Mobilitas penyintas erupsi Semeru di daerah rawan masih tinggi di tengah risiko turunnya awan panas guguran susulan. Hingga Senin (6/12/2021), jumlah korban meninggal 22 orang dan hilang 27 orang.
Oleh
TIM KOMPAS
·4 menit baca
LUMAJANG, KOMPAS — Di tengah kondisi Gunung Semeru yang belum stabil, warga di kawasan rawan dampak erupsi masih bolak-balik mengevakuasi barang-barang hingga memberi makan ternak. Di sisi lain, kondisi sebagian tempat pengungsian juga belum tertata baik, termasuk masalah pendataan.
Di Desa Supiturang Kecamatan Pronojiwo, Lumajang, wilayah terdampak erupsi paling parah, sejak pukul 08.00 warga mendatangi rumah mereka yang berselimut abu vulkanik. Mereka mengambil perlengkapan, baju, dan memberi makan ternak selagi puncak Semeru terlihat cerah, tanpa asap atau awan gelap.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Andiani, Senin (6/12/2021), mengingatkan, potensi guguran awan panas masih ada. Hanya saja, tidak bisa diketahui pasti waktunya. ”Kapan akan terjadi, sulit menjawabnya. Perlu terus dipantau,” ujarnya.
Ali (38), warga Dusun Sumbersari, salah satu penyintas erupsi, menyempatkan diri pulang memberi makan sapinya. Sapi jenis limousine seharga Rp 25 juta itu lahap mengunyah dedaunan.
Hal serupa terlihat di Dusun Kajarkuning, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro. Warga memaksa masuk kawasan rawan untuk mengambil barang di rumah. Sukarelawan dan polisi membantu evakuasi barang dan ternak agar warga lekas kembali ke pengungsian.
Kondisi ini terjadi di hampir semua desa terdampak. Anton, sukarelawan di Sumberwuluh, mengatakan, ia dan sukarelawan lain tak bisa mencegah warga kembali ke kampung. Ia hanya bisa membantu dan saat kondisi hujan atau ada informasi erupsi susulan, meminta warga kembali ke pengungsian.
Pada hari ketiga pascaerupsi, tempat pengungsian sementara mulai penuh di tengah pendataan yang belum rapi. Di posko pengungsian Masjid Nurul Jadid di Desa Supiturang, misalnya, penyaluran bantuan sempat diwarnai ketegangan. Status warga yang mengambil kebutuhan pokok tidak jelas.
”Data simpang siur. Saya harap kepala desa datang dan memastikan pengungsi di sini," kata Uswatun Hasanah, sukarelawan pengelola posko pengungsian. Ada 150-an pengungsi di sana yang akan direlokasi lagi.
Komandan Kodim 0818 Letkol (Inf) Yusub Dody Sandra, saat meninjau beberapa lokasi pengungsian di SDN Supiturang bersama Kapolres Malang Ajun Komisaris Besar R Bagoes Wibisono Handoyo, Senin sore, mengatakan, pengungsi di posko itu segera direlokasi ke tempat yang lebih layak. ”Kami sedang keliling mencarikan lokasi pengungsian pengganti. Lokasinya sebaiknya yang tidak terbuka, minimal ada tembok,” katanya.
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Eko Budi Lelono mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Lumajang, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), serta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk menyusun langkah teknis penanganan erupsi. Salah satunya menentukan tempat pengungsian yang aman.
Peta kawasan rawan bencana (KRB) yang dikeluarkan Badan Geologi menjadi dasar penentuan lokasi pengungsian. ”Dari situ (peta KRB) bisa dilihat area mana saja yang rawan dan area yang relatif aman dari bencana gunung api,” ujarnya dalam konferensi pers daring.
Banjir lahar melalui sungai berhulu di kawah juga masih mengancam. Apalagi, hujan lebat diprediksi melanda kawasan Semeru dalam 1-2 bulan ke depan. (Andiani)
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan, jumlah korban meninggal akibat erupsi Semeru bertambah tujuh orang sehingga totalnya 22 orang. Jumlah korban hilang 27 orang sehingga menjadikan bencana kali ini termasuk yang terbesar dalam catatan erupsi Semeru.
”Update pukul 17.30, jumlah korban meninggal yang dilaporkan Pusdalops BNPB 22 orang,” kata Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari.
Dari 22 korban jiwa itu, 14 jenazah ditemukan di Kecamatan Pronojiwo dan 8 jenazah ditemukan di Kecamatan Candipuro. Kedua kecamatan ini berada di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
”Di Pronojiwo itu masih ada lima orang yang belum teridentifikasi. Sebanyak dua orang ada di RSUD Pasirian dan tiga orang lainnya ditemukan di RT 016 RW 005 Curah Kobokan pukul 14.15,” ujarnya.
Sembilan korban meninggal di Kecamatan Pronojiwo yang sudah terindentifikasi telah dimakamkan. Sementara dari total 8 korban meninggal di Kecamatan Candipuro, satu di antaranya belum teridentifikasi.
”Satu orang yang ditemukan di Kebon Deli Selatan pukul 15.45 masih belum diidentifikasi,” ujarnya.
Muhari menambahkan, masih ada 27 orang dinyatakan hilang. ”Saat ini masih menjadi fokus pencarian tim pencarian dan penyelamatan,” ujarnya.
Terkendala hujan
Direktur Operasi Basarnas Brigadir Jenderal TNI Wurjanto mengatakan, proses evakuasi dan pencarian korban terkendala cuaca. ”Kami dapat laporan juga di lapangan turun hujan. Ini yang memang akan menjadi kendala bagi petugas-petugas pencarian,” ujarnya.
Selain Basarnas, TNI-Polri dan potensi SAR di Jawa Timur sudah bergabung dengan Tim Satgas Tanggap Darurat. Di Jakarta, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa memerintahkan penambahan alat-alat berat TNI AD untuk memperkuat BNPB. Sebelumnya, TNI telah mengirim tim kesehatan dan tim dapur lapangan.
Sementara itu, Kepala PVMBG Andiani menuturkan, Senin pagi terjadi dua kali awan panas guguran dengan jarak luncur 2,5-4 kilometer dari puncak.
Ia mengingatkan, banjir lahar melalui sungai berhulu di kawah juga masih mengancam. Apalagi, hujan lebat diprediksi melanda kawasan Semeru dalam 1-2 bulan ke depan. ”Potensinya masih tinggi, terutama bukaan kawah arah selatan-tenggara melalui Besuk Kobokan. Ini patut diwaspadai,” ujarnya.