Sistem Kelistrikan Interkoneksi Sumatera-Bangka Mulai Beroperasi
Proyek interkoneksi kabel bawah laut Sumatera-Bangka berkapasitas 150 kilovolt mulai beroperasi. Sistem ini membuat sistem kelistrikan di Bangka kian andal.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
BANYUASIN, KOMPAS — Proyek interkoneksi kabel bawah laut Sumatera-Bangka berkapasitas 150 kilovolt mulai beroperasi. Sistem yang mengalirkan listrik dari Sumatera ke Bangka melalui kabel listrik bawah laut sepanjang 36 kilometer ini diharapkan bisa membuat sistem kelistrikan di Bangka kian andal dan meminimalkan penggunaan energi listrik berbahan bakar energi fosil.
Hal ini disampaikan Direktur Mega Proyek dan Energi Baru Terbarukan Perusahaan Listrik Negara (PLN) Wiluyo Kusdwiharto yang hadir secara virtual pada Syukuran Interkoneksi Jaringan Listrik Kabel Laut Sumatera-Bangka di Kecamatan Sungsang, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, Selasa (19/4/2022). Sistem ini resmi beroperasi sejak 26 Maret 2022 setelah dibangun mulai 2019.
Wiluyo memaparkan, sistem interkoneksi ini terbilang sangat kompleks karena mengombinasikan tiga bidang pengerjaan, yakni saluran kabel tegangan tinggi (SKTT) dan saluran udara tegangan tinggi (SUTT) berkapasitas 150 kilovolt yang terpasang di Sungsang, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, dan di Muntok, Kabupaten Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung. Sistem ini dihubungkan dengan kabel bawah laut sepanjang 36 kilometer.
”Kabel laut yang digunakan pada proyek ini menjadi yang terpanjang di Indonesia,” katanya.
Proses pembangunan pun tidak mudah karena lokasi konstruksi berada di area berkontur ekstrem, seperti kawasan rawa, tanah berlumpur, dan berada di sarang predator sungai. Kondisi ini membuat proses pengerjaan membutuhkan metode khusus.
”Untuk mendistribusikan logistik harus ditempuh menggunakan kapal kecil dan jembatan kayu. Selain itu, petugas harus memperhatikan pasang surut air sungai. Karena itu, dalam prosesnya butuh ketekunan dan kesabaran,” tambah Wiluyo.
Sistem interkoneksi Sumatera-Bangka ini akan mendatangkan manfaat sangat besar bagi sistem kelistrikan di Pulau Bangka, yakni dapat meningkatkan kecukupan pasokan daya di Pulau Bangka.
Sebelum sistem interkoneksi ini rampung, ujar Wiluyo, sistem kelistrikan di Bangka hanya memiliki daya tampung sebesar 190,2 megawatt (MW) dengan beban puncak per hari mencapai 191,5 MW. Dengan cadangan listrik yang sangat tipis, yakni hanya 1,3 MW, Bangka kerap mengalami pemadaman bergilir.
Dengan sudah beroperasinya sistem ini, kapasitas daya listrik di Bangka meningkat menjadi 281 MW. Dengan begitu, sistem kelistrikan di Bangka akan lebih andal.
Selain itu, jelas Wiluyo, sistem ini dapat merealisasikan penggunaan energi hijau karena penggunaan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) di Bangka dapat diminimalkan. Selama ini, kapasitas PLTD di Bangka mencapai 83 MW. Dengan beroperasinya sistem interkoneksi ini, PLTD tersebut tidak lagi dioperasikan.
Tidak beroperasinya PLTD dapat menghemat penggunaan bahan bakar minyak sebesar 91,98 juta liter dan B30 sebesar 137,29 juta liter per tahun. PLN pun dapat berhemat sekitar Rp 1,3 triliun per tahun.
Wiluyo berharap agar sistem ini dapat berdampak pada peningkatan taraf dan geliat ekonomi masyarakat Bangka di sejumlah sektor, seperti perikanan, pengolahan sawit, pasir kuarsa, timah, dan pariwisata. ”Apalagi saat ini Pemprov Bangka Belitung sedang mengembangkan potensi tambak udang di sana,” katanya.
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru menyebut sistem ini merupakan penerapan dari Sumsel berbagi energi kepada provinsi tetangga. Apalagi, Sumsel yang dijuluki lumbung energi sudah memiliki kelebihan energi sehingga bisa digunakan untuk provinsi yang membutuhkan.
Keterkaitan antara Bangka Belitung dan Sumsel juga sangat erat. ”Tidak hanya berbagi listrik di sejumlah komoditas, kita juga tukar-menukar,” ujar Herman.
Herman prihatin karena sistem kelistrikan di Bangka selama ini dipasok dari PLTD yang membuat biaya operasi listrik sangat mahal. ”Apalagi listrik menjadi tonggak penting untuk pengembangan perekonomian di berbagai daerah,” katanya.
Di sisi lain, dengan dibangunnya sistem ini, Sumsel tidak perlu repot lagi membuat infrastruktur kelistrikan untuk pembangunan Pelabuhan Laut Dalam Tanjung Carat yang menurut rencana dimulai tahun ini.
Wakil Bupati Banyuasin Slamet Somosentono berharap sistem ini dapat berdampak bagi perkembangan perekonomian di kedua daerah, terutama di Banyuasin dan Kabupaten Bangka Barat. Setidaknya, adanya sistem kelistrikan yang andal akan mengikis kesenjangan ekonomi.