Vaksinasi PMK Dilakukan Bertahap di Jateng, Sapi Perah Diprioritaskan
Vaksinasi ternak untuk menangani wabah penyakit mulut dan kuku telah dimulai di Jawa Tengah. Pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. Ternak sapi perah akan diprioritaskan.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
SUKOHARJO, KOMPAS — Vaksinasi ternak untuk menangani wabah penyakit mulut dan kuku dimulai di Jawa Tengah. Pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. Sapi perah menjadi ternak yang diprioritaskan untuk divaksinasi lebih dahulu. Pemerintah daerah menunggu kepastian alokasi vaksin yang diberikan dari kementerian.
Daerah pertama sasaran vaksinasi penyakit kuku dan mulut (PMK) di Jawa Tengah, yakni Kabupaten Sukoharjo. Vaksinasi ditandai dengan penyuntikan simbolis yang disaksikan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo di kandang milik warga Desa Mertan, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, Sabtu (18/6/2022).
”Ini menjadi upaya untuk memasifkan vaksinasi dalam rangka pencegahan PMK. Memang, PMK itu ada. Kita tentu berharap agar wabah ini bisa dikendalikan. Kita berharap dengan segala kemampuan bersama dari kementerian, pemerintah daerah, dan stakeholders (pemangku kepentingan) lainnya,” kata Syahrul seusai vaksinasi dan tinjauannya di kandang ternak warga.
Menurut rencana, Kementerian Pertanian akan mendistribusikan sekitar 3 juta dosis vaksin dari Perancis ke daerah-daerah. Vaksinasi merupakan langkah darurat yang harus ditempuh karena wabah semakin meluas. Sekitar 800.000 dosis didistribusikan lebih dahulu pada tahap pertama. Tahap berikutnya bakal diserahkan setelah proses kontrak tahap II selesai.
Namun, Syahrul tak menjelaskan secara rinci pemilihan Kabupaten Sukoharjo sebagai titik awal dimulainya vaksinasi PMK di Jawa Tengah. Sebab, populasi sapi dari daerah tersebut hanya sekitar 35.000 ekor. Ada daerah lain yang punya populasi sapi lebih besar dibandingkan daerah tersebut. Di Kabupaten Boyolali, misalnya, populasi sapinya sekitar 200.000 ekor, terdiri dari sapi perah dan pedaging. Bahkan, daerah itu juga dikenal sebagai sentra penghasil susu sapi.
Kementerian Pertanian akan mendistribusikan sekitar 3 juta dosis vaksin dari Perancis ke daerah-daerah. Vaksinasi merupakan langkah darurat yang harus ditempuh karena wabah semakin meluas.
”Saya kira semua (daerah) akan dapat. Yang ada dulu ini kita coba. Berapa pun kebutuhan vaksin akan coba dipenuhi. Kan, kita punya sampai 800.000 dosis,” kata Syahrul.
Dalam menggencarkan vaksinasi, Syahrul menyatakan, pihaknya menggandeng sejumlah instansi, seperti perguruan tinggi hingga asosiasi dokter hewan. Hendaknya tenaga inseminator dari instanasi tersebut dapat membantu percepatan vaksinasi ternak.
Selain itu, Syahrul juga terus mengingatkan pembatasan lalu lintas ternak. Ternak yang akan berpindah harus dipastikan kesehatannya dan mengantongi surat keterangan kesehatan hewan (SKKH) resmi. Khusus ternak dari episentrum penularan PMK dilarang keras melakukan perjalanan.
Menanti alokasi
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jawa Tengah Agus Wariyanto mengungkapkan, kehadiran vaksin menjadi angin segar penanganan wabah PMK. Namun, pihaknya belum mengetahui bakal memperoleh berapa banyak alokasi vaksin dari kementerian. Ia memastikan wilayah-wilayah dengan tingkat penularan tinggi akan diprioritaskan. Khususnya wilayah yang mempunyai sapi perah sebagai ternak yang cukup sulit pemulihannya jika terpapar PMK.
”Ini memang simbolisnya di Sukoharjo. Nanti bertahap setelah ini akan lanjut di Boyolali, Rembang, Semarang, dan Pati. Boyolali jadi prioritas juga karena di sana populasi sapi perah cukup tinggi,” kata Agus.
Terkait kondisi penularan terkini, Agus memaparkan, ada sekitar 21.000 ternak tertular PMK di Jateng. Sebanyak 4.000 ekor sudah sembuh. Angka kematian ternak mencapai 0,1 persen dari total ternak tertular. Penanganan intensif dilakukan dengan pengobatan dan pengawasan dari satuan tugas ”Jogo Ternak”. Hal itu untuk mencegah gejala ternak yang tertular tidak semakin parah.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo Bagas Windaryanto menyampaikan, hingga 16 Juni, jumlah ternak positif PMK di daerahnya berjumlah 511 ekor. Ternak sembuh sebanyak 67 ekor, sedangkan yang mati 4 ekor. Sebanyak enam kecamatan menjadi zona merah penularan PMK. Adapun kecamatan tersebut antara lain Kecamatan Bendosari, Kecamatan Polokarto, Kecamatan Mojolaban, Kecamatan Nguter, Kecamatan Tawangsari, dan Kecamatan Weru.
Dengan kondisi penularan tersebut, Bagas menyatakan, pasar-pasar hewan masih akan ditutup untuk mencegah lalu lintas ternak. ”Kami ingin ternaknya divaksinasi dulu semua. Baru nanti dibuka kembali pasarnya,” kata Bagas.
Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Boyolali Lusia Dyah Suciati berharap sesegera mungkin memperoleh alokasi vaksin PMK. Sebab, angka penularan di daerah tersebut sudah terhitung tinggi. Hingga 15 Januari, pihaknya mendapati kasus terkonfirmasi positif 32 ekor, suspek 2.574 ekor, dan mati 22 ekor. Namun, angka kesembuhan cukup tinggi, yakni 507 ekor.
Lusia juga khawatir penurunan produksi susu jika vaksin tidak segera terdistribusi. Sebab, serangan PMK mulai menyasar ke sapi perah yang juga menjadi andalan pendapatan peternak di daerah tersebut. Celakanya, penyembuhan sapi perah relatif lama jika sampai tertular PMK.
”Sapi perah ini selain rentan tertular, penyembuhannya juga agak lama. Mereka juga dibutuhkan setiap hari untuk diambil susunya. Jadi perlu segera divaksinasi untuk mencegah penularan semakin banyak ke sapi perah,” kata Lusia.