Penyintas Gempa Pasaman Barat Jalani Pemulihan Trauma
Pemulihan trauma ini penting agar ketakutan dan kesedihan penyintas tidak berlarut-larut dan berpengaruh ke psikologi. Selain anak-anak, orangtua juga diberi pendampingan psikologis.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PASAMAN BARAT, KOMPAS — Para penyintas gempa Pasaman Barat, Sumatera Barat, menjalani kegiatan pemulihan trauma (trauma healing). Pemulihan trauma ini penting agar ketakutan dan kesedihan mereka tidak berlarut-larut dan berpengaruh pada kondisi psikologis di masa mendatang.
Di SD 21 Pasaman, Kamis (10/3/2022) pagi, sekitar 70 siswa mengikuti kegiatan pemulihan trauma yang diadakan Yayasan Qolbun Salim bersama sukarelawan lainnya. Kegiatan diadakan di sekolah karena para pengungsi di kawasan ini sudah kembali ke rumah masing-masing.
Pada hari ketiga atau yang terakhir dari kegiatan ini, siswa belajar sambil bermain dengan tema kegempaan bersama pelatih dari yayasan. Siswa SD di Jorong Pinaga, Nagari Aua Kuniang, Kecamatan Pasaman, Pasaman Barat, antusias mengikuti kegiatan di halaman sekolah. Mereka bermain dan bernyanyi dengan raut wajah gembira.
Kepala SD 21 Pasaman Dafri mengatakan, kegiatan pemulihan trauma tersebut berdampak positif terhadap siswa walaupun hanya 30-40 persen siswa yang datang. “Kami perhatikan, setelah tiga hari kegiatan ini, anak kami kembali bersemangat datang ke sekolah,” katanya.
Menurut Dafri, sebelumnya, beberapa waktu setelah gempa, anak-anak masih takut ke sekolah. Beberapa orangtua juga tidak mengizinkan anaknya ke sekolah. Sebab, saat gempa, siswa sedang belajar. Sejumlah kelas dan ruang kepala sekolah retak dan lotengnya jatuh. Untungnya tidak ada yang cedera.
Petro Alexy, pelatih dari Yayasan Qolbu Salim, mengatakan, kegiatan yang diadakan berupa bermain literasi dengan bahasa tubuh dan bernyanyi dengan tema gempa. Dalam kegiatan itu, pelatih membangun pikiran positif anak-anak sehingga mereka gembira dan tidak lagi meratapi musibah yang dialami.
”Lagu-lagu dan gerakan membuat fisik menjadi segar. Mereka tidak lagi merasa takut. Ketakutan hilang melalui kegembiraan tanpa mendoktrin. Belajar senang dan belajar aktifnya jalan,” kata Petro.
Lagu-lagu dan gerakan membuat fisik menjadi segar. Mereka tidak lagi merasa takut. Ketakutan hilang melalui kegembiraan tanpa mendoktrin. Belajar senang dan belajar aktifnya jalan.
Petro melanjutkan, selain di SD 21 Pasaman, yayasan yang bergerak di bidang konsultan pendidikan dan pelatihan ini juga melakukan kegiatan serupa di SD lainnya, TK/PAUD, hingga posko pengungsian di Pasaman Barat. Selain anak-anak, yayasan juga membekali orangtua di pengungsian tentang parenting.
Kegiatan serupa dilakukan pula oleh Komunitas Psikologi Peduli Sumbar yang diinisiasi Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Sumbar. Kelompok ini berisi psikolog serta tamatan dan mahasiswa psikologi. Mereka memberikan pertolongan pertama psikologi kepada penyintas gempa dari anak-anak hingga orang dewasa.
Sri Wahyuni, psikolog Psikologi Peduli Sumbar, mengatakan, puluhan anggota Psikologi Peduli Sumbar sejak Minggu (6/3/2022) memberikan pertolongan pertama di titik-titik pengungsian gempa di Pasaman Barat dan Pasaman. Saat pengungsi kembali ke rumah, kegiatan dilakukan di sekolah-sekolah.
Bagi anak-anak, kata Sri, kegiatan yang dilakukan adalah bermain, bernyanyi, bercerita, menggambar, dan kegiatan lainnya yang membuat anak-anak bergembira. Dari kegiatan itu, akan terlihat anak yang diam atau takut-takut.
”Anak-anak itu kami dekati. Kami lakukan observasi lebih lanjut untuk menentukan penanganan apa yang mesti kami lakukan. Orangtuanya juga kami dekati,” kata Sri, yang juga psikolog RSUP Dr M Djamil Padang ini.
Kepada orang dewasa, psikolog mendekati secara pribadi. Psikolog menanyakan dan meminta mereka mengungkapkan perasaan. Hal itu akan membuat mereka lebih lega dan tidak larut dalam kesedihan.
Menurut Sri, kondisi penyintas gempa saat ini belum dapat dikatakan trauma karena butuh observasi mendalam. Jika saat ini mereka merasa sedih, itu reaksi yang wajar pada situasi tidak wajar atau bencana.
”Setelah pertolongan pertama ini kami harapkan kondisi mereka lebih baik. Lebih siap mental menerima kejadian ini dan tidak larut ke depannya. Kondisi mereka secepat mungkin mesti diatasi, jangan sampai ke tahap trauma,” ujarnya.
Kepala Bidang Pendidikan Nonformal dan Informal Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pasaman Barat Kasiman mengatakan, sejak 2 Maret 2022, upaya pemulihan trauma terus dilakukan terhadap siswa. Tujuannya agar siswa tidak trauma dan mengembalikan semangat siswa untuk ke sekolah.
Menurut Kasiman, kegiatan pemulihan trauma ini bekerja sama dengan sejumlah pihak, termasuk melibatkan guru TK/PAUD di Pasaman Barat. Kegiatan diberikan di titik-titik paling terdampak gempa di Kecamatan Talamau dan Kecamatan Pasaman.
”Sebelum kegiatan ini kami lakukan, anak-anak takut datang ke sekolah. Dengan pemulihan trauma, lambat laun pikiran anak-anak akan teralih dari musibah yang baru saja mereka alami,” kata Kasiman.
Data posko utama bencana gempa di Pasaman Barat menyebutkan, hingga 9 Maret 2022, ada 75 fasilitas pendidikan yang rusak, yaitu 19 unit rusak berat, 14 unit rusak sedang, dan 42 unit rusak ringan. Kerusakan fasilitas pendidikan terbanyak di Kecamatan Talamau sebanyak 26 unit, disusul Kecamatan Pasaman 25 unit, dan Kecamatan Kinali 24 unit.
Bupati Pasaman Barat Hamsuardi mengatakan, upaya pemulihan trauma sudah dilaksanakan sejak beberapa hari pascagempa bermagnitudo 6,1 yang mengguncang kabupaten ini dan sekitarnya. Kegiatan bekerja sama dengan pemerintah, TNI-Polri, lembaga swadaya masyarakat, dan sukarelawan lainnya.
”Pemulihan trauma ini akan kami teruskan selama masa transisi (tanggap darurat menuju pemulihan). Kami lihat masyarakat secara psikologi mulai stabil,” kata Hamsuardi.