Ratusan Orang Masih Mengungsi akibat Banjir di Banyumas
Banjir di Banyumas sudah mulai surut secara perlahan, tapi masih ada ratusan orang yang mengungsi. Kewaspadaan perlu ditingkatkan mengingat adanya pasang surut air laut dan potensi hujan lebat.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Banjir merendam jalan nasional penghubung Yogyakarta-Purwokerto di Kemranjen, Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (17/11/2020). Ketinggian air mencapai 50 sentimeter.
PURWOKERTO, KOMPAS — Ratusan orang masih mengungsi akibat banjir yang merendam sejumlah wilayah di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, sejak Selasa (15/3/2022) hingga Kamis (17/3/2022). Meski banjir sudah mulai surut, warga tetap waspada karena kondisi laut yang pasang dan adanya potensi hujan lebat.
”Pengungsi masih ada di Gebangsari, Kecamatan Tambak. Di balai desa ada 34 orang dan pos PAUD ada 120 orang. Lalu, yang ada di rumah-rumah warga masih dalam pendataan,” kata Koordinator Tim Reaksi Cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Banyumas Saeful Amin, Kamis.
Saeful mengatakan, ketinggian air sebagian besar sudah surut, tapi genangan dengan tinggi 50 sentimeter hingga 1,5 meter masih terjadi di Nusadadi dan Tambak. ”Air seharusnya lari ke laut, kalau pagi surut, nanti saat pasang, air naik lagi,” tuturnya.
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Banjir merendam jalan nasional penghubung Yogyakarta-Purwokerto di Kemranjen, Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (17/11/2020). Ketinggian air mencapai 50 sentimeter.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Banyumas Andi Risdiyanto menambahkan, kondisi banjir di Desa Pandak, Kecamatan Sumpiuh, sudah surut dan dalam kondisi normal. Demikian pula air mulai surut di Desa Prembun, Kecamatan Tambak, tapi masih ada sawah dan sebagian rumah yang tergenang. Genangan masih terpantau tinggi berkisar 1-1,5 meter di Desa Selandaka, Nusadadi, dan Kuntili di Kecamatan Sumpiuh serta Desa Gumelar Kidul dan Plangkapan, Kecamatan Tambak.
Ketua Forum Komunikasi Tagana Provinsi Jawa Tengah Ady Candra menyampaikan, pihaknya menyiapkan makanan sebanyak 457-800 nasi bungkus baik bagi warga di pengungsian maupun yang terdampak banjir di rumah-rumah. ”Banjir di Desa Pandak berangsur-angsur telah surut dan yang mengungsi tinggal 11 orang lansia,” kata Ady.
Oleh karena itu, dapur umum yang semula didirikan di Desa Pandak kemudian dipindahkan ke Desa Plangkapan, Kecamatan Tambak. ”Ketinggian air masih menggenangi berkisar 30-40 cm di jalan sehingga distribusi makanan harus menggunakan perahu atau kendaraan kabin ganda. Masyarakat tidak ada yang mengungsi karena mereka memilih bertahan di rumah masing-masing,” tutur Ady.
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Banjir merendam jalan nasional penghubung Yogyakarta-Purwokerto di Kemranjen, Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (17/11/2020). Ketinggian air mencapai 50 sentimeter.
Banjir pada Selasa lalu yang melanda Kecamatan Sumpiuh dan Tambak sempat membuat sedikitnya 784 orang mengungsi. Sejumlah sungai yang meluap, antara lain, Sungai Senggono dan Sungai Srengseng di Kecamatan Sumpiuh serta Sungai Keceplak di Kecamatan Tambak.
Bupati Banyumas Achmad Husein mengatakan, masalah banjir di sekitar situ sudah terjadi sejak 2008 dan sejumlah upaya sudah dilakukan mulai dari pembuatan embung di bagian hulu, pembuatan saluran air, normalisasi sungai, serta penguatan tebing-tebing saluran air. Namun, karena memang elevasi wilayah itu berada di bawah permukaan air laut, maka air akan cenderung menggenang jika ada hujan lebat dalam durasi yang panjang.
Sebagai solusi jangka panjang, Husein mewacanakan akan dibuat danau buatan di daerah sana untuk menampung air sekaligus untuk perikanan serta pariwisata.