Vaksinasi Anak Usia 6-11 Tahun Dimulai di Sulut, Target Awal 134.000 Orang
Vaksinasi Covid-19 untuk anak berusia 6-11 tahun dimulai di enam kabupaten/kota di Sulawesi Utara. Program ini diiringi harapan orangtua agar sekolah tatap muka bisa segera pulih tanpa rasa takut akan infeksi.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Vaksinasi Covid-19 untuk anak-anak berusia 6-11 tahun dimulai di enam kabupaten dan kota di Sulawesi Utara, Rabu (15/12/2021), dengan total target sementara 134.000 orang. Program ini diiringi harapan orangtua agar anak bisa kembali belajar di sekolah dan bermain dengan rasa aman.
Program vaksinasi bagi anak-anak dalam kelompok usia tersebut diluncurkan di Graha Gubernuran, Manado. Kendati hanya menetapkan target 100 anak, antusiasme para orangtua cukup besar. Jumlah anak-anak yang divaksin pun diperkirakan bisa mencapai dua kali lipat dari target.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Sulut Steaven Dandel mengatakan, Sulut menjadi satu dari 11 provinsi yang boleh menginokulasi anak-anak usia 6-11 tahun. Hal ini karena pemberian dosis pertama vaksin Covid-19 kepada warga usia 12 tahun ke atas di provinsi itu sudah melampaui 70 persen, tepatnya 71,78 persen. Jumlah warga lanjut usia yang telah divaksin sekali juga sudah melewati 60 persen, yaitu 61,22 persen.
”Aturan ini juga berlaku di level kabupaten/kota. Jadi, walau Sulut sudah diizinkan, pelaksanaannya hanya boleh di enam daerah, yaitu Tomohon, Bitung, Manado, Minahasa, Minahasa Utara, dan Minahasa Tenggara. Total anak usia 6-11 tahun di enam kabupaten/kota tersebut sekitar 134.000 orang, baru 30 persen dari seluruh anak di Sulut,” kata Steaven.
Sebelumnya, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, vaksin yang digunakan untuk anak kelompok usia tersebut adalah Sinovac sesuai izin Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Mulai 2022, Sinovac juga hanya akan diberikan untuk anak-anak (Kompas, 14/12/2021).
Setelah kick-off vaksinasi ini, Graha Gubernuran Sulut akan tetap dibuka sebagai salah satu pos vaksinasi anak. Menurut Steaven, pemprov juga memberikan layanan vaksinasi di berbagai fasilitas kesehatan yang dikelolanya, seperti Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pemprov Sulut, RSUD Noongan Minahasa, dan RSUD Manembo-Nembo Bitung.
Ia menjamin vaksin pasti mudah didapatkan di berbagai fasilitas kesehatan tersebut. Dinas Kesehatan Sulut kini masih menyimpan sekitar 180.000 dosis vaksin, belum termasuk yang tersedia di tingkat kabupaten/kota. ”Masyarakat mau minta kapan pun pasti ada. Itu masih cukup sampai akhir tahun, bahkan sampai Januari 2022,” ujarnya.
Ia pun berharap pemberian dosis pertama kepada 134.000 anak bisa tercapai sesegera mungkin. Tujuan utamanya tak lain melindungi anak-anak dari risiko infeksi Covid-19 dalam kegiatan yang penting untuk tumbuh kembangnya, seperti pembelajaran tatap muka dan bermain sehari-hari.
Orangtua pun tidak perlu khawatir akan efek simpang (adverse effects) yang mungkin ditimbulkan. ”Demam sangat mungkin muncul karena kekebalan tubuh anak masih dibentuk. Namun, yang jelas mereka punya daya tahan tubuh yang lebih baik daripada orang dewasa. Justru kalau tidak divaksin, takutnya Covid-19 malah hanya akan menyerang kelompok usia ini,” ujar Steaven.
Untuk mengurangi ketegangan ketika menyambut anak-anak, para petugas vaksinasi mengenakan berbagai atribut bertema Natal, seperti topi merah Sinterklas dan bando dengan tanduk rusa kutub. Beberapa petugas bahkan mengenakan kostum Sinterklas. Ia mendampingi, menghibur, dan berfoto bersama anak-anak peserta vaksinasi.
Immanuel Tuerah (6), siswa kelas I SD Universitas Klabat Airmadidi, Minahasa Utara, misalnya, tetap duduk tenang di samping Sinterklas ketika disuntik. Setelah divaksin, ia tampak tetap ceria dan berfoto bersama ibunya. ”Nda (tidak)sakit, sudah biasa (divaksin) di sekolah,” kata bocah itu tanpa malu-malu.
Keke Bolang (47), ibunya, membenarkan. Anak ketiganya itu sudah pernah mendapat vaksin rubela serta difteri dan tetanus di sekolah. Ia pun tak perlu repot-repot membujuk Immanuel untuk mengikuti vaksinasi Covid-19.
”Kami sekeluarga sudah divaksin, termasuk anak pertama dan kedua saya. Ini penting untuk kesehatan kami. Selain itu, juga supaya anak-anak bisa segera masuk sekolah,” kata Keke.
Beberapa orangtua menerapkan strategi agar anaknya mau disuntik vaksin. Ninik Sri Harmini (35), misalnya, membiarkan anak keduanya yang bernama Narendra (7) bermain gim ponsel di pangkuan ayahnya. Namun, resep itu tak mempan bagi anak pertamanya, Abimanyu (11), yang meronta-ronta sambil menangis ketika melihat jarum suntik.
Orangtua harus betul-betul meyakinkan anaknya sebelum vaksinasi supaya tidak bahaya.
Ninik pun bisa bernapas lega setelah Abimanyu akhirnya pasrah menerima vaksin meski dia dan suami harus memegangi tangan dan kaki anaknya itu. Hal itu terpaksa dilakukan karena jarum suntik bisa patah jika anak meronta ketika disuntik. ”Jadi, orangtua harus betul-betul meyakinkan anaknya sebelum vaksinasi supaya tidak bahaya,” katanya.
Kini semua anggota keluarga inti Ninik telah menerima vaksin. Ia pun sangat berharap program ini bermuara pada sekolah tatap muka seperti sedia kala sebelum pandemi. ”Semoga setelah ini batasan-batasan bisa dilonggarkan, kembali lagi seperti dulu sebelum pandemi,” ujarnya.
Vaksinasi anak usia 6-11 tahun meningkatkan target vaksinasi Sulut dari 2,08 juta menjadi 2,21 juta orang. Artinya, capaian vaksinasi dosis pertama di Sulut pun menurun menjadi 67,4 persen. Steaven berharap, pemberian dosis pertama bisa mencapai 80 persen dari target pada akhir tahun.
”Dosis kedua juga kami harapkan bisa sampai 60 persen. Tetapi, kami akan lihat lagi perkembangannya seperti apa, karena menjelang hari raya (Natal dan Tahun Baru) biasanya akan terjadi penurunan capaian vaksinasi,” kata Steaven.