Kluster Sekolah Kembali Muncul di Bantul, 18 Orang Positif Covid-19
Kluster penularan Covid-19 di sekolah kembali muncul di Kabupaten Bantul, DIY. Di SD Negeri Kasihan, Kecamatan Kasihan, 18 orang terkonfirmasi positif Covid-19. Ini adalah kluster Covid-19 sekolah keempat di Bantul.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
BANTUL, KOMPAS — Kluster penularan Covid-19 di sekolah kembali muncul di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kluster baru di SD Negeri Kasihan, Kecamatan Kasihan, Bantul, itu menyebabkan 18 orang terkonfirmasi positif Covid-19. Mereka terdiri dari guru, siswa, keluarga siswa, hingga mahasiswa yang sedang praktik mengajar di sekolah tersebut.
Camat Kasihan Subarta menjelaskan, kluster penularan Covid-19 di SDN Kasihan itu berawal dari seorang guru yang tertular Covid-19 dari ibunya. Ibu dari guru tersebut dinyatakan positif Covid-19 pada 27 Oktober 2021. Satu hari kemudian atau 28 Oktober, guru tersebut masih mengajar di SDN Kasihan. Padahal, saat itu, sang guru berstatus kontak erat dengan ibunya yang positif Covid-19.
”Saat mengajar, guru itu memang belum terkonfirmasi positif Covid-19. Tapi, sebelumnya dia kontak erat dengan ibunya yang positif Covid-19,” ujar Subarta, saat dihubungi, Rabu (10/11/2021).
Setelah mengajar, guru tersebut kemudian melakukan tes antigen secara mandiri. Hasilnya, dia dinyatakan positif Covid-19. Oleh karena itu, petugas kemudian melakukan tracing atau pelacakan kontak erat kepada guru lain, siswa, dan mahasiswa yang sedang mengikuti program Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SDN Kasihan.
Awalnya, 85 orang masuk dalam daftar kontak erat. Mereka kemudian menjalani tes reaksi rantai polimerase (PCR) pada 30 Oktober dan 1 November 2021. Berdasarkan tes PCR itu, delapan orang dinyatakan positif Covid-19. Mereka terdiri dari 3 guru, 3 siswa, dan 2 mahasiswa PPL.
Setelah itu, petugas kembali melakukan pelacakan dan tes terhadap orang-orang yang melakukan kontak erat. Hasilnya, ada sembilan orang lain yang juga terkonfirmasi positif Covid-19. Mereka antara lain anggota keluarga dari siswa SDN Kasihan yang dinyatakan positif Covid-19 sebelumnya. Oleh karena itu, total terdapat 18 orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 dari kluster tersebut.
Subarta memaparkan, setelah munculnya kasus Covid-19 itu, kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM) di SDN Kasihan langsung dihentikan sementara. Mereka yang dinyatakan positif Covid-19 juga diminta menjalani isolasi untuk mencegah penularan kepada orang lain. Di sisi lain, proses tracing kluster terus berlanjut sehingga jumlah orang yang positif berpotensi bertambah.
Kluster Sedayu
Kluster penularan Covid-19 di sekolah bukan kali ini saja terjadi di Bantul. Sebelumnya, muncul kluster Covid-19 di Kecamatan Sedayu, Bantul, yang menyebar di tiga sekolah, yakni SD Negeri Sukoharjo, SMK Negeri 1 Sedayu, dan SMP Negeri 2 Sedayu. Kluster Covid-19 itu kemudian menyebar hingga ke wilayah lain, termasuk Kabupaten Sleman.
Menanggapi munculnya kluster Covid-19 di sejumlah sekolah, Sekretaris Daerah DIY Kadarmanta Baskara Aji meminta pihak sekolah lebih hati-hati saat menggelar PTM. Selain itu, durasi PTM di sekolah diminta tidak terlalu lama. ”Sekolah harus menjadi lebih hati-hati lagi. Jam pelajarannya jangan terlalu banyak dan tidak buka kantin. PTM paling lama 2,5 jam,” ucapnya.
Guru dan siswa yang merasa tidak enak badan tidak perlu mengikuti PTM untuk mencegah kemungkinan penularan Covid-19 di sekolah.
Di sisi lain, Kadarmanta juga meminta guru dan siswa yang merasa tidak enak badan tidak perlu mengikuti PTM untuk mencegah kemungkinan penularan Covid-19 di sekolah. Para orangtua pun diharapkan memantau kesehatan anaknya sehingga mendeteksi secara dini kemungkinan penularan Covid-19.
”Kalau siswa sudah merasa badannya tidak nyaman, ya, tidak usah masuk. Atau, kalau dia sakitnya di sekolah, bisa lapor satgas di tingkat sekolah untuk dilakukan tes, baik antigen maupun PCR,” ungkap Kadarmanta.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Dikpora) DIY Didik Wardaya menyatakan, pihaknya berencana melakukan tes acak di sejumlah sekolah untuk mendeteksi kemungkinan penularan Covid-19. Tes acak ditargetkan mencakup sedikitnya 10 persen dari total SD, SMP, dan SMA/SMK di DIY. Namun, belum ada data pasti berapa sekolah yang menjadi lokasi tes acak.
”Tes acak di sekolah dilakukan mulai minggu ini, bekerja sama dengan pemerintah kabupaten/kota,” ujar Didik.
Ia menambahkan, di setiap sekolah yang terpilih, tes acak akan dilakukan terhadap 10 persen dari seluruh guru dan siswa. Dengan tes acak itu, penularan Covid-19 di kalangan warga sekolah diharapkan bisa dideteksi sejak dini sehingga tidak menular ke banyak orang.
”Tes acak akan dilakukan bergantian, baik di SD, SMP, maupun SMA. Masing-masing diambil 10 persen dari jumlah sekolah. Waktu pelaksanaan tes juga tidak bareng,” tutur Didik.