KSAD: Jadi Pemimpin Jangan seperti Kanebo dan ”Vacuum Cleaner”
KSAD Jenderal TNI Dudung Abdurachman mengatakan, pemimpin jangan kasar dan galak, dengan tekanan-tekanan. Ciptakan lingkungan yang kondusif dan memunculkan energi positif.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Ancaman dan tantangan bangsa Indonesia ke depan akan semakin luas karena tidak sekadar ancaman militer, tetapi juga non-militer dan hibrid. Untuk menghadapinya, butuh pemimpin dengan gaya kepemimpinan strategis dan ”hijau”, yang harus bisa mengelola sumber daya manusia dengan baik.
Hal itu disampaikan Kepala Staf TNI AD (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman, Rabu (2/2/2022), dalam Kuliah Tamu Peran Strategic Leadership Style dan Green Human Resource Management Guna Membangun Kinerja Organisasi dalam rangka Mendukung Pertahanan Negara di Universitas Brawijaya, Kota Malang, Jawa Timur.
”Ancaman militer nyaris saat ini tidak kelihatan. Tapi yang justru kita waspadai adalah ancaman-ancaman non-militer yang berdimensi politik, ekonomi, sosial, budaya, dan apa pun yang di luar pertahanan keamanan yang telah kita prediksi. Juga ada ancaman hibrida. Bisa ideologis, psikologis, yang tak kelihatan oleh kita tapi berlangsung,” kata Dudung.
Oleh karena itu, KSAD mengajak setiap bangsa Indonesia bersama-sama mempertahankan negara. ”Mari kita bahu-membahu. Bahwa pertahanan negara bukan hanya milik TNI, melainkan milik kita bersama,” katanya.
Dan keberhasilan melawan ancaman-ancaman itu, menurut Dudung, tak lepas dari faktor kepemimpinan dan SDM. Dan pemimpin baik, menurut Dudung, adalah mereka yang bisa menerapkan green human resource management atau manajemen SDM di mana seorang pemimpin bisa menciptakan lingkungan kondusif, aman, dan nyaman, serta lingkungan yang mampu menciptakan energi bagi rekan dan anggota demi tercapainya tujuan organisasi.
”Tidak boleh memimpin dengan kasar dan galak, dengan tekanan-tekanan. Ciptakan lingkungan yang kondusif dan memunculkan energi positif sehingga kalau kita baik dan lembut, hal-hal baik akan muncul,” katanya.
Sekarang ini, tambah Dudung, banyak pemimpin yang tak hanya galak, tapi pelit, rakus, seperti vacuum cleaner, bahkan kanebo atau semua disapu bersih . Jika ada yang seperti itu, Dudung akan memberantasnya. Pemimpin itu, menurutnya, harus bisa menerapkan 6D, yaitu dihormati, diidolakan, dikagumi, dicintai, dan diidamkan kehadirannya. Dengan anak buah diharapkan jangan mengambil jarak.
Menurut Dudung, menjadi seorang pemimpin harus berani dan siap mengambil risiko. “Makanya saya ajak anak muda untuk berani memunculkan ide dan gagasan cemerlang. Kalau ada ide itu, lakukan. Pasti risiko itu ada. Tapi sebagai pemimpin, kita harus berani mengambil risiko. Kalau hasilnya baik, maka itu bagus. Kalau hasilnya tidak baik, setidaknya kita sudah berani berbuat,” katanya.
Tidak boleh memimpin dengan kasar dan galak, dengan tekanan-tekanan
Akhir dari kuliah umum tersebut, Dudung mengajak semua orang berbuat baik. Karena hal itu, menurutnya, adalah kunci kesuksesan. “Kalau ingin sukses, kita harus banyak berbuat baik. Hal yang terjadi pada kita itu identik dengan yang kita perbuat ke orang lain,” katanya.
Menanggapi hal tersebut, Rektor Universitas Brawijaya Nuhfil Hanani menilai paparan KSAD tersebut sangat aplikatif. Ia berharap mahasiswa UB menjadi lulusan yang bisa menerapkan ilmu-ilmu yang disampaikan para pembicara yang selama ini hadir ke UB.
”Dengan kuliah tamu ini, semoga mahasiswa mempunyai tambahan pengetahuan di bidang kepemimpinan. Meskipun jenderal, paparannya yang diberikan sangat akademis, sangat adem, seperti seorang mubalikh," kata Nuhfil.