Jalan dari dan menuju perbatasan Indonesia-Malaysia menjadi harapan warga Krayan meningkatkan kemudahan mengakses pendidikan, fasilitas kesehatan, dan mengungkit perekonomian warga.
Oleh
SUCIPTO
·5 menit baca
KOMPAS/SUCIPTO
Kepala SD Negeri 014 Krayan Mordani menuntun sepeda motor di kubangan saat hendak menuju sekolah di Desa Pa’padi, Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, Jumat (26/11/2021). Perjalanan yang seharusnya satu jam menjadi tiga jam saat musim hujan.
Sudah 76 tahun Indonesia merdeka. Selama itu pula—bahkan lebih—warga di wilayah Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, tak terkoneksi akses darat dengan wilayah Indonesia lainnya. Jalan dari dan menuju perbatasan Indonesia-Malaysia menjadi harapan warga untuk meningkatkan kemudahan dalam mengakses pendidikan, fasilitas kesehatan, dan mengungkit perekonomian warga.
Selama itu pula, warga di dataran tinggi Krayan bergantung pasokan kebutuhan pokok dan penting dari Sarawak, Malaysia. Warga kerap berseloroh tentang kondisi itu, ”Garuda di dadaku, macan (simbol Malaysia) di perutku.”
Selain itu, warga Dayak Lundayeh di sana yang sebagian besar bertani menjual beras adan dan garam gunung khas Krayan ke Malaysia. Itu karena wilayah tersebut hanya tersambung jalur darat ke Negeri Jiran tersebut.
Harga gula pasir yang semula sekitar Rp 15.000 per kilogram menjadi Rp 35.000 per kilogram.
Robert Hendru (32), misalnya. Sebagai petani garam gunung di Long Midang, ia menjual semua hasil garam gunungnya ke Malaysia dengan harga Rp 50.000 per kilogram. Dalam setahun, keluarganya mendapat jatah mengelola sumur air asin selama dua minggu, bergantian dengan keluarga lain.
Keluarganya mampu menghasilkan sekitar 200 kilogram garam gunung dalam periode itu. Dari hasil itu, ia menyisihkan sekitar 50 kilogram untuk keluarga. Selebihnya, ia jual ke Malaysia. Namun, selama pandemi Covid-19, penjualan tradisional dengan warga kampung Ba’kelalan di Malaysia itu terhenti.
”Malaysia lockdown, jual-beli tradisional tidak bisa lagi. Kebutuhan garam di Krayan tidak banyak. Jadi, stok garam di rumah masih menumpuk lebih dari 100 kilogram karena sulit menjualnya,” kata Robert ditemui di rumah pengolahan garam gunung Long Midang, Senin (29/11/2021). Lokasi itu berbatasan langsung dengan Kampung Ba’kelalan, Malaysia.
KOMPAS/SUCIPTO
Warga mengangkut semen di Kampung Ba’kelalan, Malaysia, untuk diangkut ke Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, Selasa (30/11/2021). Harga semen yang sebelumnya Rp 125.000 menjadi Rp 300.000.
Para petani padi juga kebingungan menjual hasil panen. Di kampung-kampung, puluhan karung gabah hasil panen tahun sebelumnya masih tersimpan di hampir semua gudang milik warga. Padahal, petani di Kecamatan Krayan Barat sudah mulai panen pada pertengahan Desember 2021 ini.
Menurut Joles (37), warga Long Midang, selama Malaysia memberlakukan lockdown, dirinya tak bisa memiliki penghasilan tambahan. Ia, seorang guru SD honorer, tidak bisa mendapat Rp 4 juta per tahun dari menjual beras adan. Itu karena hasil panen padi di lahan sekitar 1 hektar warisan orangtuanya tak bisa terjual ke Malaysia.
”Dulu, sebelum lockdown, pembeli dari Malaysia itu bawa mobil sampai ke kampung-kampung cari beras. Sebagian besar warga di sini, di lima kecamatan di Krayan, punya sawah. Beras kami ndak bisa terjual,” katanya.
KOMPAS/SUCIPTO
Lanskap persawahan padi adan khas Krayan di Desa Long Midang, Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, Sabtu (27/11/2021). Di luar Krayan, harga beras adan Rp 250.000 per karung.
Praktis, kebutuhan warga yang sebelumnya hampir semuanya dari Malaysia melalui jalur darat kini harus dipasok melalui jalur udara. Namun, pesawat yang bisa ke Krayan hanya pesawat perintis. Sejumlah pengusaha memasok barang kebutuhan pokok dari Kota Tarakan dengan bantuan pesawat TNI.
Beberapa kebutuhan lain dipenuhi dengan menggunakan subsidi ongkos angkut dari Pemprov Kaltara. Namun, hal itu tak banyak membantu. Begitu juga dengan kemitraan koperasi di Krayan dengan koperasi di Sarawak, Malaysia. Kemitraan itu tak bisa memasok barang setiap bulan, tergantung dari kebijakan dan kondisi Covid-19 di Malaysia.
