Ganjil Genap dan Satu Arah Diterapkan Bersamaan Mulai 28 April
Untuk mengurangi potensi kemacetan saat mudik Lebaran, kepolisian akan menerapkan rekayasa lalu lintas di Jalan Tol Trans-Jawa. Rekayasa berupa sistem ganjil genap dan satu arah itu akan diberlakukan mulai 28 April 2022.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Untuk mengurangi potensi kemacetan saat puncak arus mudik Lebaran, kepolisian akan menerapkan rekayasa lalu lintas di Jalan Tol Trans-Jawa. Rekayasa lalu lintas berupa sistem ganjil genap dan satu arah itu akan diberlakukan mulai 28 April 2022.
Ganjil genap dan satu arah akan diterapkan bersamaan mulai dari Kilometer 47 Tol Jakarta-Cikampek hingga Km 414 Gerbang Tol Kalikangkung di Semarang, Jawa Tengah, pada 28 April sampai 1 Mei 2022. Pada 28 April, kebijakan itu diterapkan pukul 17.00-24.00.
Pada 29-30 April, ganjil genap dan satu arah diterapkan pukul 07.00-24.00. Sementara pada 1 Mei durasinya lebih singkat, yakni pada pukul 07.00-12.00.
”Manfaatkan jadwal ini untuk kelancaran lalu lintas bersama. (Saat satu arah diterapkan) mulai Km 47 Tol Jakarta-Cikampek, pemudik bisa mengisi lajur B yang di hari biasa merupakan lajur menuju Jakarta untuk terus ke arah timur menuju (GT) Kalikangkung,” ujar Kepala Korps Lalu Lintas Polri Inspektur Jenderal Firman Shantyabudi dalam konferensi pers daring di Jakarta, Kamis (21/4/2022).
Saat sistem satu arah diterapkan, pemudik yang mengarah ke Cirebon hingga Semarang disarankan tidak ragu melaju di lajur kanan. Sebab, fasilitas tempat istirahat atau rest area di lajur tersebut juga bisa dimanfaatkan pemudik.
”Silakan menggunakan akses jalan keluar rest area di lajur kanan sebagai jalan masuk untuk beristirahat, membeli makanan, ke toilet, shalat, dan sebagainya. Fasilitas di kanan dan kiri tol disiapkan sama untuk melayani pemudik yang menuju ke timur,” ujar Firman.
Akan tetapi, bagi pemudik tujuan Bandung dan sekitarnya yang melewati Jalan Tol Jakarta-Cikampek, diimbau untuk mengambil lajur kiri agar memudahkan saat berbelok ke kiri di Km 66 menuju ruas Jalan Tol Cipularang. Langkah ini diperlukan untuk menghindari crossing atau perpindahan jalur di tol yang sering menyebabkan arus tersendat.
Firman berharap masyarakat mematuhi rekayasa lalu lintas yang telah ditetapkan itu. Sebab, kepatuhan warga juga berperan sangat penting untuk mencegah kemacetan lalu lintas.
Saat sistem satu arah diterapkan, pemudik yang mengarah ke Cirebon hingga Semarang disarankan tidak ragu melaju di lajur kanan. Sebab, fasilitas tempat istirahat atau rest area di lajur tersebut juga bisa dimanfaatkan pemudik.
”Evaluasi Lebaran yang lalu-lalu, mengapa terjadi kemacetan, kita harus menyadari ada ketidakdisiplinan kita semua. Contohnya saat berebut masuk ke kapal penyeberangan. Yang di darat juga jangan berebut karena petugas akan berupaya mempercepat pelayanan,” ucapnya.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi mengatakan, mudik akan memicu pergerakan masyarakat yang cukup besar. Berdasarkan survei Kemenhub, diperkirakan 85,5 juta orang akan mudik tahun ini. Khusus dari Jabodetabek, terdapat 14,3 juta orang yang diperkirakan akan mudik.
Pembatasan kendaraan sangat diperlukan untuk mendukung kelancaran lalu lintas mudik. Oleh sebab itu, pergerakan angkutan barang juga akan dibatasi pada 28 April-1 Mei.
”Pembatasan ini sudah kami rumuskan bersama dengan asosiasi dan juga operator kendaraan truk, termasuk asosiasi logistik. Kami akan siapkan waktu melintas, khususnya di Jalan Tol Jakarta-Cikampek dan termasuk jalan nasional, untuk kendaraan logistik pada pukul 24.00-07.00,” katanya.
Kemenhub juga berupaya mengurangi volume kendaraan di jalan saat arus mudik. Salah satu caranya dengan mengadakan mudik gratis yang dilakukan sebelum puncak arus mudik.
”Untuk menyukseskan angkutan Lebaran tahun ini, kami berharap kerja sama dari masyarakat. Tanggung jawab tidak hanya di pemerintah, tetapi peran masyarakat juga penting, baik dalam mendukung keselamatan dari Covid-19 dan kecelakaan serta kelancarannya,” ujarnya.
Cuti lebih awal
Untuk mengurangi volume kendaraan di jalan pada 28 April-1 Mei, masyarakat disarankan juga memilih tanggal lain untuk mudik. Hal ini diperlukan agar kepadatan kendaraan tidak terkonsentrasi di tanggal tertentu, terutama beberapa hari menjelang Idul Fitri.
”Mengapa kami usulkan pada 22 April sudah mulai berangkat (mudik)? Tujuannya adalah untuk membagi habis waktu keberangkatan. Semakin banyak waktu berangkat, semakin sedikit pula beban volume kendaraan di jalan,” ujar Firman Shantyabudi.
Firman mengatakan, mayoritas siswa sekolah sudah memasuki libur sekolah pada 22 April. Namun, sejumlah orangtua masih bekerja hingga 27 April. Hal ini membuat sebagian orang terkendala untuk mudik lebih awal.
”Kami berharap waktu ini bisa dimanfaatkan oleh orangtua dengan mengambil cuti lebih awal. Tujuannya agar tidak menunggu hingga tanggal 28 April yang bisa membuat arus lalu lintas bertambah padat,” katanya.