PTM Digelar Kembali di Surakarta, Pastikan Pengetatan Protokol Kesehatan
Pembelajaran tatap muka dari jenjang TK hingga SMA di Kota Surakarta, Jawa Tengah, akan diadakan kembali, Senin (14/2/2022). Penerapan protokol kesehatan ketat perlu dijamin demi mencegah kemunculan kasus Covid-19.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Pembelajaran tatap muka dari jenjang TK hingga SMA di Kota Surakarta, Jawa Tengah, akan diadakan kembali, Senin (14/2/2022). Kapasitasnya dibatasi 50 persen dari kapasitas ruang kelas. Penerapan protokol kesehatan ketat perlu dijamin demi mencegah kemunculan kasus-kasus Covid-19 pada lingkungan sekolah.
”Sekolah-sekolah yang tidak ada paparan Covid-19 akan memulai PTM (pembelajaran tatap muka) kembali. Tetapi, kapasitasnya 50 persen saja,” kata Kepala Cabang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Wilayah VII Jawa Tengah Suratno saat dihubungi, Minggu (13/2/2022).
Suratno menyampaikan, pembatasan kapasitas kelas diperlukan agar jaga jarak dapat diterapkan secara optimal. Sebab, risiko penularan Covid-19 masih ada. Untuk itu, protokol kesehatan ketat wajib diterapkan selama pelaksanaan pembelajaran tatap muka.
Suratno mengatakan, semua warga sekolah, misalnya, diwajibkan mengenakan masker saat beraktivitas di sekolah. Pihak sekolah diminta mengawasi secara ketat penerapan protokol kesehatan tersebut. Diharapkan tidak muncul lagi kasus Covid-19 pada satuan pendidikan.
”Pembatasan kapasitas 50 persen berarti sudah mengurangi kepadatan kelas. Yang tidak boleh lengah, protokol kesehatan terus ditingkatkan dan diketatkan bersama satgas (satuan tugas ) Covid-19 yang ada di sekolah. Itu upaya yang kami lakukan,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, pembatasan kapasitas 50 persen mengharuskan pembelajaran jarak jauh tetap diadakan. Para murid akan saling bergantian mengikuti PTM. Namun, murid ataupun orangtua yang belum menghendaki pelaksanaan PTM tetap difasilitasi mengikuti pembelajaran jarak jauh.
”Orangtua bisa memilih, anaknya ingin pembelajaran jarak jauh atau PTM. Semuanya tetap difasilitasi. Namun, untuk kegiatan-kegiatan praktik bagi SMK, tetap harus tatap muka. Hanya, ada pembatasan-pembatasannya untuk penerapan protokol kesehatan ketat,” kata Suratno.
Ia menambahkan, metode pembelajaran gabungan, yakni PTM dan pembelajaran jarak jauh, bakal berlangsung lancar. Sebab, pelaksanaan metode pembelajaran yang sama sempat diadakan sewaktu awal pandemi. Bahkan, metode pembelajaran gabungan tersebut mengawali dimulainya PTM di tengah-tengah wabah.
Orangtua murid enggak perlu risau. Ini bukan PTM saja, tetapi hybrid. Kalau masih takut PTM, silakan pembelajaran jarak jauh.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan Kota Surakarta Etty Retnowati mengungkapkan, sudah banyak orangtua murid yang meminta agar PTM segera diadakan kembali. Menurut laporan yang diterimanya, banyak orangtua murid kesulitan memahami materi pelajaran lewat pembelajaran jarak jauh. Di sisi lain, orangtua cukup sulit membagi waktu bagi anak-anak mereka.
”PJJ (pembelajaran jarak jauh) dianggap tak efektif. Anak-anak kesulitan mencerna, sedangkan orangtua kesulitan menunggu anaknya belajar. Terlebih lagi, kalau anaknya lebih dari satu. Keluhannya seperti itu,” ujar Etty.
Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka meminta orangtua murid tak risau dengan diadakannya PTM. Pasalnya, terdapat opsi pembelajaran jarak jauh bagi orangtua murid yang belum berani melepas anaknya mengikuti PTM di sekolah. Orangtua diberi keleluasaan menentukan metode pembelajaran yang terbaik bagi anak-anaknya.
”Orangtua murid enggak perlu risau. Ini bukan PTM saja, tetapi hybrid. Kalau masih takut PTM, silakan pembelajaran jarak jauh. Anak-anaknya tetap dihitung masuk sekolah meski mengikuti pembelajaran jarak jauh. Ini semua atas izin orangtua juga,” kata Gibran.
Sementara itu, penularan Covid-19 tengah marak di Kota Surakarta. Pada periode 3 Februari 2022 hingga 12 Februari 2022, jumlah kasusnya mencapai 1.483 kasus, sedangkan jumlah pasien yang dirawat mencapai 55 orang. Angka penambahan harian dalam waktu sepekan terakhir juga melebihi 100 kasus per hari. Bahkan, jumlahnya terus meningkat, dari sekitar 100 kasus per hari menjadi sekitar 200 kasus per hari.
Temuan kasus Covid-19 di lingkungan sekolah juga terhitung tinggi. Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta, hingga 8 Februari 2022, kasus Covid-19 yang ditemukan sejumlah 506 kasus. Adapun jenjang pendidikannya terentang dari TK hingga SMA. Kasus paling banyak ditemukan di SMA MTA Surakarta, jumlahnya mencapai 341 kasus.
Dengan adanya kondisi tersebut, Ari Natalia Probandari, pakar kesehatan masyarakat dari Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta, mengatakan, dimulainya kembali pembelajaran tatap muka harus disertai dengan kehati-hatian ekstra. Pasalnya, risiko penularan Covid-19 cukup tinggi di tengah masyarakat. Hendaknya kebijakan itu dikeluarkan sudah melalui evaluasi yang matang.
”Protokol kesehatannya dicek kembali. Apakah juga dilakukan sterilisasi rutin di sekolah? Sekolah tidak boleh bosan mengingatkan prosedur protokol kesehatan kepada orangtua dan anak didik,” kata Ari.
Selain itu, Ari menyampaikan, opsi pembelajaran jarak jauh juga tetap perlu diberikan kepada para siswa. Jangan sampai siswa yang sedang dalam kondisi tidak fit terpaksa ke sekolah karena PTM bersifat wajib. Orangtua dan sekolah diminta benar-benar mengerti kondisi kesehatan anak-anak mereka.
”Jangan sampai anak-anak yang sebetulnya bergejala (Covid-19) tetap masuk sekolah karena tidak ada opsi pembelajaran daring. Padahal, sebenarnya ada transmisi (penularan Covid-19) di keluarga anak itu. Ini justru akan menyebabkan penularan kian meluas,” katanya.