Hujan Lebat Berpotensi Guyur Banyumas, Lebih dari 1.000 Orang Masih Mengungsi
BMKG mengimbau masyarakat mewaspadai potensi hujan lebat selama 4 hari ke depan di wilayah Jateng selatan. Di Banyumas, masih ada 1.222 orang mengungsi akibat banjir.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Banjir merendam Desa Nusadadi, Kecamatan Sumpiuh, Banyumas, Jawa Tengah, Jumat (18/3/2022). Sekitar 20 warga mengungsi ke tempat aman.
PURWOKERTO, KOMPAS — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memprediksi potensi hujan lebat di wilayah Jawa Tengah selatan masih akan terjadi hingga empat hari ke depan. Sejauh ini, masih 1.222 orang mengungsi akibat banjir di Banyumas, Selasa (15/3/2022). Kewaspadaan perlu ditingkatkan.
”Sampai 4 hari ke depan masih ada potensi hujan lebat, khususnya untuk wilayah Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan Kebumen,” kata prakirawan Stasiun Meteorologi BMKG Tunggul Wulung Cilacap, Rendi Krisnawan, saat dihubungi dari Banyumas, Minggu (20/3/2022).
Penyebab hujan lebat itu antara lain fenomena La Nina yang masuk kategori lemah. Hal itu membuat suhu permukaan air laut lebih hangat dibandingkan dengan kondisi normal sehingga penguapannya cukup tinggi. Ini menyebabkan penguapan di atmosfer pun cukup tinggi.
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Banjir merendam Desa Nusadadi, Kecamatan Sumpiuh, Banyumas, Jawa Tengah, Jumat (18/3/2022). Sekitar 20 warga mengungsi ke tempat aman. Tampak seorang ibu sedang membeli gas di tengah banjir.
Hal lain, kata Rendi, secara regional terdapat gelombang frekuensi rendah (low frequency ) di sekitar Jawa Tengah. ”Ini membuat kondisi atmosfer atau udara menjadi labil. Pertumbuhan awan penyebab hujan lebat, seperti kumulonimbus, cukup tinggi di Jawa Tengah,” ujarnya.
Masyarakat diimbau waspada adanya hujan lebat disertai kilat atau petir.
Selain itu, kata Rendi, saat ini juga terjadi bibit sikolon tropis 93S yang berada di perairan sebelah selatan Nusa Tenggara Barat. ”Bibit siklon tropis membuat efek secara tidak langsung di wilayah Jawa Tengah, yakni pertemuan angin dan daerah belokan angin, Oleh karena itu, di Jateng terdapat pertumbuhan awan penyebab hujan,” tuturnya.
Untuk itu, lanjut Rendi, masyarakat dimohon waspada terhadap adanya potensi hujan lebat selama 4 hari ke depan. Daerah rawan banjir dan longsor diminta mewaspadai turunnya hujan lebat yang memicu bencana hidrometeorologi. ”Masyarakat diimbau waspada adanya hujan lebat disertai kilat atau petir,” ujarnya.
Banjir mulai terjadi di sejumlah wilayah di Kabupaten Banyumas pada Selasa (15/3). Ratusan warga mengungsi. Setelah terjadi hujan pada Kamis (17/3) hingga Jumat (18/3), banjir meluas.
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Sukarelawan mengevakuasi warga lansia di tengah banjir yang merendam Desa Nusadadi, Kecamatan Sumpiuh, Banyumas, Jawa Tengah, Jumat (18/3/2022). Sekitar 20 warga mengungsi ke tempat aman.
Hujan kembali mengguyur Banyumas pada Sabtu (19/3) malam hingga Minggu (20/3) pagi. Sejumlah sungai meluap dan airnya menggenangi jalan nasional di sekitar Kecamatan Tambak pada Minggu dini hari. Air perlahan surut pada Minggu pagi.
Bupati Banyumas Achmad Husein menyebutkan, sebanyak 5.071 keluarga yang tersebar di Kecamatan Tambak, Sumpiuh, Kemranjen, dan Wangon terdampak. Hingga Minggu pagi masih terdapat 1.222 pengungsi yang tersebar di Kecamatan Tambak dan Sumpiuh.
”Pagi tadi ada evakuasi warga di Desa Kuntili, Kecamatan Sumpiuh, oleh tim sukarelawan gabungan, seperti MDMC (Muhammadiyah Disaster Management Center), Mapala Satria UMP (Universitas Muhammadiyah Purwokerto), Amikom, dan BPBD Banyumas,” tutur Husein.
”Para pengungsi sudah mulai mengeluhkan penyakit seperti gatal-gatal,” kata Koordinator Tim Reaksi Cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyumas Saeful Amin.
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Petani memanen padinya di tengah banjir yang merendam Desa Karet, Kecamatan Sumpiuh, Banyumas, Jawa Tengah, Jumat (18/3/2022). Lebih dari 100 hektar lahan pertanian terendam banjir dan sebagian di antaranya rusak sehingga tidak bisa dipanen.
Dari Wonosobo, Kepala BPBD Wonosobo Bambang Tri menyampaikan, pihaknya melakukan pengecekan dan asesmen terhadap bangunan sekolah SD N 2 Pacekelan, Kecamatan Sapuran, yang tertimpa longsoran tebing dengan tinggi 4 meter dan lebar 5 meter. ”Dinding ruang kelas VI retak-retak juga miring sehingga tidak dapat difungsikan karena kondisinya membahayakan. Kegiatan belajar-mengajar dialihkan ke kelas lain yang aman dan dibuat sistem sif (bergantian),” kata Bambang.
Selain itu, kata Bambang, hujan lebat juga memicu longsor di sekitar jembatan Desa Kelurahan Kertek, Kecamatan Kertek, sehingga jembatan sepanjang 20 meter putus total. ”Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini,” ucap Bambang.