Bendungan dengan luas genangan 145 hektar ini akan mengairi 7.000 hektar lahan pertanian, terutama di Kabupaten Jeneponto, yang selama ini bersandar pada lahan tadah hujan.
Oleh
Reny Sri Ayu
·2 menit baca
GOWA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo meresmikan Bendungan Karalloe di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Selasa (23/11/2021). Bendungan dengan luas genangan 145 hektar ini akan mengairi 7.000 hektar lahan pertanian, terutama di Kabupaten Jeneponto, tetangga Gowa, yang selama ini bersandar pada lahan tadah hujan.
Peresmian dilakukan di lokasi Bendungan Karalloe menjelang siang. Presiden tiba di Bandara Sultan Hasanuddin dan melanjutkan perjalanan ke bendungan menggunakan helikopter. Seusai meresmikan bendungan, Presiden melanjutkan kunjungan ke lokasi kebun jagung sekaligus melakukan penanaman jagung.
”Bendungan yang dibangun dengan anggaran Rp 1,25 triliun akhirnya diresmikan. Bendungan ini akan mengairi 7.000 hektar lahan pertanian. Sebuah luasan yang besar. Walau berada di (Labupaten) Gowa, dimanfaatkan lebih banyak di Jeneponto. Semoga ini bisa meningkatkan kesejahteraan petani karena akan membuat sawah bisa panen dua kali setahun,” kata Presiden.
Presiden mengatakan, dengan luas genangan 145 hektar, Karalloe mampu menampung hingga 40,5 juta meter kubik air. Bendungan ini tak hanya berfungsi sebagai penyedia air untuk pertanian, tetapi juga air baku untuk kebutuhan air bersih.
”Selain itu, sebagai pembangkit listrik hingga mereduksi banjir. Masih ingat banjir besar di Jeneponto tahun 2019? Semoga dengan keberadaan bendungan ini, bencana banjir bisa diminimalkan,” kata Presiden.
Lahan pertanian seluas 7.000 hektar yang dilayani irigasi Karalloe ini tersebar di 10 kecamatan di Jeneponto dan satu kecamatan di Gowa. Sebagai penyedia air baku, Karalloe mampu memproduksi hingga 440 liter air baku per detik.
Adapun untuk listrik, bendungan ini akan menghasilkan daya hingga 4,5 megawatt. Bahkan, bendungan ini juga disebut akan menjadi salah satu lokasi wisata baru di Jeneponto.
Sementara untuk mengantisipasi bencana banjir, Karalloe mampu mereduksi hingga 49 persen banjir, dari yang awalnya 549 hektar cakupan banjir kini hanya menjadi 279 hektar. Pembangunan Karalloe dirintis sejak 2013 dan pekerjaan fisik dimulai 2017.
Aksara (50), petani di Desa Bungung Loe, Kecamatan Turatea, Jeneponto, berharap bendungan ini menjadi jawaban untuk kesejahteraan petani. Selama ini, petani di wilayah itu menggarap sawah tadah hujan.
”Kadang sudah menanam, memberi pupuk, tapi pas bulirnya mau keluar, tak ada hujan, lalu gagal panen. Sering seperti ini. Intinya, di Jeneponto, areal sawah banyak, tapi airnya yang tidak ada. Bendungan ini jadi kabar baik dan harapan bagi kami,” katanya.