Jalan yang mengalami longsor berada di antara tebing dan jurang. Longsoran itu menggerus sebagian jalan sehingga dapat membahayakan pengguna jalan yang hendak melintas.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
JAMBI, KOMPAS — Curah hujan yang tinggi sejak Jumat hingga Sabtu mengakibatkan bencana beruntun di wilayah Kerinci dan Sungai Penuh. Jalan menuju lokasi wisata Bukit Kayangan dan wisata Puncak di Bukit Tapan longsor.
Jalan menuju Bukit Kayangan yang juga jalur sentra pertanian di Desa Ulu Air, Kecamatan Kumun Debay, Kota Sungai Penuh, longsor. ”Kejadiannya berlangsung pada Sabtu dini hari (18/12/21),” ujar Inspektur Jenderal Albertus Rachmad Wibowo, Kepala Kepolisian Daerah Jambi. Jalan yang mengalami longsor berada di antara tebing dan jurang. Longsoran itu menggerus sebagian jalan.
Ia pun telah menginstruksikan kepala Polres Kerinci menutup jalan sementara. Koordinasi dengan instansi terkait agar juga dilakukan untuk perbaikan jalur itu.
Sementara itu, Kapolres Kerinci Ajun Komisaris Besar Agung Wahyu Nugroho mengatakan, pihaknya telah langsung meninjau ke lokasi Longsor di Ulu Air. Penyebabnya diperkirakan curah hujan yang tinggi sejak Jumat sehingga aliran air yang deras mengikis tanah dan menyebabkan patahnya aspal jalan dan longsor. Karena itu, ia mengimbau masyarakat tidak melewati jalur tersebut untuk sementara.
Ia melanjutkan, longsor menyusul hujan deras juga terjadi di area Puncak, Bukit Tapan. Jalur itu merupakan jalan yang menghubungkan Sungai Penuh dan Pesisir Selatan di Sumatera Barat.
Menurut dia, longsor menyebabkan jalan terputus sejak Jumat sore. Namun, saat ini, alat berat masih digunakan membersihkan longsoran sebagian badan jalan.
Untuk sementara, arus kendaraan dibatasi dengan sistem buka tutup. Truk bermuatan besar tidak dianjurkan melintasi jalur itu.
Sementara itu, dalam webinar bertajuk ”Bencana, Cuaca Ekstrem, dan Perubahan Iklim” yang diselenggaranan perkumpulan masyarakat jurnalis sains (SISJ) dan masyarakat jurnalis lingkungan (SIEJ), dua ilmuwan iklim mengingatkan akan gentingnya situasi. Ancaman bencana yang disebabkan perubahan iklim diperkirakan terus meningkat.
Dalam 10 tahun ke depan, kecenderungan hujan yang ekstrem meningkat.
Dr Urip Haryoko, Pelaksana Tugas Deputi Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), mengatakan, dalam 10 tahun ke depan, kecenderungan hujan yang ekstrem meningkat. Akan makin sering terjadi curah hujan rata-rata di atas 150 milimeter per hari. Begitu pula musim kemarau akan lebih kering karena curah hujan di musim itu lebih kecil dari kemarau terdahulu.
Adapun ilmuwan Riset dan Teknologi Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dr Erma Yulihastin, mengatakan, dinamika vorteks di Samudra Hindia dan Laut Jawa merupakan faktor utama peningkatan signifikan hujan yang terjadi di kawasan barat Indonesia selama November yang berlanjut hingga pertengahan Desember ini.
Vokteks di Laut Jawa merupakan fenomena baru. ”Selama ini kita hanya mengenal vorteks borneo. Baru kali ini ada vorteks di Laut Jawa,” katanya.
Inisiasi La Nina dimulai November dan diprediksi berlangsung singkat. Namun, kontrol utama anomali cuaca saat ini dan selama musim hujan adalah akibat intensifikasi aktivitas berbagai gelombang di atmosfer yang menjalar dari barat-timur atau timur-barat.
Gelombang-gelombang itu dapat saling bertemu sehingga berpotensi membangkitkan kejadian ekstrem, baik di atmosfer maupun di laut.