HET Sulit Dicapai, Ribuan Ton Minyak Goreng Digelontorkan ke Jatim
Pemprov Jatim distribusikan ribuan ton minyak goreng bersubsidi di pasar tradisional di 38 daerah. Ini untuk mengendalikan fluktuasi harga yang masih jauh di atas harga eceran tertinggi di tingkat konsumen.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·5 menit baca
SIDOARJO,KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Timur mendistribusikan ribuan ton minyak goreng bersubsidi kepada para pedagang di pasar tradisional yang tersebar di 38 kabupaten dan kota. Kebijakan ini untuk menjamin ketersediaan minyak goreng di masyarakat dan mengendalikan fluktuasi harga yang masih jauh di atas harga eceran tertinggi di tingkat konsumen. Harga minyak goreng di sejumlah pasar tradisional masih tinggi.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan telah menggelontorkan 3.500 ton minyak goreng ke pasar tradisional. Selain itu, dalam beberapa hari ini, pihaknya kembali mendatangkan 4.000 ton minyak goreng bersubsidi. Artinya, dalam rentang waktu kurang dari sepekan, setidaknya 7.500 ton minyak goreng didistribusikan ke pasar.
”Para pedagang diharuskan menjual langsung minyak goreng kepada konsumen sesuai harga eceran tertinggi (HET). Langkah ini dilakukan guna membantu masyarakat memenuhi kebutuhan minyak goreng, sekaligus menstabilkan harga komoditas tersebut,” ujar Khofifah, Jumat (4/3/2022).
Pendistribusian minyak goreng bersubsidi dilakukan secara bertahap di 38 kabupaten dan kota. Adapun kegiatan dimulai pada Kamis (3/3/2022) malam dengan mengerahkan 20 truk untuk mendistribusikan ke seluruh pasar tradisional di 17 kabupaten dan kota. Setelah itu, pendistribusian dilanjutkan untuk 21 daerah lainnya pada Jumat sore.
Ada dua merek minyak goreng yang didistribusikan ke pedagang, yakni Lentera dan Rayat. Minyak goreng premium Lentera didistribusikan antara lain di Tulungagung, Banyuwangi, Jember, Lumajang, Bondowoso, Jombang, Nganjuk, Bojonegoro, Ngawi, Madiun, Ponorogo, dan Kota Probolinggo. Adapun minyak goreng merek Rakyat didistribusikan di Tuban, Kediri, Lamongan, Pacitan, dan Trenggalek.
”Pemprov Jatim tidak berhenti berupaya mengoordinasikan dan menyinergikan beragam institusi demi mengatasi kelangkaan minyak goreng. Semoga ikhtiar ini dapat membantu masyarakat, pedagang kaki lima, tukang gorengan, warung, katering, ibu rumah tangga, dan lain-lain,” kata Khofifah.
Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama ini mengatakan, terpenuhinya kebutuhan minyak goreng akan membangun ketenangan masyarakat serta rasa aman pedagang dan pelaku UMKM. Dia berharap para pedagang kaki lima, termasuk penjual gorengan, pengusaha katering, dan ibu rumah tangga dapat memenuhi kebutuhan minyak goreng sehari-hari dengan baik.
”Bagi kita semua, membangun ketenangan dan rasa aman menjadi penting. Jadi, kami sampaikan lagi, kebutuhan minyak goreng bagi masyarakat Jawa Timur akan tercukupi dan terpenuhi,” kata Khofifah.
Pendistribusian minyak goreng itu tidak lepas dari kerja sama Pemprov Jatim dengan Kementerian Perdagangan RI, PT Rajawali Nusantara Indonesia, PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), dan Asosiasi Pengusaha Pengemas Minyak Goreng Indonesia (APPMGI).
Salah satu lokasi pendistribusian minyak goreng subsidi itu adalah di Pasar Besar Kota Pasuruan. Sebanyak 6 ton minyak goreng curah disediakan khusus untuk pedagang dengan kuota pembelian maksimal 20 kilogram (kg) per orang. Adapun harga yang ditawarkan Rp 10.500 per liter atau Rp 11.700 per kg untuk pedagang dan Rp 11.500 per liter atau Rp 12.800 per kg untuk konsumen.
