Kejahatan jalanan terus meninggalkan trauma dan bahkan mencabut nyawa warga Jawa Barat. Bila banyak pihak terus menutup mata, semuanya hanya akan meninggalkan ketakutan dan duka air mata.
Oleh
machradin wahyudi ritonga/abdullah fikri ashri/cornelius helmy
·6 menit baca
M Ghania Trilaksono Putra (26) tidak menyangka bakal berada dalam bahaya, Selasa (11/1/2022) dini hari. Di tengah dingin Kota Bandung, dia merasa hidupnya di ujung tanduk. Moncong benda mirip senjata api milik seorang tidak dikenal mengarah ke tubuhnya. Kejahatan jalanan terus meninggalkan trauma dan bahkan mencabut nyawa warga Jawa Barat.
Jalan Dago di jantung Kota Bandung sekitar pukul 01.00 itu sepi. Hujan baru turun mengguyur membuyarkan keramaian di kawasan ikonik itu. Meski begitu, Ghania tidak merasa terancam saat melintas di sana. Dago adalah rute utama untuk pulang ke rumahnya di daerah Cihampelas.
Kala itu, misalnya, sepeda motor hanya dipacu sekitar 40 kilometer per jam. Di belakang jok motor, seorang saudara sepupu ikut bersama dia. Hingga akhirnya rasa amannya terganggu ketika tiba di sekitar Masjid Darul Hikam.
Saat itu, Ghania melihat seseorang berjaket hitam hendak menyeberang jalan. Dia mengaku tidak melihat jelas wajah orang itu. Penerangan dari lampu sepeda motornya terbatas. Sorot cahaya dari lampu bangunan di kanan-kiri jalan bahkan tidak memantul di permukaan jalan yang gelap.
Akan tetapi, dugaannya kali ini keliru. Orang itu tiba-tiba berhenti dan berdiri di tengah jalan. Tangan kirinya memegang semacam tongkat. Sementara tangan kanannya memegang benda mirip pistol.
”Saya kaget, mau putar balik susah. Akhirnya saya berhenti. Putus asa. Pasrah,” ujarnya. Ghania menghentikan laju sepeda motor, tetapi tidak mematikan mesinnya.
Sedetik serasa menahun. Dari dekat, ia melihat pelaku lebih jelas. Tubuh orang itu tidak terlalu besar. Namun, wajahnya tertutup kupluk dan masker hitam. ”Wusssh,” tiba-tiba orang itu mengayunkan tongkat mengincar wajah Ghania. Meleset, refleks cepat Ghania jadi penyelamat.
Keberuntungan lantas datang dua kali. Perhatian pelaku lalu teralihkan motor lain yang melintas dari arah berlawanan. Saat itu juga Ghania tancap gas. ”Saya sempat menyenggolnya. Tidak ada suara tembakan setelah itu,” paparnya.
Dia sempat melaporkan hal ini pada polisi yang kebetulan berpatroli tidak jauh dari tempat kejadian. Dia semakin terkejut karena ada warga lain melaporkan hal serupa. Orang dengan tongkat dan benda mirip senjata api itu tampaknya menjadi teror di Jalan Dago dini hari itu.
Ghania lantas membagikan kisah ini di media sosial dan menjadi viral. Di Twitter, cuitan Ghania direspons 7.710 retweet dan 24 ribu likes hingga Rabu (12/1/2022) pukul 18.15.
”Saya sebenarnya tidak bermaksud viral. Namun, ini untuk mengingatkan sesama warga Bandung untuk waspada. Enggak kebayang malam itu sangat menyeramkan,” ujarnya.
Kejadian ini membuat Ghania trauma. Apalagi, sebagai musisi, dia kerap pulang lewat tengah malam. Ke depan, dia bakal menggunakan taksi daring bila hendak beraktivitas setelah matahari tenggelam.
”Hampir setengah aktivitas saya dilakukan malam hari. Biasanya, tidak ada apa-apa. Ke depan, saya bakal pilih taksi online, tidak mau pakai motor dulu,” ujarnya resah.
Menanggapi hal itu, Kepala Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Bandung Ajun Komisaris Besar Rudy Trihandoyo menyatakan, belum menerima laporan resmi terkait kejadian yang dialami Ghania. Namun, sebagai antisipasi, pihaknya bakal memperketat pengamanan di Kota Bandung, khususnya malam hari.
”Saat ini belum ada laporan resmi, tapi nanti akan ditindaklanjuti. Kami akan meningkatkan pengamanan,” ujarnya.
Kejadian yang dialami Ghania sudah sepantasnya mendapat perhatian ekstra. Terbilang modus baru, pola pelakunya sulit diprediksi. Ironisnya, hal itu terjadi saat ragam modus baru kejahatan jalanan lainnya terus muncul di Kota Bandung.
