Minyak Goreng Curah Langka di Surabaya, Harga Tembus Rp 20.000 Per Liter
Harga minyak goreng curah di pasar tradisional di Surabaya tembus Rp 20.000 per liter, jauh di atas harga eceran tertinggi Rp 11.500 per liter. Barangnya juga susah diperoleh karena pasokan yang tidak lancar.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Harga minyak goreng curah di pasar tradisional di Surabaya, Jawa Timur, mencapai Rp 20.000 per liter, jauh di atas harga eceran tertinggi yang ditetapkan pemerintah, yakni Rp 11.500 per liter. Selain itu, minyak goreng juga sulit diperoleh karena pasokan yang tidak lancar ke pedagang. Kementerian Perdagangan mengancam memberikan sanksi keras kepada distributor yang menimbun barang.
Rombongan Kementerian Perdagangan yang dipimpin langsung Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mendatangi Pasar Tambahrejo, Surabaya, Jumat (18/2/2022). Di salah salah satu pasar tradisional di ibu kota Provinsi Jatim tersebut, didapati harga minyak goreng curah mencapai Rp 20.000 per liter. Pedagang juga melaporkan pasokan yang tidak lancar.
Lutfi mengaku sangat terkejut mendapati temuan tersebut. Alasannya, Surabaya merupakan hub bagi aktivitas pengolahan dan distribusi minyak goreng di Indonesia, terutama wilayah timur. Menurut dia, harga minyak goreng curah di Surabaya seharusnya lebih rendah dari harga barang di Makassar, Sulawesi Selatan.
”Saya terus terang terkejut luar biasa karena harganya tidak saja mahal, tetapi pasokan barangnya juga terbatas. Saya akan mengecek ke gudang distribusi untuk memastikan stok barang dan harga jual sesuai ketentuan pemerintah,” ujar Lutfi.
Sebelum berkunjung ke Surabaya, Lutfi terlebih dulu melakukan inspeksi pasar di Makassar. Menurut dia, stok minyak goreng di sana ada dan harganya di bawah Rp 13.000 per liter meskipun masih di atas harga eceran tertinggi (HET) Rp 11.500 per liter.
Menurut Lutfi, harga minyak goreng di Surabaya seharusnya tidak lebih tinggi dibandingkan di Makassar. Oleh karena itulah, pihaknya langsung memerintahkan distributor menyuplai minyak goreng curah di sejumlah pasar tradisional di Surabaya dengan harga 10.500 per liter.
Sejumlah pasar tradisional itu termasuk Tambahrejo, Keputran, Wonokromo, Genteng, dan Pucang Anom. Pendistribusian minyak goreng curah ini diperuntukkan bagi pedagang supaya mereka menjual secara eceran tidak lebih dari Rp 11.500 per liter.
Lutfi menambahkan, Kemendag telah menggelontorkan 73 juta liter minyak goreng di seluruh Indonesia selama empat hari terakhir. Jumlah tersebut mencapai dua kali lipat dari kebutuhan masyarakat. Tujuannya, memastikan distribusi berjalan dengan cepat dan masif agar harganya segera turun.
Surabaya menerima setidaknya 4 juta liter minyak goreng sejak Selasa (15/2/2022). Oleh karena itulah, menurut Lutfi, tidak seharusnya harga di Surabaya lebih mahal dari Makassar. Dia berjanji akan mengecek hambatan penerapan kebijakan pemerintah terkait harga minyak goreng dan mengusut para pihak yang mempermainkan harga tersebut.
Kepastian pasokan minyak goreng curah dan harganya yang terjangkau sangat penting bagi masyarakat dan pelaku usaha kecil agar mereka bisa menggeliat kembali di tengah pandemi Covid-19 yang belum kunjung teratasi. Dengan menguatkan suplai dan pengawasan harga pada minyak goreng curah ini, masyarakat tidak perlu menyerbu ritel modern untuk mendapatkan minyak goreng kemasan premium dan kemasan sederhana.
Wakil Wali Kota Surabaya Armuji mengatakan, pihaknya telah melakukan operasi pasar secara rutin sejak awal tahun. Itu bertujuan untuk stabilisasi harga minyak goreng di tingkat masyarakat, menjamin ketersediaan barang, dan mengendalikan inflasi. Namun, harga di pasar tradisional di wilayahnya tetap tinggi.
Pendistribusian ke wilayah Indonesia bagian timur memerlukan biaya yang tinggi.
Selain ke pasar tradisional di Surabaya, Lutfi juga mendatangi salah satu distributor minyak goreng, yakni PT Cipta Perkasa Oleindo (CPO) dan PT Taligaluh Tangguh Perkasa di Desa Karangbong, Sidoarjo. Perusahaan ini bergerak di bidang manufaktur minyak goreng sawit dengan merek dagang Lavenia. Mayoritas produknya dipasarkan di kawasan timur Indonesia.
Berdasarkan hasil inspeksi tersebut, permasalahan tidak hanya ditemukan pada sisi pasokan, tetapi juga proses distribusi minyak goreng. Kemendag akan melakukan terobosan dan menyingkirkan hambatan dalam proses distribusi untuk memastikan pasokan, terutama ke wilayah Indonesia bagian timur, berjalan lancar.
Direktur PT CPO Deny mengatakan, ada dua kendala yang dialami perusahaannya. Dari sisi produksi, harga bahan baku minyak goreng yang diterima oleh perusahaannya belum sesuai dengan janji pemerintah. Sementara dari sisi distribusi, pendistribusian ke wilayah Indonesia bagian timur memerlukan biaya yang tinggi.
”Apabila perusahaan sudah didukung dengan bahan baku yang sesuai, mulai hari ini kita akan sampaikan ke distributor untuk mengambil barang yang ada di gudang. Harga yang disepakati, apabila perusahaan menerima barang dengan harga Rp 10.500 per kg, distributor akan menjual dengan harga Rp 13.000 per liter,” kata Deny.
Deny mengatakan, pabriknya memproduksi 34.000 liter minyak goreng setiap hari. Perusahaan berkomitmen mendukung kebijakan pemerintah terkait dengan HET minyak goreng. Namun, pihaknya memerlukan bantuan terkait biaya distribusi ke wilayah timur. Selain itu, perusahaan juga masih memiliki selisih harga pada pasokan sebelumnya. PT CPO membeli bahan baku dengan harga bervariasi mulai Rp 12.000 per liter hingga Rp 18.000 per liter.
Pemprov Jatim juga rutin menggelar operasi pasar minyak goreng di sejumlah daerah, seperti Surabaya, Sidoarjo, Madiun, dan Magetan. Meski demikian, minyak goreng tetap langka. Banyak toko ritel modern yang tidak mendapatkan suplai, bahkan sampai satu minggu.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, kelangkaan minyak goreng seharusnya tidak terjadi di wilayahnya. Dia beralasan kebutuhan minyak goreng masyarakat Jatim hanya 59.000 ton setiap bulan. Kebutuhan itu mampu terpenuhi dengan kapasitas produksi pabrik yang mencapai 62.000 ton setiap bulan. Artinya, terdapat surplus sebesar 3.000 ton per bulan atau 36.000 ton setahun.