Harga Telur Ayam di Kota Kupang Tembus Rp 2.500 Per Butir
Harga telur di Kota Kupang sampai Rp 2.500 per butir atau Rp 75.000 per rak sebagai imbas dari kenaikan harga telur di Pulau Jawa. Hampir 70 persen kebutuhan telur dan produk pertanian lain di Kupang dipasok dari luar.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·5 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Harga telur di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, mencapai Rp 2.500 per butir atau Rp 75.000 per rak sebagai imbas dari kenaikan harga telur di Pulau Jawa. Hampir 70 persen kebutuhan telur dan produk pertanian lain di Kupang dipasok dari luar. Selain telur, sejumlah bumbu dapur juga mengalami kenaikan. Adapun harga beras relatif stabil.
Solatiyani Wati (31), pedagang telur di Pasar Oebobo, Kota Kupang, Minggu (2/1/2022), mengatakan, telur dengan ukuran kecil sekitar 50 gram dijual Rp 2.200 per butir atau Rp 66.000 per rak, ukuran sedang sekitar 55 gram Rp 2.300 per butir atau Rp 69.000 per rak, dan 57 gram per butir dijual Rp 2.500 atau Rp 75.000 per rak. Sebelumnya harga telur tertinggi Rp 1.830 per butir atau sekitar 55.000 per rak.
”Kenaikan harga itu berlaku sejak satu pekan terakhir dari sumber produksi, yakni dari Pulau Jawa. Begitu ada informasi di media bahwa harga telur di Jawa naik atau stok telur langka, pedagang di Kota Kupang pun mulai menyesuaikan harga dengan daerah di Jawa meski telur yang ada merupakan stok lama. Jika kami tetap berlakukan harga lama, bakal sulit mendatangkan lagi telur dari Jawa,” kata Wati.
Begitu informasi harga telur di Jawa naik, telur di pasar dan toko-toko di Kupang mendadak hilang. Hanya ada beberapa toko yang tetap menjual telur, termasuk di Pasar Oebobo, Kupang. Wati bersama suami menerima pasokan telur langsung dari Surabaya, Jawa Timur, setiap dua pekan sekitar 100.000 butir telur, bersamaan dengan barang dagangan lain, seperti beras, gula pasir, tepung terigu, dan kebutuhan lain.
Sebanyak 100.000 butir telur yang dipasok Wati ini kemudian didistribusikan ke 100 pedagang yang tersebar di pasar tradisional, kios, dan toko. Masing-masing mendapatkan 100-1.000 butir. Sisa 2.000 butir Wati jual sendiri di tiga toko dan satu kiosnya. ”Kerusakan telur sepanjang perjalanan dari Jawa ke Kupang berkisar 30-100 butir,” kata wanita kelahiran Magetan ini.
Hampir 70 persen pasokan telur di Kupang didatangkan dari luar NTT. Produksi telur di Kupang hanya sekitar 30 persen. Misalnya, kebutuhan telur di Kota Kupang 500.000 butir per hari sesuai jumlah penduduk. Dari jumlah ini, sekitar 350.000 butir dipasok dari luar NTT dan 150.000 butir dipasok dari Kota Kupang dan sekitarnya.
”Membedakan telur lokal dengan telur dari luar itu gampang. Telur produksi lokal beratnya paling rendah hanya sampai 50 gram per butir dan agak lonjong,” kata Wati.
Ada sekitar 30 pemasok telur di Kota Kupang. Telur didatangkan dari Pulau Jawa dan dari Sulawesi. Setiap pedagang memasok 100.000-500.000 butir telur per dua pekan. Sebagian dari telur itu langsung didistribusikan ke Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Malaka, dan Kabupaten Belu, bahkan diekspor ke Timor Leste.
Selain telur, kenaikan serupa juga terjadi pada bumbu dapur, terutama bawang putih, yakni naik dari Rp 35.000 menjadi Rp 40.000 per kg dan bawang merah dari Rp 30.000 menjadi Rp 35.000 per kg. Jahe naik dari Rp 50.000 jadi Rp 75.000 per kg, cabai merah naik dari Rp 15.000 jadi Rp 20.000 per kg, dan tomat Rp 10.000 jadi Rp 15.000 per kg. Tiga jenis bumbu dapur itu hampir 70 persen didatangkan dari luar NTT dan 30 persen dipasok dari Flores, Sumba, dan Timor.
Yustina Olla (34), pedagang bumbu dapur dan sayur di Pasar Oebobo, mengatakan, barang dagangan itu dibeli dari pasar induk di Oeba dan Naikoten yang relatif lebih murah. ”Bawang merah saya beli dengan harga Rp 30.000 per kg di Oeba atau Naikoten, saya jual di sini Rp 35.000 per kg, setelah dihitung dengan ongkos angkut. Demikian pula produk pertanian lain, rata-rata naik Rp 5.000 dibanding harga yang berlaku di Pasar Oeba atau Naikoten,” katanya.
Supaya bahan pokok, sayur, buah, dan bumbu dapur di semua pasar di Kupang berlaku satu harga, pemerintah perlu mengatur para petani dan peternak agar mendistribusikan hasil produksi mereka secara merata di semua pasar itu. ”Jangan hanya menumpuk di satu atau dua pasar,” katanya.
Adapun harga beras relatif stabil di semua pasar dan kios, sejak awal Januari 2020 sampai awal Januari 2022, yakni Rp 10.000 - Rp 13.000 per kg. Menjelang Natal 2021 dan Tahun Baru 2022 pun beras tidak mengalami kenaikan harga.
Ketua Kelompok Tani Oetnana Kelurahan Fatukoa Kupang Daniel Aluman (46) mengatakan, usaha telur atau peternakan ayam dan bumbu dapur di NTT mestinya bisa dilakukan para petani. Bertahun-tahun NTT bergantung hidup dari luar meski pun 60 persen penduduk di daerah ini berprofesi sebagai petani dan nelayan.
Bertahun-tahun NTT bergantung hidup dari luar meski pun 60 persen penduduk di daerah ini berprofesi sebagai petani dan nelayan.
”Daerah ini memang gersang, tetapi memiliki sumber air tanah yang cukup tersedia. Lihat saja, di atas hamparan batu-batu karang di wilayah Fatukoa ini masih ditemukan berbagai jenis pohon dan rerumputan yang rimbun dan segar selama musim kemarau,” kata Aluman.
Peraih penghargaan petani teladan tahun 2017 ini mengatakan, setiap pekan ia memasok ratusan kilogram produk pertanian, yakni cabai rawit, kol, terong, tomat, wortel, sawi, kentang, dan ikan air tawar, ke sejumlah pasar di Kota Kupang. ”Di Kupang sudah ada peternak ayam yang menyuplai telur ke pasar, tetapi jumlah pengusaha dan modal usaha mereka terbatas. Peternak butuh dukungan pemerintah untuk usaha itu,” kata Aluman.