Diduga Terpapar PMK, Sampel Empat Ternak di Kota Semarang Diuji
Sampel darah dari empat hewan ternak di Kota Semarang, Jateng, dikirim untuk diperiksa lebih lanjut dI Laboratorium Balai Besar Veteriner Yogyakarta. Hewan itu diduga terpapar penyakit mulut dan kuku (PMK).
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Empat hewan ternak yang terdiri dari tiga sapi dan satu kambing di Kota Semarang, Jawa Tengah, diduga terpapar penyakit mulut dan kuku (PMK). Keempat hewan itu kini dirawat di kandang khusus karantina sementara sampel darahnya dikirim ke Laboratorium Balai Besar Veteriner Yogyakarta untuk diuji.
Empat hewan tersebut menunjukkan gejala PMK, seperti demam, hipersalivasi atau mengeluarkan air liur berlebihan, serta terdapat luka pada rongga mulut dan lidah. Tiga ekor sapi itu berasal dari sebuah peternakan di Kecamatan Gunungpati, sedangkan satu ekor kambing berasal dari peternakan di Kecamatan Mijen.
Kepala Dinas Peternakan Kota Semarang Hernowo Budi Luhur menuturkan, pihaknya langsung mengirim sampel darah keempat hewan tersebut untuk diuji di Laboratorium Balai Besar Veteriner Yogayakarta. Dari pemeriksaan tersebut akan diketahui penyakit apa yang menjangkiti empat hewan tersebut.
"Kami belum bisa memastikan hasil laboratorium bisa diketahui kapan. Sebab, di sana juga sedang banyak antrean pemeriksaan sampel dari berbagai daerah," kata Hernowo di sela-sela pemeriksaan hewan di Rumah Pemotongan Hewan Penggaron, Kecamatan Pedurungan, Kamis (12/5/2022).
Sembari menunggu hasil pemeriksaan, keempat sapi dan kambing itu ditempatkan terpisah di kandang khusus karantina. Sebab, PMK bisa menular kepada hewan ternak lain. Penularannya antara lain melalui udara.
Menurut Hernowo, pihaknya terus menggencarkan sosialisasi terkait pencegahan dan penanganan PMK kepada para peternak maupun pedagang hewan ternak. Mereka diminta memastikan hewan yang mereka pelihara dan perdagangkan dalam kondisi sehat dan memiliki surat keterangan kesehatan hewan. Pemberian vitamin secara rutin juga dianjurkan untuk menjaga antibodi hewan.
Sementara itu, kandang yang digunakan untuk menampung hewan-hewan ternak diwajibkan selalu dalam kondisi bersih. Disinfeksi kandang dan lingkungannya diharapkan bisa dilakukan setiap hari agar kandang steril.
"Sebentar lagi Idul Adha, lalu lintas perdagangan sapi dan kambing pasti akan meningkat. Sehingga, kami edukasi para pedagang untuk tidak membeli ternak dari wilayah terdampak atau yang dinyatakan sebagai endemi PMK," imbuh Hernowo.
Masyarakat yang biasa membeli kepala, kaki, jeroan, dan tulang-tulang kambing maupun sapi dari luar kota diharapkan untuk membatasi pembelian. Jika terpaksa membeli, Hernowo menyarankan, harus sudah dalam keadaan direbus.
Sementara itu, antisipasi juga dilakukan di Rumah Pemotongan Hewan Penggaron yang merupakan satu-satunya tempat pemotongan hewan milik pemerintah setempat. Di tempat itu, hewan-hewan yang akan masuk diperiksa kesehatannya. Pemeriksaan meliputi mulut, rongga mulut, lidah, hingga kaki.
Kalau hasil pemeriksaannya baik, bisa langsung dipotong.
Kepala Unit Rumah Potong Hewan dan Budidaya Hewan Potong Penggaron Ika Nurawati mengatakan, biasanya pihaknya meminta data asal hewan itu dan surat keterangan kesehatan hewannya. Kalau semuanya sudah lengkap tetapi hasil pemeriksaan fisiknya ada tanda-tanda PMK, pemotongannya ditunda lalu hewan itu ditempatkan di kandang karantina sambil diobati. "Namun, kalau hasil pemeriksaannya baik, bisa langsung dipotong," ucapnya.
Menurut Ika, setiap harinya ada sekitar 27 ekor sapi yang dipotong di RPH Penggaron. Daging-daging sapi itu didistribusikan ke sejumlah daerah di Kota Semarang dan Kabupaten Demak. Dia menambahkan, pihaknya terus berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Kota Semarang terkait kesehatan hewan-hewan yang masuk ke RPH Penggaron. Hewan ternak yang menunjukkan gejala PMK akan dilaporkan ke Dinas Pertanian.
Secara terpisah, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menginstruksikan kepada pemerintah kabupaten di perbatasan, terutama dengan Jawa Timur, untuk bersiaga. Hewan-hewan ternak dari Jatim yang masuk ke Jateng juga diharapkan bisa diisolasi terlebih dahulu. "Jawa Tengah bukan tidak mungkin. (PMK) itu, kan, juga bisa bergeser. Maka, mesti dijaga transportasi lalu lintas hewan kita," tuturnya.
Antisipasi serupa juga dilakukan oleh Kepolisian Daerah Jateng. Kepala Polda Jateng Inspektur Jendral Ahmad Luthfi menuturkan, pihaknya telah membuat satuan tugas khusus untuk menangani hal itu. Komunikasi lintas sektor dengan pemerintah daerah, masyarakat, dan dokter hewan terus dijalin untuk memantau penyebaran PMK.
"Polri akan selalu mengawal kegiatan ini sehingga tidak merembet ke daerah lain. Petugas di lapangan akan membantu mengedukasi masyarakat dan memberikan bantuan berupa vitamin ternak dan cairan disinfeksi kadang. Tindakan intensif akan kami lakukan apabila ada indikasi kasus meningkat," imbuh Luthfi.