Kasus Harian Covid-19 di Surakarta Melonjak, PTM Dihentikan
Penambahan harian kasus positif Covid-19, di Kota Surakarta, melonjak drastis. Pemerintah Kota Surakarta mengambil sikap dengan menghentikan pembelajaran tatap muka dan digantikan pembelajaran jarak jauh.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Penambahan kasus harian Covid-19 di Kota Surakarta, Jawa Tengah, melonjak drastis. Pemerintah setempat mengambil sikap dengan menghentikan pembelajaran tatap muka. Para murid kembali menjalani pembelajaran jarak jauh.
Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta, Minggu (6/2/2022), terjadi penambahan kasus harian Covid-19 sebanyak 121 kasus. Dengan penambahan tersebut, saat ini tercatat 438 kasus aktif. Adapun jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit mencapai 23 orang.
Penambahan dengan angka lebih dari 100 kasus sudah terjadi selama dua hari terakhir. Pada Sabtu (5/2/2022) lalu, tercatat penambahan 113 kasus dalam sehari. Kondisinya jauh berbeda dengan bulan lalu saat penambahan kasus harian bahkan jarang terjadi. Apabila terjadi penambahan kasus pun hanya satu digit. Bahkan, beberapa kali terjadi nol kasus per hari.
”Sekarang kasus aktifnya berjumlah lebih dari 400 kasus. Kami ambil kebijakan untuk menghentikan pembelajaran tatap muka dulu. Pembelajaran akan digantikan dengan pembelajaran jarak jauh mulai Senin (7/2/2022) besok,” kata Sekretaris Daerah Kota Surakarta Ahyani Sidik, saat dihubungi, Minggu (6/2/2022) petang.
Ahyani menjelaskan, jenjang pendidikan yang diberhentikan pembelajaran tatap mukanya tersebut terentang dari TK hingga SMA. Pihaknya berharap sekolah mempunyai kepedulian untuk menghentikan sementara aktivitas pembelajaran tatap muka. Itu didasari penularan Covid-19 yang semakin meningkat beberapa hari belakangan.
Hingga pekan lalu, sebagian sekolah di Kota Surakarta masih menerapkan pembelajaran tatap muka 100 persen dengan pembatasan ketat. Bentuk pembatasannya berupa pembagian sif agar jaga jarak bisa dilakukan. Hanya sekolah dengan temuan kasus Covid-19 di dalamnya yang tak bisa menggelar pembelajaran tatap muka (Kompas, 4/2/2022).
Dihubungi terpsiah, Kepala Cabang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Wilayah VII Jawa Tengah Suratno mengatakan, pembelajaran tatap muka dihentikan untuk mencegah terjadinya penularan Covid-19 yang semakin meluas di lingkungan sekolah. Sebelumnya, ia telah mengajukan permohonan pemberhentian mekanisme pembelajaran tersebut ke Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kota Surakarta. Permohonan itu langsung disetujui menyikapi penularan yang semakin mengkhawatirkan di lapangan.
”Seluruh sekolah akan PJJ (pembelajaran jarak jauh) penuh. Kami mengikuti arahan dari Satgas Penanganan Covid-19 Kota Surakarta. Kami terus berkoordinasi mengenai kebijakan ini,” kata Suratno.
Keselamatan anak menjadi yang utama dalam menggelar kembali pembelajaran tatap muka. (Suratno)
Suratno menyatakan, pelaksanaan pembelajaran jarak jauh berlangsung hingga waktu yang belum ditentukan. Kebijakan lanjutan baru akan diambil menyesuaikan kondisi penularan Covid-19 di daerah tersebut. Keselamatan anak menjadi yang utama dalam menggelar kembali pembelajaran tatap muka.
Kekhawatiran penularan Covid-19 di lingkungan sekolah dapat dipahami. Pasalnya, belakangan ini banyak kasus positif Covid-19 yang ditemukan di sejumlah satuan pendidikan. Hingga Kamis (3/2/2022), tercatat ada 21 sekolah yang dihentikan pembelajaran tatap mukanya akibat ditemukan kasus Covid-19. Adapun jumlah kasusnya mencapai 67 kasus.
Ari Natalia Probandari, pakar kesehatan masyarakat dari Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta, menyampaikan, peningkatan kasus Covid-19 perlu disikapi dengan membatasi mobilitas. Sebisa mungkin masyarakat hendaknya mengurangi bepergian apabila tidak benar-benar penting. Sebab, beberapa waktu terakhir, seolah-olah masyarakat terlena dengan kembali banyak beraktivitas di ruang publik. Lebih-lebih pada kegiatan yang menimbulkan banyak kerumunan.
”Pemerintah perlu melakukan pembatasan kembali. Masyarakat harus tahu saatnya tidak pergi. Terlebih jika kondisinya sedang tidak fit. Hindari berkontak dengan orang lain, terutama di fasilitas publik,” kata Ari.