Harga masih tinggi
Pendistribusian minyak goreng di Pasar Besar Kota Pasuruan itu mendapat sambutan positif dari pedagang. Mereka rela mengantre berdesakan untuk membeli minyak goreng curah yang ditawarkan pemerintah daerah dan menjualnya kembali kepada konsumen. Hal itu karena harga minyak goreng di pasar masih tinggi.
Harga minyak goreng tetap tinggi meski operasi pasar telah dilakukan sejak November 2021.
Rata-rata harga minyak goreng curah ditingkat pembeli eceran mencapai Rp 18.000-Rp 20.000 per kg. Minyak goreng premium kemasan 2 liter harganya masih di kisaran Rp 35.000 per kemasan. Adapun minyak goreng premium kemasan 1 liter dijual dengan harga Rp 18.000 per kemasan. Harga minyak goreng tetap tinggi meski operasi pasar telah dilakukan sejak November 2021.
Kondisi serupa juga dijumpai di Sidoarjo. Di Pasar Krian, misalnya, harga minyak goreng curah di tingkat konsumen Rp 17.500 per kg, jauh di atas HET Rp 12.800 per kg. Minyak goreng premium dengan kemasan 2 liter ditawarkan kepada konsumen dengan harga Rp 36.500 per kemasan, jauh dari HET Rp 28.000 per kemasan.
Di Pasar Larangan Sidoarjo, harga minyak goreng (migor) curah turun menjadi Rp 15.000 per kg dari sebelumnya Rp 20.000 per kg setelah pemerintah daerah menggelar operasi pasar beberapa kali. Namun, harga itu juga masih jauh di atas HET.
”Pasokan migor bersubsidi dari pemerintah daerah belum stabil. Pasar murah tidak setiap hari sehingga saat kehabisan barang, pedagang harus membeli dari distributor. Inilah yang menyebabkan harga migor masih tinggi,” ucap Surahrni, salah satu pedagang di Pasar Larangan.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sidoarjo Tjarda mengatakan, pihaknya terus berupaya menggelar operasi pasar minyak goreng di pasar tradisional untuk menjamin kelancaran pasokan barang bagi masyarakat. Selain itu, operasi pasar merupakan upaya mengintervensi harga agar segera turun.
”Selain bekerja sama dengan Kemendag RI, Pemkab Sidoarjo juga bekerja sama dengan sejumlah produsen migor dan Pemprov Jatim. Masyarakat tidak perlu khawatir karena stok migor dipastikan aman jelang datangnya Ramadhan,” ujar Tjarda.
Pasar Larangan merupakan salah satu pasar tradisional yang menjadi sasaran operasi pasar minyak goreng curah Kementerian Perdagangan RI pada akhir Februari lalu. Operasi pasar migor curah digelar selama sebulan di 26 pasar tradisional yang tersebar di 38 kabupaten dan kota di Jatim. Setelah itu, pasokan minyak goreng digelontor ke seluruh pasar tradisional di Jatim yang jumlahnya lebih dari 100 pasar.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Kementerian Perdagangan RI Oke Nurwan dalam kunjungannya ke Pasar Larangan, Selasa (22/2/2022), mengatakan, pihaknya menyiapkan 70.000 ton minyak goreng curah untuk memasok kebutuhan pedagang di 38 kabupaten dan kota di Jatim.
Nurwan mengatakan, kebutuhan minyak goreng masyarakat Jatim diperkirakan 50.000 ton hingga 59.000 ton per bulan. Namun, pihaknya akan menyediakan 70.000 liter atau lebih besar dari kebutuhan masyarakat karena Jatim memiliki peran penting dalam distribusi minyak goreng di Indonesia timur.
”Hal ini untuk mengamankan pasokan di wilayah timur Indonesia. Ternate dan Papua dipasok dari Jatim. Saya tidak mau ada isu kelangkaan migor di sini,” kata Nurwan.