Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Jakabaring Palembang, Selasa (23/4/2019). Ini merupakan salah satu bentuk energi baru terbarukan yang terus dikembangkan. Sampai saat ini baru 9 persen pembangunan energi baru terbarukan yang diangun dari 23 persen energi baru terbarukan yang ditargetkan selesai sampai tahun 2025.
PALEMBANG,KOMPAS—Sumatera Selatan memiliki potensi energi baru terbarukan yang sangat besar. Namun, masalah regulasi perlu segera dibenahi sehingga pembangunannya dapat semakin masif. Hal ini diharapkan mampu membantu pemerintah untuk mencapai target pembangunan energi baru terbarukan sebesar 23 persen sampai tahun 2025.
Hal ini disampaikan Asisten Deputi Bidang Sumber Daya Mineral, Energi dan Non Konvensional Kementerian Koordinator Kemaritiman Amalyos saat memantau pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Jakabaring Palembang, Selasa (23/4/2019). Dia mengutarakan, Sumsel memiliki potensi energi baru terbarukan yang sangat besar.
Ada beberapa infrastruktur energi baru terbarukan yang sudah dibangun di Sumsel. Salah satunya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Jakabaring berkapasitas 2 Megawatt (MW). PLTS ini mulai beroperasi pada April 2018 dan akan beroperasi sampai 20 tahun ke depan.
Ada juga Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) Sekam Padi di Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir. Pembangkit ini menghasilkan 3 MW tenaga listrik yang digunakan untuk aktivitas perusahaan. PLTBm bertenaga sekam padi ini adalah yang pertama di Indonesia.
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Sejumlah peserta rapat koordinasi kementerian koordinator kemaritiman memantau fasilitas yang ada di Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Jakabaring Palembang, Selasa (23/4/2019). Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Jakabaring Palembang, Selasa (23/4/2019). Ini merupakan salah satu bentuk energi baru terbarukan yang terus dikembangkan. Sampai saat ini baru 9 persen pembangunan energi baru terbarukan yang diangun dari 23 persen energi baru terbarukan yang ditargetkan selesai sampai tahun 2025.
Belum lagi, lanjut Amalyos, potensi pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) yang akan dikelola oleh Pemerintah Kota Palembang. Saat ini, sedang dikaji untuk memperbaiki konstruksi infrastrukturnya termasuk membahas terkait harga jual listrik ke PLN.
Selain infrastruktur yang sudah terbangun, Sumsel juga memiliki potensi pengembangan energi baru dan terbarukan yang besar mengingat Sumsel memiliki sungai besar, wilayah pegunungan, dan perbukitan. sumber energi seperti arus air, angin, dan matahari, terbuka lebar untuk dimanfaatkan.
Hingga kini, lanjut Amalyos, capaian energi baru dan terbarukan di Indonesia sudah mencapai 9 persen dari target 23 persen hingga tahun 2025. Saat ini, potensi yang hendak dicapai dalam pembauran energi nasional pada 2025 mencapai 45,1 gigawatt (GW).
Rinciannya, panas bumi sebesar 7,2 GW, tenaga air (18 GW), mini dan mikrohidro (3 GW), bionenergi (5,5 GW), tenaga surya (6,5 GW), dan tenaga angin (6,5 GW). Pengembangannya dalam memasok energi listrik nasional tersebut didampingi oleh biofuel dengan total 15,1 kiloliter per tahun. Hingga saat ini pengembangan energi baru terbarukan tersebut baru mencapai 9 persen atau sekitar 9,12 GW.
Kalau ada kemauan dari semua pihak tentu akan lebih banyak energi baru dan terbarukan yang terealisasi. Hal ini sangat penting untuk menyelesaikan sejumlah permasalahan energi yang ada yakni transportasi, industri, pemakaian gedung, dan rumah tangga yang tidak efisien.
“Empat hal ini yang kita benahi secara bertahap,” katanya.
Penggunaan energi baru dan terbarukan, lanjut Amalyos, sudah direalisasikan di bidang transportasi di Jakarta dimana terdapat penyedia jasa angkutan prabayar sudah menggunakan kendaraan listrik. “Ke depan, inovasi seperti ini harus lebih masif lagi. Apabila hal ini dapat dilakukan di berbagai daerah potensial, saya meyakini target 23 persen tidak sulit dicapai,” katanya.
Direktur Utama Perusahaan Daearah Pertambangan dan Energi (PDPDE) Sumatera Selatan Arief Kadarsyah mengatakan, sejak beroperasi pada 10 April 2018, PLTS bernilai investasi Rp 24 miliar ini mampu menghasilkan listrik hingga 2 MW. Dalam pembangunannya, PDPDE bekerjasama dengan PT Sharp Corporation Jepang.
Di PLTS ini terpasang sebanyak 5.248 panel surya yang akan menghasilkan tenaga listrik 2 MW per hari. Panel tersebut dipasang di atas lahan sekitar 2,5 hektar. Ke depan, ujar Arief, pihaknya berencana akan membangun PLTS di Bangka dan Bali. “Semua masih dalam perencanaan sesuai kesepakatan dengan PLN.
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Jakabaring Palembang, Selasa (23/4/2019). Ini merupakan salah satu bentuk energi baru terbarukan yang terus dikembangkan. Sampai saat ini baru 9 persen pembangunan energi baru terbarukan yang diangun dari 23 persen energi baru terbarukan yang ditargetkan selesai sampai tahun 2025.