Seniman dan Sastrawan NTT Butuh Perhatian Pemerintah
Sastrawan NTT merasa tidak mendapat perhatian dan tempat bermasyarakat oleh pemda. Mereka ingin agar karya mereka pun dihargai karena telah memberi sumbangan bagi masyarakat.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS - Peran sastrawan dan musisi lokal Nusa Tenggara Timur masih membutuhkan banyak dukungan pemerintah daerah. Karya sastra terbukti ampuh mendongkrak ekonomi daerah hingga membangun karakter manusianya menjadi lebih baik.
Pendapat itu dikatakan kritikus sastra asal NTT, Yohanes Sehandi, dalam bedah buku Sang Mesias,Antologi Puisi Religi karya P Fritz Meko SVD di Kupang, Sabtu (2/4/2022). Sehandi merujuk pada nasib lebih kurang 60 sastrawan NTT yang telah menghasilkan 279 karya sastra sejak tahun 1955 hingga sekarang.
”Saya mau tanya kepada hadirin di sini, apakah ada kepedulian pemda terhadap para sastrawan NTT. Tidak ada toh,” katanya. Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat hadir dalam acara itu. Ia tersenyum saat mendengar pendapat itu.
Sehandi mengatakan, sastra NTT mulai dikenal luas lewat karya Gerson Poyk (1931-2017). Karya pertamanya muncul di era tahun 1955 berupa puisi.”Gerson Poyk mewakili sastrawan NTT yang memopulerkan tradisi, budaya, seni, cara hidup, dan keunikan masyarakat dengan gaya sastra,” kata Sehandi.
Menurut Sehandi,karya-karya sastra memiliki nilai dan karakter di bidang ekonomi, sosial, politik, dan budaya bagi kesejahteraan masyarakat. Ia memberikan contoh, karya sastra novel Laskar Pelangi diangkat ke film layar lebar. Setiap wisatawan datang ke Bangka Belitung mengikuti napak tilas terkait karya sastra itu.
”Karya sastra telah mendorong kemajuan pariwisata di sana,” katanya.
Dosen Seni Musik Institut Agama Kristen Negeri Kupang, Johny Theedens, mengatakan, NTT memiliki banyak kekayaan seni, budaya, dan tradisi di 22 kabupaten/kota. Namun, semua ini belum dikelola dan ditata secara teratur oleh pemda.
”Terdata sebagai aset daerah saja tidak, apalagi mengelolanya,” kata pemilik dan pendiri kursus musik Halelluya, Kupang, ini.
Ia menyoroti pemda yang kurang peduli terhadap pekerja seni budaya di NTT. Para seniman kerap berjuang sendiri menghasilkan karya-karya seni. Dia mencontohkan pelestarian alat musik sasando. Minim bantuan pemda, pelestarian menggunakan dana dan usaha mandiri seniman.
Laiskodat mengatakan, ragam masukan dari seniman dan sastrawan bakal menjadi masukan bagi pemda. Dia berjanji akan meminta instansi terkait untuk menindaklanjuti keluhan itu. Dia setuju, karya sastra bisa ikut mengajarkan hal baik bagi masyarakat.
Menurut dia,
para pastor dan pendeta sebaiknya meninggalkan cara berkhotbah monolog di depan mimbar. Mereka harus mengajar masyarakat dengan cara membaca sebagaimana dilakukan Fritz Meko melalui puisi ini. Meko kini menghasilkan 13 buku religi, sebagian besar berupa puisi, dan 10 buah album rohani Kristen.
”Literasi itu jalan menemukan keselamatan, kesejahteraan, jati diri, kebenaran, bahkan menemukan Tuhan. Dalam konteks ini, Pastor Fritztelah menempatkan diri sejajar dengan orang-orang Timor lain, yang menyiapkan jalan bagi banyak orang menuju keselamatan,” kata Laiskodat.
Sementara itu, Pastor Provinsial SVD Timor P Didimus Nai SVD mengatakan, Fritz sangat produktif dalam menyebarkan literasi terkaitpewartaan. Kitab suci tidak selamanya dikhotbahkan di mimbar gereja, tetapi juga disampaikan dengan cara lain, seperti puisi dan lagu-lagu rohani.
”Ini bukan mengenai kepintaran seseorang, melainkan menyangkut kebiasaan untuk berjuang,” kata Nai.
Pimpinan Penerbit Pohon Terang dari DI Yogyakarta yang menerbitkanSang Mesias, Antologi Puisi Religi, Sasongko, mengatakan, buku yang diluncurkan itu akan disiapkan dalam bentuk e-book sehingga mudah diakses semua orang. Buku-buku cetak saat ini sebagian besar juga ditampilkan secara daring.
”Saya minta setiap lokasi strategis di Kota Kupang dan kota-kota lain di NTT disiapkan titik-titik buku dalam rangka membangun semangat membaca masyarakat. Makin banyak membaca, pengetahuan seseorang makin luas, kreatif, cerdas, dan lebih dari itu bisa keluar dari masalah-masalah yang dihadapi,” kata Sasongko.