Wilayah yang mengonfirmasi temuan kasus positif penyakit mulut dan kuku di Jateng bertambah dari empat kabupaten menjadi sepuluh kabupaten/kota. Pemprov Jateng beri pendampingan bagi peternak.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Penyebaran penyakit mulut dan kuku di Jawa Tengah meluas, dari awalnya di empat kabupaten, kini terdeteksi di sepuluh kabupaten/kota. Para peternak terdampak, diberi bantuan serta pendampingan hingga ternak-ternak mereka sembuh.
Berdasarkan data Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jateng, hingga Senin (16/5/2022), ada 48 ekor hewan ternak di wilayah tersebut yang terkonfirmasi positif penyakit mulut dan kuku (PMK). Hasil itu diketahui dari pemeriksaan sampel darah terhadap 320 ekor hewan ternak yang menunjukan gejala-gejala mengarah PMK, seperti oversalivasi atau mengeluarkan air liur berlebihan, mulut atau rongga mulut terdapat luka, dan kuku terluka.
”Ada 13 kabupaten/kota yang sudah mengirimkan sampel darah ternak terduga PMK, tetapi yang menunjukkan hasil positif adalah sampel dari sepuluh kabupaten/kota. Penyebaran ini tergolong meluas karena sebelumnya kasus PMK terdeteksi di empat kabupaten,” kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jateng, Agus Wariyanto, Selasa (17/5/2022).
Sepuluh kabupaten/kota yang ternaknya terkonfirmasi positif PMK, antara lain Wonosobo, Banjarnegara, Banyumas, Purbalingga, Rembang, Boyolali, Klaten, Pemalang, Kabupaten Semarang, dan Kota Semarang. Pekan lalu, kasus positif PMK hanya ditemukan di Wonosobo, Banjarnegara, Rembang, dan Boyolali.
Menurut Agus, seluruh ternak yang dicurigai PMK ataupun yang dinyatakan positif PMK sudah diisolasi di kandang terpisah dan dirawat. Hasilnya, sebanyak 185 ekor membaik, 128 ekor sakit, dan tujuh ekor sudah dipotong.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengimbau masyarakat untuk tidak panik dengan meluasnya penyebaran PMK. Terlebih, penyebaran PMK di Jateng disebutnya masih terkendali. ”Semua kita minta untuk siaga, tetapi enggak perlu panik karena masih terkendali. Beberapa dokter sudah menyampaikan bahwa (PMK) itu bisa diobati,” ujarnya.
Menurut Ganjar, Pemerintah Provinsi Jateng akan menerjunkan para penyuluh peternakan dan dokter hewan untuk mendampingi peternak merawat ternaknya yang terpapar PMK. Selain itu, mereka juga akan mendapatkan bantuan berupa vitamin, antibiotik, dan obat semprot untuk menyembuhkan luka di kaki ternaknya.
”Terkait potensi kerugian yang dialami para peternak pasti ada. Kalau terkena PMK, pasti berat badan (ternaknya) turun kemudian kalau dijual (dalam kondisi sakit) enggak laku. Maka, selama ternak-ternak itu menjadi pasien dari para dokter hewan kita, ya, enggak kita hitung dululah. Kita obati dulu,” imbuhnya.
Jateng akan menerjunkan para penyuluh peternakan dan dokter hewan untuk mendampingi peternak merawat ternaknya yang terpapar PMK. Selain itu, mereka juga akan mendapatkan bantuan berupa vitamin, antibiotik, dan obat semprot.
Sementara itu, Kepolisian Daerah Jateng, melalui Satuan Tugas Pangan Polda Jateng juga terus memantau kondisi hewan ternak ke seluruh kabupaten/kota di wilayahnya. Hingga Selasa, pemantauan telah dilakukan di 187 pasar hewan dan 77 rumah potong hewan.
”Berdasarkan pemetaan Satgas Pangan, ada sekitar 8.286.534 ekor hewan ternak di Jateng. Dari jumlah tersebut, sebanyak 385 ekor suspek (diduga) PMK, sebanyak 48 ekor positif PMK, sebanyak tiga ekor mati, sebanyak tujuh ekor dipotong, dan sebanyak 8.286.139 ekor dalam kondisi sehat,” ujar Kepala Bidang Humas Polda Jateng Komisaris Besar M Iqbal Alqudusy.
Selain pemetaan, Satgas Pangan Polda Jateng bersama dinas pertanian atau dinas peternakan di setiap kabupaten/kota sepakat membentuk posko aduan. Para peternak yang curiga terhadap kondisi kesehatan ternaknya bisa melapor ke posko tersebut. Dengan begitu, para petugas bisa dengan cepat membantu menangani gangguan kesehatan terhadap ternak. Hal itu diharapkan menekan penyebaran PMK di wilayah Jateng.