Itu membuat jumlah barang terbatas, tetapi permintaan warga tetap. Harga barang pun melambung. Di Desa Long Bawan, pusat pemerintahan Kecamatan Krayan, harga minyak goreng yang sebelumnya Rp 15.000 menjadi Rp 35.000 per kilogram.
Harga gula pasir yang semula sekitar Rp 15.000 per kilogram menjadi Rp 35.000 per kilogram. Meskipun BBM satu harga sudah menjangkau wilayah mereka, stoknya terbatas. Setiap pemilik sepeda motor hanya boleh mengisi 3 liter. Pemilik mobil maksimal hanya boleh membeli 15 liter.
KOMPAS/SUCIPTO
Suasana pos pengamanan perbatasan Indonesia-Malaysia di kawasan Long Midang, Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, Senin (29/11/2021).
Akibatnya, sejumlah warga yang tidak kebagian BBM satu harga terpaksa membeli eceran. Harga bensin eceran di Kecamatan Krayan mencapai Rp 20.000 per liter. Di Kecamatan Krayan Tengah, karena akses jalan yang buruk, harga bensin eceran mencapai Rp 30.000 per liter.
Jalan belum bisa dilalui
Kesulitan itu dialami oleh warga di Kecamatan Krayan, Kecamatan Krayan Barat, Kecamatan Krayan Timur, Kecamatan Krayan Tengah, dan Kecamatan Krayan Selatan. Mereka hanya bisa mengakses wilayah luar Krayan menggunakan pesawat perintis yang jumlah penerbangannya sangat terbatas.
Pemerintah memang sudah mulai membuka jalan dari Kabupaten Malinau ke wilayah Krayan. Namun, jalan itu belum terbuka sepenuhnya dan belum bisa dilalui kendaraan. Jalan yang dibuka masih berupa tanah yang belum dikeraskan, yang tak mungkin dilalui kendaraan.
Pada awal 2021, aktor Ibnu Jamil dan empat teman penggila petualangan bersepeda motor trail melalui jalur itu. Jalan itu mereka tempuh enam hari perjalanan dengan menginap di tengah hutan. ”Mereka akhirnya pulang menggunakan pesawat,” ujar Veri (34), warga Krayan Tengah.
KOMPAS/SUCIPTO
Kecamatan Krayan terlihat dari kabin pesawat perintis, Rabu (24/11/2021). Wilayah Krayan hanya bisa dikunjungi melalui jalur udara.
Jalan akses ke perbatasan ini merupakan salah satu bagian dari Jalan Trans-Kalimantan, dibangun dengan dana APBN. Jalan perbatasan di Kalimantan Utara terbentang sepanjang 992,35 km. Jalan ini terdiri dari jalan paralel perbatasan sepanjang 614,24 km dan jalan akses perbatasan sepanjang 377,5 km.
Jalan akses perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan Utara, antara lain, adalah Malinau-Long Midang untuk menuju Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Long Midang di Krayan. Selanjutnya, ada ruas jalan Mensalong-Tau Lumbis untuk menuju PLBN Labang, serta Long Nawang-Tapak Mega untuk menuju PLBN Long Nawang.
Terdapat juga jalan akses perbatasan Malinau-Long Bawan, Krayan, sepanjang 203 km yang terdiri dari beberapa ruas, yaitu Malinau-Long Semamu sepanjang 92,73 km, Long Semamu-Long Bawan sepanjang 99,57 km, dan Long Bawan-Long Midang sepanjang 10,7 km.
Sejumlah makanan dan minuman kemasan produksi Malaysia ditumpuk di Kampung Ba’kelalan, Malaysia, sebelum diangkut ke Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, Selasa (30/11/2021).
Gubernur Kaltara Zainal Arifin Paliwang menyebutkan, pihaknya terus berkoordinasi dengan pemerintah pusat agar jalan itu bisa dilalui tepat waktu. Pihaknya juga akan memastikan subsidi angkut orang dan barang ke daerah yang sulit dijangkau agar biaya tak terlampau mahal. Tahun 2020, subsidi untuk ongkos angkut pangan dari APBD Provinsi Kaltara Rp 9 miliar dan tahun 2021 sebesar Rp 8,5 miliar.
”Infrastruktur jalan yang ada di Krayan harus dapat dibenahi, termasuk jalan tembus dari Krayan menuju Malinau yang kami targetkan tahun 2023 sudah terealisasi sehingga jarak tempuhnya tidak perlu lagi 5-6 hari,” ucap Zainal.
Jalan itu penting bagi warga untuk memenuhi kebutuhan dasar, salah satunya ketika sakit parah dan harus dirujuk ke rumah sakit. Selama ini, warga dirujuk ke Kota Tarakan, Pulau Nunukan, Kabupaten Malinau, atau ke Tanjung Selor.
”Itu pun belum tentu bisa berangkat. Pesawat perintis tak bisa mendarat kalau mendung. Keluarga kami harus bersabar menunggu untuk dirujuk ke rumah sakit. Jika jalur darat sudah bisa dilalui kendaraan, kami bisa punya alternatif kendaraan lain,” ujar Oktavianus Ramli, warga Long Bawan.