Antusiasme Warga Banyumas Menyambut Bus Trans-Banyumas
Layanan bus Trans-Banyumas yang baru diresmikan 3 hari langsung disambut meriah oleh masyarakat. Warga berduyun-duyun sekaligus piknik keliling Purwokerto gratis memakai bus dari Kementerian Perhubungan ini.
Setelah sebelumnya hanya ada di daerah selevel kota, Banyumas menjadi wilayah tingkat kabupaten pertama yang memiliki layanan angkutan bus dengan nama Trans-Banyumas. Kesempatan mencoba secara gratis pun tak disia-siakan warga.
Langit di Terminal Bus Bulupitu Purwokerto berselimut awan. Rombongan para ibu dan anak berduyun-duyun menghampiri bus merah bergambar Wayang Bawor yang baru tiba. Karena harus dibersihkan setelah dipakai sekali putaran, mereka pun diarahkan petugas ke bus di depannya yang telah siap. Mereka tidak sabar untuk mencoba layanan bus Trans-Banyumas, berkeliling kota Purwokerto secara gratis.
Reni (50) tergopoh-gopoh menggandeng cucunya menaiki bus baru warna merah. Warga Desa Bantarwuni, Kecamatan Kembaran, Banyumas, itu bersama tiga orang tetangganya tidak ingin ketinggalan naik salah satu armada bus Trans-Banyumas yang baru diresmikan Minggu (5/12/2021) lalu.
”Mumpung anak-anak habis selesai ujian, ini bisa jalan-jalan sekalian ingin tahu rute busnya,” kata Reni, Selasa (7/12/2021).
Baca Juga: Resmi Beroperasi, Bus Trans-Banyumas Layani Tiga Koridor
Selain Reni, ada pula Andri (19) pelajar SMK yang juga penasaran untuk menjajal bus dari Kementerian Perhubungan yang baru beroperasi di Koridor 3 ini. ”Busnya bagus, besok ingin pakai bus untuk berangkat sekolah,” kata Andri.
Koridor 3 ini meliputi Halte Terminal Bulupitu, Halte Jl Sultan Agung, Halte Jl Suwito, Halte Jl Gerilya, Halte Jl Pahlawan, Halte Jl Sutoyo, Halte Jl Jend Soedirman, Halte Pasar Pon, Halte Jl Ks Tubun, Halte Jl Beji, Halte Unwiku, Halte Jl Cendrawijaya, Halte Jl Soeprapto, Halte Jl Moch Besar, Halte Jl Baturraden, Halte Jl Sunan Ampel, Halte Jl Sunan Bonang, Halte Jl Simpang Dukuhwaluh, Halte Jl Senopati, Halte Jl Martadireja 1, Halte Jl Kaliputih, Halte Jl Jend Soedirman, Halte Jl Jend Soeparpto, dan Halte Terminal Kebon Dalem.
Kompas yang ikut menjajal bus ini berangkat dari Terminal Bulu Pitu sekitar pukul 11.20 dan setelah menempuh jarak sekitar 47 kilometer, tiba di Halte Terminal Kebon Dalem pukul 12.51. Bus yang membawa sekitar 35 orang ini berjalan mulus dengan pendingin udara yang stabil di dalamnya. Setiap halte, yang hanya berupa rambu bertuliskan nama setiap halte, bus ini berhenti sekitar 5-10 detik jika tidak ada penumpang yang turun atau naik. Kalau ada yang turun atau naik, bus berhenti seperlunya.
Bagi pengendara mobil atau motor lainnya di belakang atau sekitar bus ini, sebaiknya tetap menjaga jarak dan kecepatan mengingat tidak semua jalur yang dilalui bus ini adalah jalur dengan kondisi jalan lebar, seperti di Jalan Gerilya, Jalan Pahlawan, dan Jalan Jenderal Soedirman. Jalur yang relatif sempit antara lain ada di Jalan KS Tubun, Jalan Sunan Ampel, dan Jalan Kaliputih.
Di sepanjang jalan rute ini, calon penumpang mulai tampak mengantre menunggu di halte sekitar Jalan Pahlawan hingga kawasan Langen Tirta di Purwokerto Utara. Beberapa kali bus ini menolak untuk menaikkan penumpang mengingat penumpang di dalam bus sudah penuh. ”Silakan dilihat dulu, ada tempatnya atau tidak,” kata sang sopir mempersilakan calon penumpang melongok ke bus dan kemudian memutuskan turun lagi untuk menunggu bus di belakangnya.
Dengan kapasitas 40 penumpang dengan porsi 20 orang duduk dan 20 orang berdiri, bus ini masih membatasi kapasitas penumpang mengingat pandemi Covid-19. Penumpang di bus ini cenderung memilih berdiri di bagian depan dan enggan atau tidak tahu untuk berdiri di sisi belakang. Sang pengemudi pun tidak mengarahkan untuk bergeser ke belakang dan berulang kali mengatakan kepada calon penumpang di luar bus bahwa kalau busnya terlalu penuh, dirinya bisa kena marah atasannya. ”Saya nunggu hampir satu jam di Purwosari dan sudah ada sekitar 10 bus lewat penuh semua,” kata Nasifa (32), yang sengaja ingin menjajal bus ini bersama saudaranya.
