Peternak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, diminta tidak panik hadapi kasus PMK. Ternak yang sakit bisa diobati dengan empon-empon.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
Peternak berbincang tentang sapi-sapinya yang terpapar penyakit mulut dan kuku (PMK) di sebuah kandang komunal di Desa Kalisidi, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Kamis (2/6/2022). Sebanyak 36 dari 40 sapi yang ada di kandang itu terpapar PMK. Pengobatan terus dilakukan agar sapi-sapi itu bisa kembali sehat.
MAGELANG, KOMPAS — Jumlah ternak yang diduga terpapar virus dan menderita penyakit mulut dan kuku atau PMK di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, terus bertambah dan stok obat antibiotik makin menipis. Kendatipun demikian, peternak diminta tidak bingung ataupun panik karena pengobatan ternak sakit bisa dilakukan dengan pemberian ramuan berbahan rempah atau empon-empon.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magelang Joni Indarto mengatakan, peternak bisa membuat dan memberikan ramuan berbagai berbagai jenis rempah, seperti kunir, temulawak, dan madu, untuk diminumkan pada ternaknya yang sakit. Alternatif lain adalah dengan membuat campuran jahe dan madu yang kemudian dioleskan ke bagian luar dan dalam mulut.
”Empon-empon bisa mengobati penyakit yang disebabkan oleh virus dan bisa meningkatkan daya tahan tubuh ternak. Jika dahulu banyak orang mengonsumsi jamu untuk membentengi dan menyembuhkan tubuh dari sakit Covid-19, semestinya peternak juga bisa melakukan hal sama pada ternak yang sakit,” ujarnya, Sabtu (11/6/2022).
Adapun pada bagian kuku yang sakit, sebaiknya diobati dengan obat antiseptik untuk luka.
Saat ternak terlihat menunjukkan gejala sakit, peternak diharapkan untuk mengobatinya terlebih dahulu dan tidak terburu-buru memecahkan masalah dengan menjual ternak. Dengan upaya menahan diri ini, penularan penyakit bisa lebih terkendali.
Saat ini, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magelang tinggal memiliki 200 dosis antibiotik. Joni mengatakan, pihaknya juga tengah berupaya melakukan realokasi anggaran untuk menambah ketersediaan obat sesuai kebutuhan.
Demi menghindari risiko ternak itu menularkan penyakit kepada ternak lain, lebih baik sekalian saya sembelih. (Rohmat)
Kendatipun demikian, dia pun mengingatkan agar peternak tidak semata-mata mengandalkan obat karena antibiotik itu hanya sekadar berfungsi untuk meringankan gejala sakit.
Saat ini, jumlah ternak yang diduga terpapar virus dan menderita PMK di Kabupaten Magelang sudah mencapai lebih dari 300 ekor. Dari jumlah tersebut, hanya ada 1 ekor kerbau dan lebih dari 200 ekor ternak lainnya adalah sapi.
Semula, Joni mengatakan, penyebaran penyakit berawal dari ternak luar daerah yang baru saja dibeli di pasar hewan. Namun, seiring waktu, dengan banyaknya kasus yang muncul, maka saat ini telah marak terjadi penularan setempat.
Kandang terpisah
Jika ada yang menunjukkan gejala sakit, ternak tersebut harus ditempatkan di kandang terpisah dengan ternak lainnya. Demi menghindari risiko terjadinya penularan penyakit, di tengah kondisi sekarang, peternak juga diminta untuk menahan diri dan tidak menambah atau membeli ternak baru.
PMK, menurut dia, tidak akan berdampak pada ketersediaan stok untuk kebutuhan hewan kurban di hari raya Idul Adha. Saat ini, jumlah ternak sapi terdata mencapai sekitar 79.000 ekor, ternak kambing/domba sebanyak 170.000 ekor, dan kerbau sebanyak 6.000 ekor. Adapun jumlah sapi yang dipotong sebagai hewan kurban biasanya mencapai sekitar 4.000 ekor dan kambing/domba sebanyak 12.000 ekor.
Rohmat (45), pedagang sekaligus peternak asal Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, mengatakan, sementara ini, dia menahan diri, tidak membeli ternak, karena belum ada permintaan untuk kebutuhan hewan kurban dari pelanggan.
Saat ini, dirinya hanya memiliki dua sapi betina yang sengaja disimpan sebagai indukan. Dua sapi tersebut sekarang sedang mengandung.
Sebelumnya, dia juga memiliki satu kerbau. Karena saat baru beberapa hari dibeli sudah menunjukkan gejala sakit tidak mau makan, Rohmat memutuskan untuk langsung menyembelih kerbau tersebut.
”Demi menghindari risiko ternak itu menularkan penyakit kepada ternak lain, lebih baik sekalian saya sembelih,” ujarnya.
Sunaryo (53), peternak asal Kecamatan Sawangan, mengatakan, saat ini dirinya memiliki 11 sapi, di mana 9 sapi di antaranya dipersiapkan untuk dijual untuk kebutuhan hewan kurban.
Dia juga membeli 10 sapi baru. Namun, dengan mempertimbangkan maraknya penularan PMK, semua ternak tersebut kini masih dititipkan di petani pemiliknya semula.