Sejumlah ternak yang terpapar penyakit mulut dan kuku (PMK) di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, mulai menunjukkan kesembuhan.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
KLATEN, KOMPAS — Sejumlah ternak yang terpapar penyakit mulut dan kuku (PMK) di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, mulai menunjukkan kesembuhan. Meski demikian, tambahan ternak suspek atau yang dicurigai terpapar penyakit menular itu masih terus ditemukan. Penanganan intensif dilaksanakan demi mencegah kematian ternak akibat penyakit tersebut.
Menurut data Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Klaten, pada Minggu (29/5/2022) sore, ditemukan tambahan tiga ternak kasus suspek PMK. Dengan penambahan tersebut, secara kumulatif, tercatat ada 76 kasus suspek yang ditemukan sejak awal temuan kasus PMK di daerah tersebut pada pertengahan Mei 2022. Adapun penambahan kasus harian masih terus terjadi meskipun jumlahnya berbeda-beda per harinya.
Di tengah penambahan kasus harian, sebagian ternak juga dilaporkan telah sembuh. Sebanyak delapan ternak disebut telah sembuh dari PMK pada Minggu. Delapan ternak itu sudah termasuk enam kasus positif PMK awal yang ditemukan di Kecamatan Kemalang dan Kecamatan Karanganom. Sisanya merupakan ternak suspek yang tertular akibat kedatangan ternak baru dari luar daerah.
”Jadi, kami terus berproses. Penanganan langsung dilakukan begitu ada laporan. Penanganan ini tentu dengan pengobatan rutin. Untuk itu, kondisi ternak yang terpapar terus membaik,” kata Kepala DKPP Kabupaten Klaten Widiyanti saat dihubungi pada Senin (30/5/2022).
Widiyanti menjelaskan, pengawasan kesehatan ternak dilakukan oleh dokter hewan atau mantri hewan di setiap wilayah. Setiap tiga hari sekali ada kunjungan untuk mengecek apakah ternak yang terpapar PMK sudah mulai pulih. Dalam kunjungan tersebut, ternak yang sakit sekaligus disuntik vitamin, obat-obatan, hingga antibiotik. Dengan penanganan seperti itu, rata-rata ternak terpapar bisa sembuh setelah tiga hingga empat kali kunjungan mantri hewan.
Sejauh ini, kata Widiyanti, tidak ada laporan ternak yang mati akibat PMK. Cepatnya penanganan kasus membuat tingkat fatalitas penyakit bisa dicegah. Ia meyakini, semua ternak yang terpapar juga dapat disembuhkan. Dipastikannya kondisi kesehatan ternak penting mengingat bakal ada perayaan Idul Adha, Juli nanti. Pada momen tersebut, angka kebutuhan ternak, seperti sapi dan kambing, sangat tinggi untuk keperluan kurban.
Upaya lain yang ditempuh untuk mencegah penularan, Pemkab Klaten juga menutup pasar hewan selama dua pekan. Penutupan tersebut telah dilakukan sejak 25 Mei 2022. Menurut rencana, penutupan bakal dilakukan hingga 7 Juni 2022. Dilanjutkannya penutupan atau tidak perlu menunggu pengkajian atas penerapan kebijakan tersebut.
”Pasar hewan ditutup sementara karena menjadi tempat paling berisiko terjadi penularan. Hampir semua kasus berawal dari ternak baru yang dibawa ke kandang. Ini sekarang sapi-sapi dihindarkan dulu dari penularan. Jadi, nanti waktunya membeli kurban akan lebih nyaman karena penularan sudah bisa dikendalikan,” kata Widiyanti.
Penutupan pasar hewan juga dilakukan di Kabupaten Sragen. Kebijakan itu tertuang dalam Surat Edaran Pemkab Sragen Nomor 072/011/2022 tentang Penutupan Sementara Operasional Pasar Hewan Se-Kabupaten Sragen. Menurut rencana, semua pasar hewan ditutup mulai 31 Mei 2022 hingga 14 Juni 2022.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sragen Rina Wijayanti menyampaikan, penutupan pasar hewan menjadi bentuk antisipasi menyebarnya PMK. Sebab, temuan kasus PMK semakin banyak di wilayah tersebut. Di samping itu, sejumlah pasar hewan di kabupaten sekitar juga sudah memutuskan untuk tutup.
Butuh waktu empat sampai lima kali pengobatan sampai sembuh.
”Nanti kalau kami tidak menutup, pasar hewan di daerah kami justru menjadi pusat penularan. Sebab, semua kasus berawal dari ternak yang baru dibeli, lalu menular ke ternak lain yang sudah ada lebih dulu di kandang,” kata Rina.
Untuk memastikan penularan ternak bisa ditekan, lanjut Rina, pihaknya juga bekerja sama dengan aparat kepolisian. Polisi diminta bantuannya untuk melakukan penyekatan, lalu lintas ternak. Selain itu, mereka juga diminta ikut mengawasi penutupan pasar hewan agar tak ada pedagang yang nekat mengadakan kegiatan jual-beli secara liar.
Rina menambahkan, hingga Senin sore, total ada 82 ekor ternak berupa sapi dan kambing yang telah terpapar PMK di Kabupaten Sragen. Dari jumlah tersebut, sebanyak empat ekor di antaranya mati. Ternak yang mati biasanya masih muda.
”Tetapi, rata-rata sudah membaik atau recovery. Butuh waktu empat sampai lima kali pengobatan sampai sembuh. Soalnya, dua hari sekali ditengok mantri hewan. Mereka akan diberi vitamin, antibiotik, dan lain-lain. Selain itu, peternak juga harus terus menjaga asupan makan dan gizi ternaknya masing-masing,” kata Rina.