Saat pola lama, seperti melibatkan gerombolan bermotor hingga jambret di atas sepeda motor, masih terjadi, awal Juni 2021, sempat ramai tersiar kabar pelaku kejahatan berlagak mirip polisi dan TNI. Mereka menyasar remaja untuk diambil sepeda motornya.
Awal September 2021, residivis begal juga beraksi lewat praktik jual beli daring. Pelaku pura-pura memesan barang dan minta bertemu langsung dengan penjualnya. Barang jutaan rupiah sempat diambil sebelum akhirnya pelaku ditangkap polisi.
Tidak hanya di Kota Bandung, kejahatan jalanan juga terjadi di daerah lain di Jabar. Awal Desember 2021, misalnya, menimpa Maryam, warga Watubelah, Kabupaten Cirebon. Tidak seberuntung Ghania, ibu 10 anak dan nenek lima cucu itu berpulang setelah mempertahankan tasnya dari penjambret yang hingga kini masih berkeliaran.
Sasar lansia
Tikar lusuh masih menutupi teras rumah Maryam di Kelurahan Watubelah, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, Rabu. Kue tradisional dan air minum juga masih tertata. Semalam sebelumnya, keluarga menggelar tahlilan 40 hari kepergian warga lansia itu.
Mata Koimah (30), anak sulung Maryam, berkaca-kaca. ”Wis meneng bae (ya sudah diam saja). Harapan keluarga, sehat semua aja. Diikhlaskan saja (kepergian Maryam). Terus saya mau bagaimana lagi? Mungkin sudah takdirnya. Kami berusaha ikhlas,” katanya terbata-bata.
Kepala RW 008 Watubelah Abdul, yang sempat membantu korban, menuturkan, petaka yang menimpa Maryam terjadi Jumat (3/12/2021) pukul 04.00. Seperti biasa, Maryam bersama Mustari mengendarai sepeda motor ke Pasar Kalitanjung, sekitar 8 kilometer dari rumahnya.
Maryam sehari-hari berdagang sayur dan bubur di samping rumahnya. Tempatnya sederhana, hanya berbilik bambu. Dari usaha itu, Maryam yang sudah ditinggal mati suaminya memenuhi kebutuhan hariannya dan anak-anak.
Akan tetapi, ketika sampai di jembatan layang Desa Kepongpongan, Kecamatan Talun, Maryam diikuti dua orang naik sepeda motor. ”Tasnya (Maryam) ditarik penjambret padahal motornya kencang. Bu Maryam jatuh dan kepalanya membentur aspal,” kata Abdul.
”Sampai di rumah sakit, korban sudah dinyatakan meninggal. Kemungkinan meninggal di tempat kejadian,” ujar Abdul. Kejadian ini segera dilaporkan ke polisi. Namun, hingga kini, pelakunya belum tertangkap.
Kepala Satreskrim Polresta Cirebon Komisaris Anton mengatakan, masih menyelidiki kasus ini. Pihaknya berkomitmen untuk menangani dan mencegah kasus serupa.
Dari data Polresta Cirebon, Maryam bisa jadi satu dari sekian korban kejahatan. Sepanjang 2021 disebutkan terjadi 33 kasus pencurian dengan kekerasan, tidak jauh dari tahun sebelumnya mencapai 36 kasus. Adapun pencurian dengan pemberatan mencapai 101 kasus atau naik dari tahun sebelumnya, 92 kasus.
Kriminolog Universitas Padjadjaran Yesmil Anwar menjelaskan, kriminalitas di jalan raya menjadi konsekuensi dari geliat aktivitas kota. Semakin banyak mobilitas, potensi kejahatan akan bertambah, seperti Kota Bandung yang berdenyut hampir 24 jam.
”Kejahatan itu dinamis dan anggapan itu harus dipegang secara umum. Seluruh pihak harus bersinergi. Masyarakat harus berani melapor jika ada kejahatan, dan petugas kepolisian harus melayani dengan maksimal,” kata Yesmil.
Selain itu, Yesmil, berharap pendekatan aspek ekonomi, dimensi sosial dan kultural diperhatikan untuk mengamati tindak kriminalitas. ”Biasanya yang sering dituduh itu masalah ekonomi, tetapi ada juga frustrasi sosial, seperti kejahatan-kejahatan mikro di rumah. Bisa juga karena kebiasaan dan pengaruh lingkungan,” ujarnya.
Meninggalkan trauma hingga mencabut nyawa, kejahatan jalanan tidak bisa dianggap sepele. Mitigasi dan penyelesaian kasus harus dilakukan. Bila banyak pihak terus menutup mata, semuanya hanya akan meninggalkan ketakutan dan duka air mata.