Demam berdarah dengue di Nusa Tenggara Timur telah merenggut 30 korban jiwa dalam kurun waktu 20 tahun.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Demam berdarah dengue di Nusa Tenggara Timur telah merenggut 30 korban jiwa dalam kurun waktu 20 tahun. DBD juga membuat 2.742 orang harus dirawat.
Kepala Dinas Kesehatan Nusa Tenggara Timur (NTT) Dominikus Minggu Mere di Kupang, Jumat (6/3/2020), mengatakan, demam berdarah dengue (DBD) di NTT perlu penanganan secepat mungkin sampai tuntas.
”Khusus kasus DBD, dalam jangka waktu 20 tahun sampai 4 Maret 2020, pasien meninggal sudah mencapai 30 orang. Jumlah terbanyak dari Sikka 11 orang, Kota Kupang empat orang, Alor dan Kabupaten Kupang masing-masing tiga orang, Timor Tengah Utara dan Lembata masing-masing dua orang, dan kabupaten lain masing-masing satu korban meninggal,” papar Mere.
Sumba Tengah menjadi satu-satunya kabupaten yang bebas dari DBD sampai 4 Maret 2020. Adapun di Sumba Barat, yang berbatasan langsung, sudah ditemukan 70 kasus DBD.
Hingga kini pasien yang dirawat masih sekitar 500 orang di puluhan rumah sakit di 21 kabupaten/kota. Sebagian besar anak-anak di bawah usia 18 tahun.
Penanganan kasus DBD melibatkan staf dari Kementerian Kesehatan, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. Saat ini sudah dua tim dari Kementerian Kesehatan membantu menangani DBD di Sikka bersama staf dari Pemprov NTT dan Pemkab Sikka. Pemprov mengalokasikan 2.300 galon abate, 803 paket malathin, 1.270 paket rapid diagnostic test, star D plus dengue NSI Antigen-Lcs sebanyak 175 paket untuk deteksi infeksi akut virus dengue. Logistik ini dialokasikan ke 21 kabupaten/kota yang telah terserang DBD.
Kepala Biro Humas Setda NTT Marius Ardu Jelamu mengatakan, gubernur pada 30 Januari 2020 telah mengirim instruksi ke seluruh kabupaten/kota agar mengerahkan segala kekuatan di daerah membasmi nyamuk Aedes aegypti yang menyebarkan virus dengue. Bupati dan wali kota pun telah bergerak bersama melibatkan pegawai negeri sipil, aparat TNI/Polri, satpol PP, RT/RW, kelurahan, dan para siswa, mulai dari tingkat SD hingga SMA serta perguruan tinggi, membasmi sarang nyamuk ini.
”Semua komponen masyarakat bergerak bersama. Sepanjang bulan Maret ini hujan masih terjadi sehingga peluang nyamuk penyebab DBD berkembang biak masih tinggi. Bahkan, di Kabupaten Sumba Timur tahun 2019, sampai April pun masih ditemukan puluhan kasus DBD. Tahun 2019 Sumba Timur sebagai kabupaten dengan kasus DBD terbanyak, yakni 20-an orang meninggal dan ratusan orang dirawat,” tutur Jelamu.
Ia mengatakan, sesuai laporan dari Dinas Kesehatan, jumlah kasus DBD cenderung menurun, kecuali di Sikka. Karena itu, Sikka butuh pemantauan khusus dari pusat dan pemprov. Tim dari pusat dan pemprov masih terus bertahan di Sikka bersama pemkab menanggulangi kasus ini.
Menurut anggota Komisi V DPRD NTT yang membidangi masalah kesehatan, Ana Kolin, kasus DBD ini sangat serius, tetapi ketika pemerintah mengumumkan dua kasus virus korona, pemprov pun turut beralih ke korona. Belum ada kasus korona, tetapi pemprov sudah mengalokasikan anggaran Rp 4 miliar untuk mengadakan sarana dan prasarana penanggulangan korona.
Ia mengingatkan pemda dan masyarakat agar tidak hanya fokus pada korona, tetapi semua jenis penyakit yang mengganggu kesehatan. Saat ini kondisi kesehatan warga harus dijaga dan dirawat.