Baca Juga: Infrastruktur Pendukung "Teman Bus" Perlu Disiapkan di Banyumas
Namun, akibat penuhnya bus itu, ada pula seorang pemudi yang semula duduk, langsung berdiri menawarkan tempat duduknya bagi seorang ibu yang barusan naik mengajak anak kecil. Rasanya itu sebagai pemandangan langka di mana solidaritas dan rasa hormat anak muda kepada orangtua mewujud di dalam bus ini.
Di dalam bus, sebagian besar anak-anak duduk berdempetan satu sama lain. Bahkan ada yang duduk hingga rebahan di dalam bus. Tampak pula seorang anak laki-laki yang sedang asyik menegak minuman bersoda lalu tumpah membasahi lantai bus. Sang ibu kemudian menyuruhnya mengepel lantai bus dengan jarik atau selendang yang dipakai untuk menggendong sang adik yang masih anak balita. ”Itu sebelah sana masih basah,” tutur sang ibu mengomando sang anak.
Dari antara belasan anak-anak itu, ada pula seorang anak perempuan yang mengeluh sakit perut dan pusing. Sang ibu langsung mendekapnya dan bertanya apakah mau muntah. Sang anak pun mengangguk, penumpang lainnya yang tahu akan kondisi itu segera mencari-cari tas kresek di tasnya masing-masing untuk diberikan kepada sang anak. Setelah muntah di plastik itu, mereka memutuskan untuk turun di halte terdekat.
Kemudian, Kompas yang baru turun di Halte Kebon Dalem tiba-tiba mendengar teriakan ibu-ibu dari dalam angkutan kota berwarna oranye. Ibu itu memanggil-manggil petugas di halte itu sambil bertanya apakah melihat ada seorang nenek beserta anak kecil. ”Mas-mas, lihat nini-nini (nenek) bawa anak kecil. Tadi naik bus, tetapi terpisah dari rombongan kami,” kata sang ibu dari dalam angkutan kota.
Sang petugas pun menjawab tidak tahu. Kompas mencoba mendekat dan memberi tahu bahwa ada seorang anak perempuan dan ibu ditemani dua perempuan lainnya turun di sekitar Perumahan Purwosari karena sang anak mabok. Sambil menunjukkan foto sang anak dari dokumentasi suasana bus di kamera, ternyata bukan anak dan nenek itu yang dimaksud. Kompas bertanya lagi apakah mereka membawa HP. ”Tidak punya HP, lha wong nini-nini. Makasih ya, Mas,” kata sang ibu sambil bergegas meminta sopir angkutan kota yang dicarter rombongan itu berkeliling lagi mencari orang yang dicari.
Terkait protokol kesehatan, ketentuan jaga jarak tidak dapat diterapkan. Adapun pemakaian masker sebagian besar orang dewasa lebih setia memakai maskernya dibandingkan dengan anak-anak. Beberapa penumpang dewasa membuka maskernya sementara untuk berswafoto di dalam bus. Selanjutnya masker kembali ditutup dengan rapat. Meski tidak ada petugas yang mengingatkan secara langsung, tapi suara otomatis yang diputar berulang-ulang di dalam bus terus memberi peringatan bagi penumpang untuk menaati protokol kesehatan termasuk pakai masker.
Lepas dari itu semua, sebagian masyarakat tampak antusias dan gembira atas hadirnya bus Trans-Banyumas yang melengkapi keberadaan bus Trans-Jateng, bus wisata Banyumas, dan bus sekolah Banyumas. ”Seneng banget bisa momong anak. Adem bisa jalan-jalan keliling Purwokerto,” kata Sumiyati (47).
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi saat meresmikan program pengembangan angkutan massal berbasis jalan di kawasan perkotaan dengan skema pembelian layanan buy the service atau BTS di Purwokerto ini mengatakan, kehadiran layanan yang disebut Teman Bus atau Transportasi Ekonomis Mudah Andal dan Nyaman ini diiharapkan bisa mengajak masyarakat aktif memakai kendaraan umum supaya dapat mengurangi polusi udara dan menekan angka kecelakaan.
Penanggung jawab Teman Bus di Banyumas, Sigit Maulana, mengatakan, bus koridor 3 ini beroperasi sejak pukul 05.00 hingga pukul 21.00. ”Pukul 05.00 pagi sudah start operasi dari Bulupitu ke Kebondalem. Untuk start kembali lagi ke sini (Bulupitu) dari Kebon Dalem maksimal pukul 21.00, tapi dari Bulupitu ini ke arah Kebon Dalem maksimal pukul 19.00,” kata Sigit.
Bus Trans-Banyumas secara bertahap akan melayani 3 koridor dengan 52 unit bus. Layanan ini, menurut rencana, gratis hingga akhir tahun 2021 dan nantinya akan berbayar berkisar Rp 2.500-Rp 10.000. Pakar transportasi Unika Soegijapranata, Djoko Setijowarno, mengatakan, antusiasme masyarakat yang tinggi perlu terus dijaga oleh pemerintah daerah. ”Kalau pemdanya ikut peduli, animo masyarakat pasti tinggi,” kata Djoko.
Menurut Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Banyumas Agus Nur Hadi, pihaknya berupaya merombak trayek angkutan kota supaya menjadi pengumpan bagi bus ini supaya keberlanjutan transportasi umum ini bisa terus terjaga.
Baik Reni, Andri, maupun Sumiyati yang sudah menjajal bus ini sama-sama ingin tetap memanfaatkan angkutan ini untuk keperluan sehari-hari seperti belanja ke pasar atau sekolah meskipun di kemudian hari harus membayar.