37 Ternak di Jateng Positif Penyakit Mulut dan Kuku
Pengetesan terhadap hewan-hewan ternak yang diduga terpapar penyakit mulut dan kuku terus dilakukan di Jateng. Pemeriksaan terbaru menunjukkan, 37 dari 115 sampel yang diperiksa menunjukkan hasil positif PMK.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Sebanyak 37 hewan ternak yang terdiri dari sapi dan kambing dari empat daerah di Jawa Tengah terkonfirmasi positif penyakit mulut dan kuku. Pembatasan lalu lintas hewan ternak diketatkan untuk menekan risiko penyebaran ke daerah lain di Jateng.
Hingga Jumat (13/5/2022), Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jateng telah mengirimkan 115 sampel darah dari sapi dan kambing yang diduga menderita penyakit mulut dan kuku (PMK) ke Laboratorium Balai Besar Veteriner Yogayakarta. Dari jumlah tersebut, 37 sampel menunjukkan hasil positif. Rinciannya, 16 sapi dari Boyolali, 14 sapi dari Banjarnegara, 4 sapi dari Rembang, dan 3 kambing dari Wonosobo.
”Ternak-ternak yang dinyatakan positif itu sudah ditangani dengan cara diisolasi agar tidak menulari yang lainnya. Selama menjalani isolasi, hewan-jewan ini diberi pengobatan terpadu. Sejauh ini, kondisinya terus membaik,” kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jateng Agus Wariyanto, Jumat.
Menurut Agus, hewan ternak yang dinyatakan positif PMK itu akan diisolasi setidaknya selama 14 hari. Sebab, masa inkubasi virus PMK 14 hari. Jika masa isolasinya telah selesai dan dinyatakan sembuh, hewan-hewan itu akan dikembalikan ke kandang biasa.
Agus menambahkan, hewan-hewan yang dinyatakan positif PMK juga bisa langsung dipotong. Daging sapi atau kambing yang positif PMK masih bisa dikonsumsi. Sementara itu, bagian kepala, kaki, dan jeroan sapi atau kambing yang positif PMK disarankan untuk tidak dikonsumsi.
Agus mengimbau, para peternak agar selalu menjaga kebersihan kadang ternaknya. Kesehatan ternaknya juga harus dipantau berkala. Jika menemukan gejala PMK, para peternak diminta melapor ke dokter hewan atau dinas pertanian atau dinas peternakan setempat.
”Kalau ternaknya ada yang demam, segera cek bagian mulut dan kakinya. Kalau mulutnya berair dan ada lukanya, langsung cek kukunya. Jika memang ada luka di kuku, patut dicurigai kalau itu PMK. Segera pisahkan ternak itu dengan lainnya, kemudian melapor,” ujar Agus.
Antisipasi penyebaran PMK juga dilakukan oleh pemerintah di kabupaten/kota di Jateng. Di Kabupaten Brebes, pemeriksaan ketat terhadap ternak yang masuk ke pasar hewan dilakukan, Jumat, seiring dengan adanya temuan kasus positif PMK di sejumlah daerah.
Berdasarkan pemeriksaan, enam sapi diduga terjangkit PMK. Petugas dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Brebes mendapati keenam sapi itu mengeluarkan banyak air liur dan terdapat luka di bagian rongga mulut dan kukunya.
”Untuk memastikan terjangkit PMK atau tidak memang perlu pemeriksaan laboratorium. Tapi, dari pemeriksaan fisik ada indikasi kuat jika enam sapi itu terjangkit PMK,” ucap Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Brebes, Ismu Subroto.
Ismu menambahkan, enam sapi yang dibawa dalam satu truk itu berasal dari Kabupaten Banjarnegara. Setelah pemeriksaan fisik dilakukan, sapi-sapi itu dibawa pulang kembali ke Banjarnegara.
Menurut Ismu, pemeriksaan di pintu-pintu masuk pasar hewan di Brebes akan dilakukan rutin ke depannya. Hal itu untuk memastikan hewan-hewan ternak yang masuk ke Brebes dalam keadaan sehat. Untuk sementara waktu, para pedagang dan peternak juga diminta menghentikan pembelian hewan ternak dari wilayah yang mengonfirmasi temuan kasus PMK.
Sebelumnya, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo meminta agar lalu lintas ternak dari daerah lain dibatasi untuk menekan risiko penularan PMK. Ganjar juga telah membantu tim unit reaksi cepat untuk menangani PMK, termasuk mengawasi lalu lintas hewan ternak.
”Semua ketat. Kita juga sudah bicara dengan Kepala Polda Jateng, Direktorat Kriminal Khususnya sudah siap untuk menjaga itu. Maka betul di daerah perbatasan harus kita lakukan kontrol ketat,” katanya.