Penyintas Gempa di Pasaman Barat Mulai Tempati Hunian Sementara
Sejumlah keluarga penyintas gempa di Pasaman Barat, Sumatera Barat, mulai menempati rumah hunian sementara atau huntara.
PASAMAN BARAT, KOMPAS — Sejumlah keluarga penyintas gempa di Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, mulai menempati rumah hunian sementara atau huntara. Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat mengupayakan ribuan keluarga yang rumahnya rusak berat bisa menempati huntara menjelang Ramadhan.
Yulia Sastria (36), warga Jorong Tanjung Beruang, Nagari Kajai, Kecamatan Talamau, Jumat (11/3/2022), mengatakan, ia bersama tiga anak dan seorang tetangga mulai menempati huntara di depan rumahnya yang rusak sejak Kamis (10/3). Suaminya tidur di bangku depan rumah.
”Lebih aman tidur di huntara dibandingkan di tenda. Tenda saat hujan basah. Sepuluh hari kami tidur di tenda, setiap hari hujan dan basah,” kata Yulia saat ditemui di huntara yang dibangun PMI Pasaman Barat itu, Jumat siang.
Di sekitar huntara Yulia, ada enam huntara lainnya yang dibangun PMI Pasaman Barat. Tiga unit di antaranya sudah ditempati, tiga lainnya belum selesai dibangun. Dimensi bangunan huntara itu 3 meter x 4 meter dengan tinggi sekitar 2,5 meter. Huntara dibangun dengan kerangka kayu dan berdinding serta beratap terpal.
Meskipun sudah mendapat hunian relatif layak, Yulia berharap ada fasilitas mandi cuci kakus (MCK) di sekitar lokasi itu. Sekarang, Yulia dan keluarganya terpaksa mandi dan buang air ke sungai. Hal itu riskan karena saat hujan air sungai deras dan keruh.
Nur Hailam (61), tetangga Yulia, mulai menempati huntara tiga hari terakhir. Huntara dibangun di halaman rumahnya yang hancur karena gempa bermagnituo 6,1 pada Jumat (25/3). Sebelumnya, ia mengungsi ke rumah anaknya di Kecamatan Pasaman.
Baca Juga: Penyintas Gempa Pasaman Barat Jalani Pemulihan Trauma
”Saya tidur di huntara sejak Rabu (9/3) kemarin. Ya, dinyaman-nyamankan saja. Cuma, jiwa belum stabil. Ketika huntara bergoyang, saya agak cemas. Saya berharap rumah bisa kembali dibangun,” kata Hailam, yang tinggal di huntara ini bersama anak dan dua cucunya.
Rina Astuti (39), warga lainnya di Jorong Tanjung Beruang, berharap segera dibangunkan huntara. Selama ini, ia bersama suami, dua anak, mertua, dan empat anggota keluarga besar lainnya menginap di tenda. Rumah mertuanya hancur. ”Saat hujan, tenda basah. Hujan turun setiap malam. Air masuk ke tenda, basah tikar dan kasur kami,” katanya.
Selain huntara, Rina juga berharap ada fasilitas MCK di sekitar lokasi. Selama ini, ia dan keluarga mandi di sungai. Ia khawatir terbawa arus saat hujan deras serta bisa terjangkit penyakit karena airnya keruh.
Kepala Markas PMI Pasaman Barat Rida Warsa mengatakan, PMI mulai membangun huntara tiga hari terakhir. Sejauh ini, ada 12 unit huntara selesai 100 persen dan 15 unit selesai 75 persen. ”Total ada 27 unit huntara yang sudah dibangun. Sebanyak 9 unit di antaranya sudah ditempati,” kata pria yang akrab disapa Ujang ini.
Baca Juga: Penanganan Gempa di Pasaman dan Pasaman Barat Masuki Fase Transisi Darurat
Ujang melanjutkan, pembangunan difokuskan di Jorong Tanjung Beruang agar lebih terkluster dan tertata. PMI Pasaman Barat menargetkan untuk tahap I membangun 200 unit huntara dan diharapkan selesai sebelum Ramadhan. Sejauh ini, donasi yang terkumpul sekitar 65 unit huntara.
Pembangunan huntara oleh PMI Pasaman Barat menggunakan pola kemitraan. PMI menyediakan terpal dan tikar serta kelengkapan keluarga; warga menyediakan lantai dari bambu, batang pinang, atau papan; serta donatur menanggung biaya kayu untuk kerangka. Pengerjaan huntara bersama-sama oleh sukarelawan, warga setempat, PMI, dan penerima huntara.
”Dengan pola kemitraan, biaya satu huntara bisa turun. Harapan kami unitnya banyak, tetapi tetap sesuai standar layak dan manusiawi. Kayu untuk kerangka dari sumbangan donatur Rp 1,2 juta. Terpal dipasok oleh PMI pusat. Lantai dari warga. Total anggarannya sekitar Rp 2,5 juta,” ujar Ujang.
Wakil Bupati Pasaman Barat Risnawanto dalam kunjungannya ke huntara di Jorong Tanjung Beruang mengatakan, pembangunan huntara akan tetap berlanjut dengan donasi lain yang diinisiasi oleh PMI Pasaman Barat. ”Kami yakin (donasi) ini tetap mengalir agar masyarakat tidak tinggal di tenda lagi,” ucapnya.
Target kami masyarakat bisa menempati huntara sebelum Ramadhan.
Menurut dia, semua warga yang rumahnya rusak berat karena gempa akan dibuatkan huntara sebelum ada hunian tetap (huntap). Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Jumat pagi, total rumah rusak berat di Pasaman Barat yang terverifikasi sebanyak 1.240 unit. Lainnya kategori rusak sedang 703 unit dan rusak ringan 1.050 unit.
Risnawanto melanjutkan, selain PMI Pasaman Barat, belum ada huntara yang dibangun pihak lain. Walakin, organisasi nonpemerintahan (NGO) dan instansi lainnya sudah banyak yang menyatakan kesediaannya membangun huntara.
”Target kami masyarakat bisa menempati huntara sebelum Ramadhan. Beberapa NGO, BUMN, dan donatur lainnya sudah ada kesediaannya untuk membangun huntara. Saya yakin dan percaya ini pasti akan terealisasi,” kata Risnawanto, yang juga Ketua PMI Pasaman Barat.
Ditambahkan Risnawanto, berdasarkan rencana anggaran dan biaya (RAB) yang disusun timnya, anggaran satu unit huntara Rp 8 juta. Biayanya lebih besar karena menggunakan material seperti seng, papan, dan lainnya, serta dikerjakan oleh tukang. ”Kalau PMI, kan, dengan pola kemitraan dengan bergotong royong,” ujarnya.
Baca Juga: Berbekal Tenda, Penyintas Gempa Pasaman Barat Pulang ke Daerah Asal