Tumpuan Penghijauan IKN, Infrastruktur Persemaian Mentawir Segera Dibangun
Persemaian Mentawir butuh banyak pengembangan agar mampu menghasilkan bibit unggul untuk mewujudkan hutan hujan tropis basah di Ibu Kota Negara Nusantara. Infrastruktur pendukung segera dibangun.
Oleh
SUCIPTO
·3 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS — Sejumlah pakar menilai kondisi Persemaian Mentawir di Kalimantan Timur saat ini masih belum ideal. Butuh banyak pengembangan agar mampu menghasilkan bibit unggul untuk mewujudkan hutan hujan tropis basah di Ibu Kota Negara atau IKN Nusantara.
Hal itu menjadi salah satu catatan Guru Besar Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Muhammad Naim, saat mengunjungi Persemaian Mentawir di kawasan Bukit Bangkirai, Desa Mentawir, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Selasa (22/3/2022). Peninjauan itu dilakukan bersama rombongan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Naim menilai, ukuran polybag yang digunakan untuk menyemai bibit pohon terlalu kecil. Polybag yang ideal untuk bibit pohon di Mentawir, katanya, setidaknya harus berdiameter 15 sentimeter dengan panjang 17 sentimeter. Ia menyarankan, persemaian untuk IKN Nusantara perlu serius disiapkan agar menghasilkan bibit unggul.
”Terkait persemaian, yang harus diperhatikan menyangkut kualitas bibit. Sebab, tanaman itu akan berhasil tumbuh tergantung dari kualitas bibit, persiapan lahan tanam, waktu tanam, pemeliharaan, dan pemupukan,” kata Naim.
Setelah kunjungan ke Mentawir, Naim dan sejumlah pakar kehutanan lain bertemu dengan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar. Mereka berdialog dengan tema ”Diskusi Langkah-langkah Operasional Penerapan Forest City IKN”, bertempat di Kota Balikpapan.
Kegiatan itu dihadiri sejumlah pakar dari Forum Pimpinan Lembaga Pendidikan Tinggi Kehutanan Indonesia (Foretika). Selain itu, hadir pula Wakil Ketua Komisi IV DPR G Budisatrio Djiwandono dan Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste Satu Kahkonen.
Siti Nurbaya menjelaskan, keterlibatan akademisi sangat dibutuhkan untuk mewujudkan IKN Nusantara yang hijau dan ramah lingkungan. Sejumlah masukan dan analisis para pakar akan menjadi rujukan mewujudkan kota hutan (forest city) dalam membangun IKN.
”Kami akan diskusikan bagaimana yang pas untuk memulihkan hutan alam Indonesia. Hari ini dan besok kami khusus mendiskusikannya,” ujar Siti.
Ia melanjutkan, persemaian ini akan dikembangkan dengan skema pembiayaan kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU). Luas lahan persemaian sekitar 120 hektar. Sebanyak 35 hektar disiapkan sebagai tempat pembibitan modern dilengkapi instalasi air untuk kesuburan bibit.
Adapun saat ini kawasan inti IKN Nusantara ditumbuhi pohon eukaliptus milik PT ITCI Hutani Manunggal. Di beberapa titik ada sekitar 42 persen pohon alami. Siti menyebutkan, Presiden Joko Widodo ingin tegakan pohon ditambah menjadi 70 persen.
Keterlibatan akademisi sangat dibutuhkan untuk mewujudkan IKN Nusantara yang hijau dan ramah lingkungan. Sejumlah masukan dan analisis para pakar akan menjadi rujukan mewujudkan kota hutan ( forest city) dalam membangun IKN.
”Berarti harus tambah 28 persen. Nantinya, setiap kali hutan tanaman industri di IKN itu ditebang (dipanen), harus ditanam dengan bibit pohon dari sini,” ujar Siti.
Saat ini terdapat sekitar 1 hektar lahan yang sudah terbuka di calon lokasi IKN. Menurut rencana, setelah Persemaian Mentawir siap, lahan terbuka itu akan direhabilitasi. Siti menargetkan, 1 hektar lahan kritis akan ditanam 1.200 bibit pohon.
Pengembangan
Siti menyebutkan, Persemaian Mentawir butuh banyak pengembangan. Dalam waktu dekat, pemerintah berencana membuat jalan akses masuk ke kawasan persemaian. Pasalnya, jalan menuju persemaian masih berupa tanah berbatu sepanjang 10 kilometer.
Selain itu, untuk menunjang kebutuhan air persemaian, pemerintah akan membangun embung berkapasitas 160.000 meter kubik. Sumber air akan diambil dengan menampung aliran Sungai Mandahan. Setidaknya air sungai itu akan dimanfaatkan sekitar 10 persen atau dengan debit 225 liter per detik.
Persemaian Mentawir butuh air dari embung itu sekitar 3.000 meter kubik atau 34,72 liter per detik setiap hari. Jika sudah selesai dibangun dan dikembangkan, persemaian modern ini diproyeksikan bisa memproduksi hingga 20 juta bibit per tahun. Semua bibit akan digunakan untuk rehabilitasi lahan IKN Nusantara.
Saat mengunjungi lahan calon IKN, Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste Satu Kahkonen mengaku sempat sedih melihat kondisi sejumlah lahan yang gundul. Namun, pada saat yang sama, ia mendukung rencana Pemerintah Indonesia dalam restorasi hutan.
”Itu sangat mengesankan. Kami sangat mendukung komitmen Indonesia dalam memulihkan hutan hujan tropis di Kalimantan Timur,” kata Satu.