Berbekal Tenda, Penyintas Gempa Pasaman Barat Pulang ke Daerah Asal
Para pengungsi gempa di posko utama Pasaman Barat, Sumatera Barat, kembali ke rumah masing-masing.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PASAMAN BARAT, KOMPAS — Penyintas gempa di posko utama Pasaman Barat, Sumatera Barat, mulai kembali ke daerah asal. Pemerintah setempat membekali mereka dengan tenda keluarga dan kebutuhan pokok. Adapun masa tanggap darurat yang berakhir pada 10 Maret 2022 tidak diperpanjang dan kini memasuki masa transisi ke tahap rehabilitasi dan rekonstruksi.
Pantauan di posko utama, juga pekarangan kantor dan rumah dinas Bupati Pasaman Barat, Rabu (9/3/2022) sore, semua penyintas sudah kembali ke daerah asal. Sebanyak 11 rumah tangga yang menempati satu tenda terakhir pulang ke kampungnya di Nagari Kajai, Kecamatan Talamau. Mereka diantar pulang dengan dua bus Dinas Perhubungan Pasaman Barat.
Di pekarangan kantor dan rumah dinas bupati tersebut, tinggal lima tenda besar yang berdiri. Semuanya tidak berpenghuni lagi. Sebelumnya, ada sekitar 20 tenda besar berdempet-dempet memenuhi kawasan itu. Jumlah pengungsinya hampir 3.000 orang.
Wasir (46), penyintas terakhir yang pulang, mengatakan, ia dan keluarganya kembali ke rumah di Jorong Mudiak Simpang, Nagari Kajai, karena tanggap darurat berakhir Kamis (10/3/2022) besok. ”Kembali ke rumah karena masa pengungsian di sini sudah habis, tinggal sehari lagi. Selain itu, juga bosan di sini,” kata Wasir, di sela-sela menunggu bus untuk pulang.
Wasir melanjutkan, bersama istri dan empat anaknya, ia mengungsi di lokasi ini sejak 12 hari lalu atau sehari setelah gempa M 6,1 pada Jumat (25/2/2022). Rumah Wasir di Jorong Mudiak Simpang rata dengan tanah. Sekarang, keluarganya dibekali tenda keluarga untuk tempat tinggal sementara serta sembako dan kebutuhan lainnya.
Nurhayati (35), penyintas lainnya, mengatakan, bersama suami dan empat anaknya, ia pulang Rabu ini karena sudah tidak ada orang lainnya. ”Kami saja tinggal di sini, tentu tidak pula enak lagi. Lebih baik sama-sama pula kami di kampung. Di sini sebenarnya nyaman, kebutuhan makan cukup,” kata Nurhayati, warga Jorong Mudiak Simpang.
Adik ipar Wasir ini melanjutkan, pemerintah membekali tenda keluarga, sembako, dan kebutuhan lainnya saat kembali ke kampung. Jika sembako habis, tinggal menghubungi petugas posko, akan ditambah. Rumah Nurhayati yang terbuat dari kayu miring akibat gempa sehingga tidak layak huni.
”Tenda sudah ada di rumah, tinggal kami dirikan masing-masing,” ujarnya.
Wakil Bupati Pasaman Barat Risnawanto mengatakan, semua penyintas di pekarangan kantor dan rumah dinas bupati sudah kembali ke rumah masing-masing. Sebelumnya, ada lebih kurang 2.900 orang di lokasi tersebut. ”Masa tanggap darurat berakhir Rabu (10/3/2022). Kami mengupayakan mereka kembali ke rumah masing-masing,” kata Risnawanto.
Menurut Risnawanto, para penyintas dibekali tenda jika rumah mereka rusak berat dan tidak bisa ditempati. Semuanya juga dibekali sembako dan kelengkapan lainnya, seperti selimut dan kasur.
Risnawanto menjelaskan, penyintas disarankan pulang atas sejumlah pertimbangan, salah satunya pemulihan ekonomi keluarga. Di kampung, warga punya kebun, sawah, dan sumber mata pencarian lainnya, yang tidak mungkin ditinggal begitu lama.
”Di rumah, mereka bisa memperbaiki kebun, kalau ada hasilnya bisa dijual untuk tambahan ekonomi keluarga,” katanya.
Pertimbangan lainnya adalah warga di rumah bisa mengangsur pembersihan rumah. Dengan begitu, saat memasuki masa rehabilitasi dan rekonstruksi, rumah bisa langsung diperbaiki atau dibangun kembali.
Di tempat lain, kata Risnawanto, sebagian penyintas sudah kembali. Sebagian lainnya, masih bertahan, misalnya di simpang Jorong Timbo Abu, Nagari Kajai, yang masih ramai karena merupakan pusat gempa. ”Mudah-mudahan dengan sosialisasi kami tentang manfaat kembali ke rumah, mereka bersedia pulang,” ujarnya.
Tanggap darurat
Risnawanto melanjutkan, masa tanggap darurat bencana di Pasaman Barat tidak diperpanjang dan berakhir pada 10 Maret 2022 atau selama 14 hari sejak gempa. ”Tidak kami perpanjang karena kami sudah bisa menyelesaikan persoalan para pengungsi,” kata Risnawanto.
Kebutuhan dasar penyintas, kata Risnawanto, sudah terpenuhi, termasuk pelayanan kesehatan. Upaya pemulihan trauma juga sudah dilakukan. ”Tentu masa tanggap darurat tidak perlu diperpanjang. Sudah disepakati dengan satgas tanggap darurat,” ujarnya.
Selanjutnya, kata Risnawanto, penanganan bencana masuk ke masa transisi serta rehabilitasi dan rekonstruksi. Masa transisi berlangsung beberapa hari, menunggu selesainya pendataan kerusakan rumah warga oleh tim perguruan tinggi. Sejauh ini, capaian pendataan 50 persen. Setelah pendataan selesai, dilanjutkan tahap rehabilitasi dan rekonstruksi.