peternak sapi perah dan sapi potong yang ternaknya terpapar PMK.
”Selain itu, kami mulai menyusun pembentukan satgas penanganan PMK yang anggotanya lintas instansi, termasuk dari kepolisian dan TNI. Selain fokus menangani wabahnya, satgas juga akan menyiapkan hewan ternak untuk perayaan Idul Adha,” ujar Kepala Bidang Produksi Peternakan Dinas Pangan dan Pertanian Sidoarjo Tony Hartono.
Dinas Pangan dan Pertanian Sidoarjo mencatat, berdasarkan data Posko PMK Kabupaten Sidoarjo, saat ini terdapat setidaknya 1.450 ternak yang terkonfirmasi PMK. Dari jumlah tersebut, 500 ternak dinyatakan sembuh. Tingkat kesembuhan itu tergolong tinggi. ”Tingginya tingkat kesembuhan itu mengindikasikan upaya penanganan PMK yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan peternak sudah berada pada koridor yang benar,” ucap Tony.
Ia mengatakan, untuk menanggulangi wabah PMK, pihaknya telah menerapkan sistem isolasi kandang. Setiap kandang yang didapati ternak sakit dilarang membawa keluar ternaknya atau memasukkan ternak baru. Dinas juga telah menurunkan dokter hewan dan paramedis untuk mengobati ternak yang sakit dan memberikan vitamin.
Penyuluhan dan sosialisasi kepada peternak pun terus digencarkan, terutama terkait dengan pentingnya membersihkan kandang, menjaga sanitasinya, hingga mengatur lalu lintas masuk dan keluar kandang. Sosialisasi juga diberikan kepada masyarakat bahwa produk ternak, baik daging maupun susu, tetap aman dikonsumsi asalkan dimasak terlebih dahulu.