Demam Berdarah Dengue Meningkat di 11 Kabupaten/Kota di NTT
Jumlah warga meninggal dunia akibat DBD delapan orang, dan terkonfirmasi positif sebanyak 930 orang.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Sebanyak 11 dari 22 kabupaten/kota di Nusa Tenggara Timur mengalami peningkatakan kasus demam berdarah dengue (DBD) pada periode Januari 2022-awal Februari 2022 dibanding periode yang sama tahun 2021. Kelalaian warga membersihkan lingkungan selama musim hujan sebagai penyebab utama. Musim hujan masih berlangsung sampai April 2022. Jumlah warga meninggal dunia akibat DBD delapan orang, dan terkonfirmasi positif sebanyak 930 orang.
Kepala Dinas Kesehatan, Kependudukan, dan Catatan Sipil Nusa Tenggara Timur dr Messerasi Ataupah di Kupang, Rabu (9/2/2022), mengatakan, periode jumlah kasus DBD periode Januari-Desember 2021 sebanyak 2.543 dan meninggal dunia sebanyak 14 orang. Periode yang sama tahun 2020 sebanyak 10.521 kasus, dan jumlah kematian 53 kasus.
”Tahun ini terjadi lonjakan kasus di 11 kabupaten/kota. Manggarai Barat pada periode yang sama tahun 2021 terdapat jumlah kasus 9, sekarang menjadi 198, Kota Kupang dari 134 jadi 181, Sikka dari 47 jadi 136 kasus, Sumba Barat Daya dari 10 jadi 88 kasus, Lembata dari 0 jadi 60 kasus, Timor Tengah Selatan dari 4 jadi 33 kasus, Sabu Raijua dari 11 jadi 31 kasus, Belu dari 15 jadi 24, Sumba Tengah dari 3 jadi 10, Malaka dari 10 jadi 17 kasus, dan Nagekeo dari 6 kasus menjadi 17 kasus. Kabupaten Flores Timur, Rote Ndao, dan Alor tahun ini masih bebas dari kasus DBD,” kata Messerasi.
Sampai dengan 8 Februari 2022, jumlah kasus DBD di NTT 930 dengan delapan kasus kematian. Delapan kasus kematian itu tersebar di Kabupaten Ngada sebanyak tiga orang. Kabupaten Nagekeo, Sikka, Sumba Tengah, Kabupaten Sumba Barat Daya, dan Kota Kupang masing-masing satu kasus. Para pasien DBD meninggal dunia karena terlambat dibawa ke rumah sakit ataupun fasilitas kesehatan terdekat.
Jika pandemi Covid-19 dicegah dengan menjalankan secara ketat protokol kesehatan, DBD cukup dengan menjaga lingkungan yang bersih agar terhindar dari nyamuk Aedes aegypti, sumber virus DBD.
Keterlibatan masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian DBD masih rendah meski pemda terus melakukan sosialisasi setiap musim hujan tiba. Koordinasi dan kerja sama dengan lintas sektor belum berjalan, pemberantasan sarang nyamuk belum dilaksanakan secara rutin, dan masih cukup banyak orangtua yang enggan membawa penderita DBD ke rumah sakit ataupun puskesmas terdekat.
Ia mengatakan, pemprov dan pemkot/pemkab memiliki empat pilar utama pencegahan dan pengendalian DBD, yakni memperkuat surveilans kasus dan surveilans vektor, didukung dengan laboratorium yang memadai. Memperkuat penatalaksanaan penderita DBD di fasilitas kesehatan dan membangun kerja sama dengan berbagai pihak dalam pencegahan dan penanggulangan KLB DBD. Semua upaya ini untuk mencegah berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti, pembawa bibit penyakit DBD.
”Pemprov telah menyurati dinas kesehatan di Kabupaten Sikka dan Kabupaten Nagekeo terkait kematian penderita DBD, pendistribusian logistik abate, dan malathion ke 22 kabupaten/kota. Masyarakat diajak menjaga lingkungan agar tetap bersih. Wadah-wadah yang biasa menyimpan air hujan di pekarangan rumah dikubur, selokan air yang tergenang dialirkan, ember dan bak air di dalam rumah ditutup atau diberi abate, dan menebas rumput di sekitar pekarangan rumah,” pesan Messerasi.
Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Kupang Tiur Saragih mengatakan, konsentrasi sebaran DBD di Kota Kupang berada di permukiman padat penduduk, seperti Kelurahan Oebufu, Kelapa Lima, Oebobo, Fatuli, Oesapa, Tuak Daun Merah, dan Kelurahan Kayu Putih. Petugas kesehatan lapangan bekerja sama dengan setiap kelurahan melakukan fogging atau pengasapan untuk mematikan nyamuk dewasa di rumah-rumah penduduk.
Warga pun diajak agar segera ke puskesmas ataupun rumah sakit terdekat kalau mengalami gejala DBD, seperti demam tinggi 3-14 hari, mual dan sakit kepala, nyeri otot dan pegal linu di seluruh tubuh, ruam kemerahan pada kulit, dan pembengkakan pada kelenjar getah bening. Salah satu korban meninggal dunia di Kupang akibat komplikasi dengan TBC dan gizi buruk.
Jumlah kasus DBD di Kota Kupang bakal terus bertambah karena musim hujan masih berlangsung sampai dengan April 2022 yang berpotensi memunculkan genangan tempat nyamuk berkembang biak. Masyarakat diimbau tetap waspada.
”Jika pandemi Covid-19 dicegah dengan menjalankan secara ketat protokol kesehatan, DBD cukup dengan menjaga lingkungan yang bersih agar terhindar dari nyamuk Aedes aegypti, sumber virus DBD,” katanya.
Pengamatan di lapangan, sistem drainase di jalan-jalan di Kota Kupang belum terbangun secara baik. Terjadi genangan air di sejumlah titik selokan dan got air, pembuangan sampah sembarangan di sejumlah titik, dan wadah-wadah dari sampah rumah tangga seperti kaleng bekas dan botol bekas air mineral dengan mudah ditemukan di premukiman warga.