Pariwisata Sabang Menolak Tumbang Diterjang Pandemi
Aktivitas wisata Kota Sabang, Aceh, mati suri di masa pandemi. Pendapatan daerah anjlok dan pelaku usaha beralih profesi. Namun, kini, geliat wisata Sabang perlahan bangkit.
Pada Kamis (23/12/2021) sore, suasana di obyek wisata Tugu Kilometer Nol di Sabang, Pulau Weh, Aceh, ramai. Pengunjung antusias berfoto di hadapan tugu yang menjadi titik nol wilayah Republik Indonesia itu. Pengunjung tetap antusias dan saling menunggu giliran untuk berfoto di tempat itu meskipun tugu tengah dalam proses renovasi.
Sejumlah pengunjung pun melihat-lihat kemudian membeli kaus dengan gambar obyek wisata Sabang yang dijajakan di tepi jalan masuk kawasan itu.
Obyek wisata Tugu Kilometer Nol merupakan salah satu tempat yang wajib dikunjungi di Sabang. Selain tempat yang ikonik bagi geografis Indonesia, di tempat ini setiap pengunjung pun dapat memiliki sertifikat telah menapaki titik nol itu dengan biaya Rp 20.000.
Agung Yusroni (25), warga Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung, akhirnya bisa menjejakkan kaki di titik nol Indonesia itu. Rencana mengunjungi obyek wisata itu telah disusunnya jauh-jauh hari, bahkan sebelum pandemi membatasi kegiatan masyarakat, Maret 2020.
Baca juga: Wisata Sabang Mulai Bergeliat
Awalnya, ia berencana berangkat ke Sabang pada tahun 2020, tetapi akibat ada pembatasan kegiatan sosial, niat itu urung. Di pengujung 2021, saat pandemi sudah terkendali, ia bulatkan tekad untuk memenuhi rencananya itu.
Dengan menggunakan sepeda motor, ia menempuh perjalanan darat lebih dari 2.200 kilometer dengan melintasi jalan lintas Sumatera untuk tiba di Banda Aceh.
Kemudian, ia bersama empat temannya yang juga menaiki sepeda motor melanjutkan perjalanan dengan kapal dari Pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh.
Perjalanan berhari-hari terbayar sudah saat ia dan teman-temannya memperoleh sertifikat telah mengunjungi Tugu Kilometer Nol. ”Setelah ke Sabang, aku harus ke Merauke, Papua, biar sempurna keliling Indonesia,” ujar Agung.
Serupa dengan Agung, Irmansyah (38), warga Kabupaten Aceh Besar, juga bisa memenuhi impiannya berlibur ke Sabang. Setelah nyaris dua tahun tidak bisa ke mana-mana karena pandemi Covid-19, ia akhirnya dapat memboyong istri dan dua anaknya berlibur ke destinasi wisata unggulan Aceh itu.
”Anak-anak sedang libur sekolah. Kasus Covid-19 juga sudah landai, makanya kami berani berlibur,” ujar Irmansyah.
Selama tiga hari, Irmansyah bersama keluarga mengunjungi banyak tempat wisata. Mereka menginap di Pantai Iboh, pantai yang memiliki keindahan bawah laut. Pantai Iboh merupakan salah satu tujuan utama bagi wisatawan Nusantara dan asing ketika mengunjungi Sabang.
Terpuruk
Sebagai salah satu kawasan destinasi favorit di Tanah Air, pandemi Covid-19 membuat Sabang terpuruk. Nyaris dua tahun penuh, sejak awal 2020 hingga akhir 2021, aktivitas pariwisata Sabang mati suri. Pemerintah daerah dan komunitas masyarakat tidak bisa menggelar kegiatan wisata.
Kepala Dinas Pariwisata Sabang Faisal mengatakan, pada 2020 dan 2021 kunjungan wisatawan turun drastis. Selama dua tahun tidak ada perhelatan acara besar. Kapal pesiar juga batal sandar di Pelabuhan Sabang.
Baca juga: Wisata Sabang Dibuka, Syarat Masuk Diperketat
Pada 2019 atau sebelum pandemi, kunjungan wisatawan mencapai 620.694 orang. Sebanyak 589.244 adalah wisatawan Nusantara dan 31.450 merupakan turis asing.
Kehadiran pandemi Covid-19 berdampak terhadap anjloknya jumlah wisatawan ke Sabang. Pada 2020, hanya 126.290 orang datang ke kawasan paling barat di Indonesia itu. Dari jumlah itu, 5.025 adalah turis asing.
