Minyak Goreng ”Satu Harga” Masih Sulit Ditemukan di Surabaya
Pemerintah Kota Surabaya masih akan menempuh operasi pasar sebagai strategi pengendalian harga minyak goreng agar masyarakat tetap dapat mengakses komoditas itu senilai Rp 14.000 per liter.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO, AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Warga Surabaya, Jawa Timur, masih kesulitan mendapatkan minyak goreng di ritel modern seharga Rp 14.000 per liter. Di pasar-pasar, harga minyak goreng pun masih fluktuatif.
Menurut Kementerian Perdagangan, kebijakan satu harga harus sudah berlaku di seluruh jaringan, termasuk di pasar tradisional, pada Rabu (26/1/2022). Adapun kebijakan satu harga di ritel modern, antara lain Indomaret, Alfamart, Superindo, dan Hypermart, sudah berlangsung selama sepekan.
Pada kenyataannya, hingga Selasa (25/1/2022), di pasar-pasar, harga minyak goreng masih di atas Rp 14.000 per liter. Minyak goreng seharga Rp 14.000 per liter pun sulit didapatkan di ritel modern. Warga sudah mencari ke ritel-ritel modern, tetapi selalu kehabisan. Padahal, pengelola ritel modern sudah menerapkan pembatasan, yakni membeli minyak goreng per liter untuk satu pemegang kartu tanda penduduk.
Pembatasan masih bisa diakali oleh warga dengan memanfaatkan anggota keluarga yang sudah ber-KTP. Semakin banyak anggota keluarga atau kerabat yang bisa dikerahkan untuk membeli minyak goreng, mereka dapat membeli cukup banyak sebagai persediaan.
”Saya mendapatkan minyak goreng, terbatas, dari operasi pasar,” ujar Yulianti (50), warga Kecamatan Tandes. Dua pekan terakhir, saat harga minyak goreng naik dan ada kebijakan satu harga, dirinya sudah berkeliling di ritel-ritel di Tandes dan Surabaya untuk mendapat komoditas tersebut, tetapi selalu kehabisan. Sebelum ada operasi pasar, Yulianti terpaksa membeli minyak goreng di pasar-pasar tradisional di mana harganya bisa menembus Rp 20.000 per liter.
Warga lainnya, Sri Sumarni (45) dari Kecamatan Jambangan, mengatakan, dirinya membeli minyak goreng sesuai kebijakan satu harga sampai saat ini baru bisa ditempuh melalui operasi pasar. Di operasi pasar, pembelian dibatasi dan hanya bagi warga kelurahan tempat digelarnya acara tersebut. Pembatasan bertujuan memastikan warga mendapatkan minyak goreng secara merata.
”Kalau di operasi pasar jelas antre, tetapi kesempatannya besar dapat minyak goreng meski terbatas,” ujar Sri Sumarni. Kesulitan mendapatkan minyak goreng juga mendorong dirinya mengubah metode memasak dengan mengurangi menghidangkan masakan digoreng atau berminyak.
Kalau di operasi pasar jelas antre, tetapi kesempatannya besar dapat minyak goreng meski terbatas.
Untuk mengantisipasi kelangkaan dan kenaikan harga minyak goreng, Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, dan Perdagangan Surabaya akan tetap mengadakan operasi pasar. Kegiatan yang sudah dijalankan sepekan terakhir akan berlangsung sampai Jumat (28/1/2022).
Selasa itu, operasi pasar dilaksanakan di Kelurahan Tandes, Balai RW 005 Tandes, dan Kelurahan Manukan Kulon. Di Kelurahan Tandes dan Balai RW 005 disediakan masing-masing 85 kardus atau setara dengan 1.020 liter minyak goreng. Untuk operasi pasar di Kelurahan Manukan Kulon disediakan 80 kardus atau 960 liter. Warga hanya dapat membeli maksimal 2 liter dengan memperlihatkan KTP.
”Operasi pasar diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan minyak goreng sekaligus mengantisipasi kelangkaan dan kenaikan harga,” ujar Fauzie Mustaqiem, Kepala Dinkopukmdag Surabaya
Sebelumnya, operasi pasar diadakan di 10 kecamatan, antara lain Genteng, Jambangan, Gayungan, dan Pasar Wonokromo (Wonokromo).
Menurut Fauzie, operasi pasar akan dilaksanakan sampai Jumat ini. Namun, jika harga minyak goreng masih di atas kebijakan satu harga, operasi pasar berpeluang diteruskan. Meski demikian, keberhasilan operasi pasar juga ditentukan oleh jaminan pasokan komoditas dari distributor. Untuk itu, Pemerintah Kota Surabaya akan terus berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Jatim, Asosiasi Pedagang Ritel Indonesia (Aprindo) Jatim, dan distributor minyak goreng.