Sampah Pengunjung IKN Capai 360 Kg Sehari, Pengelolaan Limbah Mendesak
Ramainya kunjungan ke Titik Nol IKN di Kalimantan Timur memunculkan persoalan sampah. Dari perhitungan, sampah yang dihasilkan pengunjung rata-rata 360 kilogram per hari. Pengelolaan sampah dirancang melibatkan warga.
Oleh
SUCIPTO
·3 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS - Ramainya kunjungan ke Titik Nol Ibu Kota Negara atau IKN Nusantara di Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, menimbulkan persoalan berupa ceceran sampah di banyak tempat. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan membuat rencana jangka pendek untuk mengangkut dan mengolah sampah dengan pelibatan warga.
Setelah Presiden Joko Widodo berkemah pada Maret 2022 di Titik Nol IKN di Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara, lokasi itu seperti menjadi destinasi wisata baru bagi warga Kaltim. Menurut catatan Pemerintah Kecamatan Sepaku, kunjungan mencapai 1.000 orang per hari di hari kerja.
Sementara akhir pekan dan tanggal merah, kunjungan membeludak menjadi berkisar 3.000-5.000 orang per hari. Namun, kesadaran pengunjung untuk tidak membuang sampah sembarangan masih minim. Apalagi, saat itu belum ada tempat sampah yang tersedia. Akibatnya, sampah plastik dan sisa makanan tercecer di antara hutan tanaman industri milik PT ITCI Hutani Manunggal (IHM) tersebut.
”Ada video yang viral karena sampah di mana-mana dan dibuang sembarangan. Akhirnya saat itu kami dan pekerja PT IHM bekerja sama secara sukarela untuk membersihkan sampah itu,” kata Sekretaris Kecamatan Sepaku Adi Kustaman, Jumat (10/6/2022).
Adi bercerita, saat itu belum ada pembahasan mengenai pengelolaan sampah di Titik Nol IKN. Sebab, pihaknya tak memperkirakan tempat kemah Presiden itu akan sangat ramai dikunjungi warga.
Warga biasanya hanya berfoto di Titik Nol IKN. Oleh karena berada di tengah hutan tanaman industri, hawa panas amat terasa. Banyak pengunjung membawa air mineral dan makanan ringan. Sayangnya, botol kemasan dan sisa makanan dibuang sembarangan.
Setelah video itu beredar, Pemerintah Kecamatan Sepaku dilibatkan dalam sejumlah rapat dengan perwakilan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di Kalimantan. Oleh karena Otorita IKN belum bekerja, KLHK membuat langkah jangka pendek untuk pengelolaan sampah.
Melibatkan warga
Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) Kalimantan KLHK Mini Farida Farhum mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan kementerian atau lembaga terkait. Dari perhitungannya, rata-rata sampah yang dihasilkan pengunjung Titik Nol IKN mencapai 360 kg per hari.
Dari persoalan itu, mereka sepakat membuat pengelolaan sampah jangka pendek sebelum Otorita IKN bekerja. Beberapa yang sudah berjalan adalah menyediakan tempat sampah, menyediakan plang peringatan, dan mengawasi pengunjung.
”Kami juga akan membuat pusat daur ulang sampah di lokasi tersebut dengan melibatkan masyarakat. Jadi, sampah yang bernilai ekonomi masuk ke bank sampah yang dikelola masyarakat Sepaku. Kami targetkan bulan Juli sudah berdiri bank sampahnya,” ujar Mini.
Saat ini, P3E Kalimantan sedang menyiapkan organisasi bank sampah di Sepaku. Hal itu dilakukan dengan bekerja sama dengan Pemerintah Kecamatan Sepaku dan aparat desa. Dalam satu bulan akan dilakukan perekrutan warga dan pelatihan pengelola bank sampah.
Pekan ini, P3E Kalimantan juga akan menyediakan motor khusus untuk mengangkut sampah dari Titik Nol IKN. Di luar Titik Nol, sampah diangkut kembali oleh truk kontainer milik Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Truk itu akan mengangkut sampah ke Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Manggar Kota Balikpapan, yang berjarak sekitar 90 kilometer.
P3E Kalimantan sedang menyiapkan organisasi bank sampah di Sepaku. Hal itu dilakukan dengan bekerja sama dengan Pemerintah Kecamatan Sepaku dan aparat desa.
”Kami sudah sepakati ada pembagian tugas untuk pembersihan sampah. P3E Kalimantan dan beberapa unit KLHK melakukan pembersihan setiap Senin karena Sabtu-Minggu pasti ramai pengunjung dan banyak sampah di IKN,” kata Mini.
Jika semua sudah berjalan, sampah organik pun akan diolah kembali. Mini menyebutkan, sampah organik pilihan akan diolah menjadi pakan ikan yang bisa dijual untuk menambah penghasilan warga. Ia berharap, dalam dua bulan, seluruh rencana ini bisa berjalan.