Pengelolaan wisata alam tergolong murah karena tidak perlu membangun infrastruktur yang besar. Sebab, yang dijual kepada wisatawan adalah pemandangan alam dipadu dengan seni budaya, kuliner, dan keramahan warga.
Oleh
ZULKARNAINI MASRY
·4 menit baca
Puncak Sigantang Sira menjadi obyek wisata baru di Kabupaten Aceh Selatan, Aceh, yang diburu wisatawan lokal. Dari atas puncak itu, Samudra Hindia yang tenang dan hutan Leuser yang teduh menghadirkan suasana damai.
Matahari sudah jatuh ke barat saat Serli (20) dan Hasri (19) tiba di puncak Sigantang Sira, Gunung Kapho, Kecamatan Trumon Tengah, Aceh Selatan, Aceh, Minggu (5/12/2021). Cahaya jingga dari bola surya itu berpendar menguas langit dan laut. Tidak mau ketinggalan momen, dua gadis itu mengeluarkan telepon genggam, lalu berswafoto.
Setelah puas mengabadikan keindahan matahari yang terbenam, mereka berpindah ke lokasi lain. Di sana, mereka berfoto dengan latar hamparan hijau kawasan konservasi Rawa Singkil. ”Pemandangan indah. Kami sudah dua kali ke sini,” ujar Serli.
Mereka tinggal di kota Tapak Tuan, ibu kota Aceh Selatan. Dengan mengendarai sepeda motor, dibutuhkan waktu 1,5 jam untuk sampai ke Sigantang Sira. Sore itu terlihat banyak anak milenial yang berkunjung.
Puncak Sigantang Sira adalah sebuah gunung kecil dengan ketinggian 400 mdpl yang berada di tepi Samudra Hindia. Karena diapit laut dan hutan lebat, kawasan itu menjadi sangat sejuk. Duduk sembari menyesap minuman fermentasi buah pala, minuman khas dari Aceh Selatan, daerah penghasil buah pala terbesar di Aceh, memberi sensasi kenikmatan tersendiri.
Waktu berkunjung ke sana paling tepat menjelang sore. Jangan lupa siapkan kamera. Sebab, terlalu rugi jika tidak mengabadikan matahari tenggelam. Jika cuaca bagus, sunset akan terlihat sempurna.
Sigantang Sira mulai digarap sebagai obyek wisata pada akhir 2020. Meski baru dibuka, obyek wisata Sigantang Sira telah menjadi lokasi favorit bagi wisatawan lokal. Dalam sehari, jumlah pengunjung mencapai 100 orang.
Namun, suasana pagi juga tak kalah menarik. Jika bernasib baik, Anda akan disambut oleh kepak sayap burung rangkong dan nyanyian siamang, dua satwa lindung yang terancam punah. Tidak jauh dari Sigantang Sira terdapat pusat mitigasi konflik gajah. Di sana, wisatawan juga dapat bermain dengan gajah jinak.
Obyek wisata puncak Sigantang Sira dirintis oleh Abrar Muda, seorang mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka. Awalnya, lahan itu ditanami pisang dan jagung, tetapi hasil panennya tidak memuaskan. Setelah berdiskusi dengan banyak orang, muncul ide menjadikan kawasan itu obyek wisata berbasis konservasi dan edukasi.
Sigantang Sira mulai digarap sebagai obyek wisata pada akhir 2020. Meski baru dibuka, obyek wisata Sigantang Sira telah menjadi lokasi favorit bagi wisatawan lokal. Dalam sehari, jumlah pengunjung mencapai 100 orang.
Pada bagian puncak dibuat tapak berkemah. Bangku diletakkan menghadap ke samudra. Pohon-pohon dibiarkan tumbuh menjulang.
”Saya berharap Sigantang Sira menjadi lokomotif pertumbuhan wisata di Aceh Selatan,” kata Abrar.
Berada di tepi jalan lintas Tapak Tuan-Medan membuat Sigantang Sira sangat strategis. Sigantang Sira dapat menjadi tempat persinggahan bagi warga dari arah Medan dan Meulaboh. Sambil istirahat, pengunjung dapat menikmati segarnya kelapa muda dan lezatnya ikan bakar.
Dalam pergelaran Anugerah Pesona Indonesia (API) 2021, puncak Sigantang Sira menjadi juara dan pemenang favorit kategori dataran tinggi. Bagi Abrar, penghargaan itu menjadi motivasi untuk mengembangkan Sigantang Sira lebih baik.
”Banyak fasilitas harus dibangun. Saya membuka peluang bagi warga Aceh Selatan untuk investasi di sini. Sigantang Sira milik kita bersama, kita kembangkan untuk kemajuan wisata Aceh Selatan,” ujar Abrar.
Fasilitas di Sigantang Sira masih minim. Jalan belum diaspal, kamar mandi belum memadai, dan pusat kuliner masih terbatas. Justru karena itu, Abrar mengajak para pihak untuk sama-sama mengembangkan Sigantang Sira.
Bupati Aceh Selatan Amran mengatakan, bidang wisata mulai fokus digarap pemerintah daerah. Aceh Selatan memiliki banyak potensi, seperti wisata bahari, kehutanan, air terjun tujuh tingkat, dan seni budaya. Pada 2020, kerajinan rencong batu juga memperoleh Anugerah Pesona Indonesia.
Konsep wisata sekarang bukan bangunan atau gedung, namun alam, yang adalah obyek wisata murah dan mudah.
Amran mengatakan, pengelolaan wisata alam tergolong murah karena tidak perlu membangun infrastruktur yang besar. Sebab, yang dijual kepada wisatawan adalah pemandangan alam yang dipadu dengan seni budaya, kuliner, dan keramahan warga.
”Konsep wisata sekarang bukan bangunan atau gedung, namun alam, yang adalah obyek wisata murah dan mudah,” ujarnya.
Ia mengatakan, wisata akan mendorong pertumbuhan sektor lain, seperti usaha kuliner dan suvenir, serta menyerap tenaga kerja.
Belakangan, puncak Sigantang Sira kian populer di Aceh. Apalagi, promosi dengan cara kreatif melibatkan anak-anak milenial. Salah satunya melalui lagu Aceh yang dinyanyikan artis Aceh, Nazar Shah Alam dan Maimunzir.
Berikut potongan liriknya. ”Blah wie ta kalon uteun, blah neun deuh laot raya. Jak Sigantang Sira jak, jak peulalee mata. Artinya, sebelah kiri kita lihat hutan, sebelah kanan terlihat samudera. Ayo ke Sigantang Sira yok”.