Menurut Faisal, penurunan jumlah pengunjung itu disebabkan aturan pembatasan sosial yang diterapkan di seluruh Indonesia.
Sejak Januari hingga awal Desember jumlah wisatawan yang datang ke Sabang hanya 128.190 orang. Wisatawan nusantara masih mendominasi, sementara turis asing hanya 784 orang.
Perubahan aturan
Di masa pandemi ini, Pemerintah Kota Sabang memberlakukan aturan, wisatawan yang masuk wilayah Sabang wajib menunjukkan surat bebas dari Covid-19. Aturan itu sedikit direvisi pada tahun ini.
Wisatawan yang sudah menerima vaksinasi hanya perlu menunjukkan sertifikat vaksin tanpa harus memiliki hasil tes usap antigen.
”Dalam dua bulan terakhir mulai ramai pengunjung karena tidak ada lagi pembatasan. Lalu, syarat masuk dengan hanya menunjukkan sertifikat vaksin juga memudahkan wisatawan,” kata Faisal.
Saat Kompas tiba di Sabang, 22 Desember 2021, tidak ada penerapan syarat vaksin. Petugas hanya mengingatkan penumpang untuk patuh dengan penerapan protokol kesehatan, terutama selalu menggunakan masker.
Jarak duduk antarpenumpang kapal dari Banda Aceh menuju Sabang juga tidak diberlakukan.
Seiring syarat masuk ke Sabang dilonggarkan, wisatawan pun mulai berdatangan. Penginapan mulai terisi meski tidak penuh. Kondisi ini memberikan napas tambahan bagi pelaku usaha untuk bertahan.
Data Dinas Pariwisata Sabang mencatatkan peningkatan wisatawan domestik di tahun ini. Terdapat 128.190 wisatawan dalam negeri yang menikmati keindahan Sabang sejak Januari hingga awal Desember ini.
Sementara itu, hanya 784 warga negara asing yang datang ke Sabang. Dengan demikian, sudah ada peningkatan jumlah pengunjung dibandingkan tahun lalu.
Baca juga: Penyeberangan untuk Umum ke Sabang Ditutup
Cuang (50), pemilik salah satu penginapan di Iboh, menuturkan, sejak tiga bulan terakhir tingkat okupansi kamar mencapai 50 persen.
Pada liburan Natal dan Tahun Baru pemesanan kamar melonjak. Namun sayangnya, beberapa pemesan terpaksa membatalkan reservasi karena terhalang larangan cuti dan keluar kota di akhir tahun ini.
”Meski begitu, saya optimistis dalam waktu dekat Sabang akan ramai lagi seperti sebelum pandemi,” kata Cuang.
Seorang pelaku usaha kuliner, Alfisyah (34), mengatakan, pelan-pelan ekonomi warga Sabang mulai pulih. Itu dipengaruhi mulai ramainya kedatangan wisatawan dalam negeri.
Harus pandai membaca peluang. Kita tidak boleh kalah dengan keadaan, selalu ada peluang untuk kita manfaatkan - Alfisyah
Saat pandemi, usaha biro jasa wisata miliknya ditutup sementara. Alfisyah memilih beralih ke usaha warung kopi dan menjual makanan.
Kedai miliknya banyak dikunjungi wisatawan untuk sarapan dan makan malam. Setelah geliat kunjungan wisatawan mulai meningkat, ia menghidupkan kembali usaha biro jasa wisata.
Baca juga: Sabang Tutup Pintu untuk Turis Asing
”Harus pandai membaca peluang. Kita tidak boleh kalah dengan keadaan, sebab selalu ada peluang untuk kita manfaatkan,” ujar Alfisyah.
Begitu juga dengan Mariana (44) pedagang pakaian di Tugu Kilometer 0. Saat Covid-19 menggila dia terpaksa tak berjualan sebab tidak ada wisatawan. “Lima bulan kami tutup. Suami terpaksa kerja serabutan, kadang ke laut untuk pancing ikan. Pokoknya tidak boleh menyerah,” kata Mariana.
Kini Mariana sedikit lebih lega. Tugu Kilometer 0 mulai ramai dikunjungi wisatawan. Saat wisatawan melintasi kedainya dengan semangat dia menawari baju-baju kaos bergambar objek wisata Sabang.
Seluruh pihak terus bahu-membahu untuk membantu nasib pariwisata Sabang membaik di tahun ini. Mereka membuktikan bahwa Sabang enggan tumbang diterjang dampak buruk pandemi.